Suara dering ponsel milik Kaivan terus berdering membuat Krystal yang tengah meminum jus apel di pagi hari langsung mengalihkan pandangannya pada ponsel milik Kaivan. Tampak kening Krystal mengerut. Dia melirik ke arah kamar mandi—masih ada suara gemericik air. Ya, kini Kaivan tengah mandi. Krystal tidak enak jika menjawab telepon Kaivan. Namun, semakin Krystal mengabaikan maka semakin dering ponsel milik Kaivan tak kunjung mereda. Hal itu membuat Krystal menjadi ragu. Akan tetapi, Krystal pun takut kalau itu adalah telepon penting. Kalau itu sampai itu penting maka Krystal akan merasa bersalah kalau tidak menjawab panggilan telepon itu.“Apa Kai masih lama di kamar mandi, ya?” gumam Krystal dengan suara pelan. Dia melihat ke arah pintu kamar mandi, tapi sang suami belum juga muncul. Menarik napas dalam-dalam, dan mengembuskan perlahan. “Lebih baik aku jawab saja teleponnya,” gumam Krystal lagi. Tak ada pilihan, Krystal takut yang menghubungi Krystal adalah orang yang memang penting
“Hans? Kamu di sini?”Suara Krystal menyapa Hans yang ada di hadapannya itu. Tampak raut wajah Krystal sedikit terkejut akan kehadiran Hans.“Apa kabar, Krystal?” Hans menarik kursi, lalu duduk di hadapan Krystal seraya meminta pelayan membawakan segelas teh hangat untuknya. Pun tak berselang lama, sang pelayan membawakan teh hangat yang diminta oleh Hans.“Aku baik, Hans. Bagaimana denganmu?” Krystal balik bertanya dengan hangat.“Baik. Aku juga baik.” Hans menyesap teh yang tadi diantar oleh pelayan. “Di mana Kaivan? Kenapa kamu sendiri?” tanyanya seraya meletakan cangkir teh yang ada di tangannya ke atas meja.“Kai sedang menjawab telepon dari ayahnya,” jawab Krystal memberitahu.Hans mengangguk singkat. “Anyway, aku rasa kamu sudah tahu tentang hubunganku dengan Kaivan. Suamimu pasti sudah bercerita kan?” tanyanya yang menduga. Hans yakin tidak mungkin Kaivan tidak bercerita pada Krystal.“Hm, iya aku sudah tahu. Aku turut berduka atas kepergian orang tuamu. Tapi dia pasti bangga
“Akh—” Krystal meringis perih di inti tubuh bagian bawahnya. Tubuhnya terasa remuk dan tak bisa bergerak sedikit pun. Pinggangnya begitu pegal. Hanya bergeser saja Krystal merasakan sakit yang luar biasa. Sesaat Krystal memijat pelan pundaknya. Ya, wajar saja kalau tubuh Krystal seakan remuk. Mendapatkan serangan dari Kaivan benar-benar membuat tubuh Krystal tergeletak tak berdaya di ranjang.Ingatan Krystal mulai bermunculan permaianan panasnya dengan sang suami. Di mana suaminya itu mencumbu dirinya dengan begitu agresif. Tak selembut biasanya tapi Krystal merasakan sensasi luar biasa. Sentuhan-sentuhan maut yang tidak akan pernah bisa Krystal tolak.“Kamu sudah bangun?” Kaivan melangkah keluar dari kamar mandi. Pria itu hanya memakai celana panjang, dan bertelanjang dada. Tatapan Kaivan tak henti menatap rambut Krystal yang berantakan dan tampak begitu seksi. Tubuh sang istri yang masih polos dan hanya terbalut oleh selimut tebal. Kini Kaivan mendekat dan duduk tepat di samping san
“Krys, cepat ganti pakaianmu. Hari ini kita akan pergi ke dokter memeriksakan kandunganmu.”Kaivan bersuara sembari berkutat pada ponselnya. Pria itu sama sekali tidak menoleh. Namun, dia sudah tahu kalau Krystal baru saja keluar dari kamar mandi. Ya, aroma sabun jasmine yang bercampur dengan aroma sabun vanilla begitu dia hafal. Ini adalah aroma sabun khusus milik sang istri. Aroma yang begitu Kaivan hafal.“Kita periksa kandunganku sekarang, Kai?” Krystal melangkah mendekat pada Kaivan. Tubuhnya masih terbalut oleh bathrobe dan rambut yang dililit oleh handuk. Kini Krystal duduk di pangkuan Kaivan, menyingkirkan ponsel suaminya itu. Tentu Krystal sebal kalau Kaivan berbicara padanya tanpa melihat ke arahnya.Kaivan melirik sekilas ponselnya yang telah disingkirkan oleh Krystal—padahal dirinya tengah membaca email masuk dari sekretarisnya. Detik selanjutnya, Kaivan melingkarkan tangannya ke pinggang Krystal. Mengecup bibir istrinya itu. “Iya, hari ini kita harus periksa kandunganmu.
“Aku ingin makan nasi uduk pakai sambal goreng ikan asin, Kai.”Mata Kaivan melebar kala mendengar permintaan Krystal. Sepasang iris mata cokelat gelapnya terhunus begitu tajam akan permintaan aneh sang istri. Sorot matanya tegas, dan tak suka. Tampak pancaran matanya itu menunjukan Kaivan tidak setuju dengan permintaan istrinya itu.“Apa kamu sudah tidak waras, Krys? Tidak! Aku tidak akan membiarkan kamu makan makanan tidak ada gizi seperti itu! Jangan berani kamu makan makanan seperti itu!” seru Kaivan dengan tegas dan penuh penekanan.Krystal mendesah kesal. Sejak tadi dia sudah menduga kalau Kaivan pasti tidak akan mengizinkannya. Krystal sendiri tak tahu kenapa dirinya begitu menginginkan makanan itu.“Kai, tapi—”“Jangan aneh-aneh, Krystal. Makanan seperti itu tidak ada gizi untuk anak kita!” tegas Kaivan lagi. Sampai kapan pun, Kaivan tak akan membiarkan istrinya makan makanan aneh itu. Makanan yang jelas tidak ada gizinya bagi Kaivan.Bibir Krystal tertekuk hendak memprotes. T
Kaivan menatap terkejut kala Krystal menghabiskan dua porsi nasi uduk dengan lauk bihun goreng, telur dadar, dan sambal goreng ikan asin. Seumur hidup, Kaivan bahkan belum pernah satu kali pun mencoba makanan yang dimakan oleh Krystal saat ini. Bukan tanpa alasan tapi biasanya di rumah selalu menyajikan masakan Western atau Italian Food. Jika Kaivan dan keluarganya sedang ingin menikmati makanan Indonesua maka aka nada chef khusus yang memasak. Ya, Kaivan sendiri bingung dan tak mengerti kenapa istrinya bisa-bisanya mengidam makanan aneh ini? Benar-benar konyol. Pasalnya rasanya tak mungkin ketika anaknya lahir menyukai makanan yang diinginkan Krystal. Tentu, Kaivan sangat yakin hal itu.“Kai, kamu tidak mau nasi uduknya? Ini sangat enak, Kai,” ujar Krystal menawarkan pada sang suami. Well, sebenarnya ini sudah kesekian kali Krystal menawarkan tapi Kaivan selalu menolak dengan tegas.“Tidak, Krys. Aku tidak mau,” tolak Kaivan dengan raut wajah dingin dan tanpa ekspresi.Krystal mengan
Keesokan hari Krystal sudah bersiap-siap. Dia memaka long dress berwarna kuning cerah dan bermotif bunga-bunga kecil. Wajahnya pun telah dipoles dengan make up tipis. Lipstik nude dengan tambahan lip gloss membuat bibir ranum Krystal tampak sangat indah dan segar. Ya, hari ini adalah hari yang telah ditunggu-tunggu Krystal. Hari ini Krystal akan pergi bersama dengan Kaivan menuju Kampung Adat Waru Wora. Sebelumnya, Krystal sudah mencari di internet tentang kampung adat itu.Hal yang membuat Krystal tertarik mengunjungi Kampung Adat Waru Wora adalah karena suasana, dan juga rumah adat di sana yang bernilai budaya begitu tinggi. Jujur, Krystal pun ingin memiliki banyak kenangan dengan Kaivan selama di Sumba. Awalnya Krystal datang ke Sumba untuk menenangkan diri, dan melepaskan semua kesedihan dalam hati. Namun pada akhirnya masalah mereka telah mampu mereka atasi. Itu kenapa Krystal ingin membangun memory indah di Sumba. Anggap saja Honeymoon atau entah Babymoon. Istilah apa pun Krysta
Sudah Lima hari Kaivan menyusul Krystal ke Sumba. Di kota yang jauh dari ibu kota Indonesia ini banyak tempat-tempat yang masih kental dengan adat budaya setempat. Ya, meski jauh dari suasana ibu kota; Kaivan dan Krystal menyukai berada di kota ini. Mereka berlibur, menikmati keindahan kota Sumba, Nusa Tenggara Timur. Beberapa tempat telah Kaivan dan Krystal datangi. Tentu ini adalah permintaan Krystal. Dan beruntung, Kaivan tidak pernah mengeluh sedikit pun. Pria yang terkenal seperti gunung es yang tak akan mungkin bisa mencair itu, nyatanya mampu luluh dengan semua permintaan sang istri. Walau terkadang Kaivan sempat kesal pada permintaan aneh istrinya, tetapi Kaivan selalu berusha menuruti segala permintaan Krystal.Dalam beberapa hari ini, Kaivan dan Krystal mengunjungi beberapa tempat yang wajib dikunjungi selama ada di Sumba, Nusa Tenggara Timur. Salah satunya Kampung Adat Waru Wora. Di Kampung Adat Waru Wora itu menunjukan di mana budaya dari Sumba sangatlah kental. Penduduk d