Alexa terdiam, mematung.
Wanita itu secara reflek menyentuh perutnya sendiri, dengan kedua mata yang terbelalak ketika melihat sosok tinggi besar dihadapannya itu.
Namun yang membuat Alexa semakin takut adalah tubuh Hera yang berada dalam gendongan Zeus.
"Yang Mulia."
Alpha Elios yang mendengar kabar dari salah satu warriornya bahwa Zeus muncul secara tiba-tiba di halaman packhouse istana, bergegas menemuinya dan berdiri tepat di depan tubuh Alexa, berusaha melindungi pasangannya yang tengah hamil besar dengan posesif.
Ekspresi raut wajah khawatir muncul di raut wajah tegang manusia serigala itu ketika melihat Hera yang terpejam dalam gendongan King Demon Zeus.
"Yang Mulia, sebenarnya apa yang terjadi dengan adik saya?"
"Dia hanya tidur." Zeus berkata dingin.
Alpha Elios mengangguk lalu segera mHera melihat refleksi dirinya sendiri disebuah lukisan besar yang terpajang di dinding sebuah ruangan. Lukisan wajah seorang perempuan dengan rambut panjang berwarna hitam legam, yang merupakan sosok dari Luna Quin, yaitu ibunda Hera yang telah lama meninggal belasan ribu tahun yang lalu. Di dalam ruangan yang besar itu, terdapat berbagai macam lukisan buatan mendiang ayahnya. Namun memang yang paling mencolok hanya lukisan di hadapan Hera, karena terpajang tepat menghadap kearah pintu. Hera mengulurkan satu tangannya, menyentuh lukisan tersebut dengan ujung jemari tangan lentiknya hati-hati. Sosok dalam lukisan itu benar-benar menyerupai Hera, wajah keduanya bagai pinang dibelah dua. Dan hanya pada warna kedua bola mata dan rambut saja yang menjadi pembeda diantara keduanya. Hera tersenyum haru, tampak begitu sangat merindukan sosok ibu kandungnya itu.
"Hera." Cup. Alpha Elios terkejut ketika Hera tiba-tiba saja mengecup singkat bibirnya, lalu segera bergegas turun dari atas pangkuan Alpha Elios dan berlari keluar meninggalkan ruang kerja kakaknya itu begitu saja. Alpha Elios mendesah kesal melihat kepergian Hera, yang bahkan belum menjawab pertanyaannya dengan benar. Dengan satu tangannya, Alpha Elios memijit pelan kepalanya yang berdenyut pusing, bertopang kepala menggunakan satu tangan dan menghela napas cukup berat. Entah mengapa, rasanya sangat berat merelakan adik kecilnya itu untuk King Demon Zeus. Elios tidak suka Hera bergantung selain dengan dirinya. Elios tidak senang ketika Hera membagi cintanya untuk pria lain selain dirinya. Menarik napas panjang dan mencoba berpikir tenang, Elios segera melepas lensa kedua matanya, yang menampilkan netra wa
"Aku dimana?" Hera tersesat. Wanita itu tidak bisa keluar dari kabut hitam yang tengah mengelilinginya kini. Dengan bingung, Hera duduk dan beringsut ke ujung ranjang seraya memeluk kedua lututnya sendiri. Tidak ada apapun di dalam ruangan asing itu, hanya sebatas ranjang berselimutkan sprei berwarna putih bersih. Hera menoleh kesana-kemari untuk mencari jalan keluar. Namun, ruangan itu benar-benar seperti sebuah kotak tanpa lubang dan fentilasi udara. "Sudah bangun dari tidurmu, Princess." Hera terkejut bukan main. Tubuhnya bergerak mundur secara teratur ketika mendengar suara misterius yang cukup memekakan telinga. Namun, ketika Hera menolehkan kepalanya lagi, bermaksud mencari asal dari mana suara itu berada. Tidak ada satupun yang Hera temukan di dalam ruangan itu. Dia hanya sendirian,
"King Darius?" Hera membekap mulutnya menggunakan kedua tangan. Tubuhnya bergerak mundur tanpa sadar karena terlalu terkejut. Mendadak, suara Enrico beberapa minggu yang lalu diruang makan, kembali terngiang dalam ingatannya. "Yang Mulia Zeus terlibat pertarungan besar dengan Raja Darius. Mereka adalah iblis yang sama-sama menguasai bumi. Meski ada begitu banyak iblis di muka bumi ini, hanya Zeus dan Darius yang terlibat pertengkaran sengit. Setelah bertarung, biasanya keduanya akan sama-sama terluka parah dan butuh tidur panjang untuk memulihkan diri," terang Enrico saat itu. Hera menelan ludah susah payah melihat senyum miring King Darius. "Kau pasti mengenalku." Darius mendadak menghilang dan muncul kembali tepat di belakang tubuh Hera, kemudian bergerak sigap membekap mulut wanita itu. Hera terus melawan, berusaha keras berontak dan d
"Hera!" Setibanya Alpha Elios di Goldenmoon pack, pria itu langsung masuk kedalam kamar dan memeluk tubuh adiknya itu begitu erat. Jesselyn yang semula masih tampak duduk dan sedang menyuapi Hera makanan, segera bergerak menyingkir untuk memberikan ruang pribadi Alpha Goldenmoon pack itu dengan adiknya. "Kau tahu, aku hampir saja menghancurkan Goldenmoon pack karena tidak bisa mencarikan obat untukmu. Kau membuat seorang Alpha hilang kendali, Hera. Aku benar-benar seperti orang gila tadi." "Itu terdengar terlalu berlebihan, Alpha." "Tidak jika itu untukmu, Hera." Elios memegang kedua sisi wajah Hera dan menatap wajah pucat pasi adiknya itu dengan raut wajah cemas, "Kau adalah adikku Hera. Titipan ayah dan Ibu yang harus kujaga dengan nyawaku. Jika sampai sesuatu terjadi padamu, aku bersumpah, bukan hanya Goldenmoon pack, aku bahkan bisa menghancurkan seluruh
"Mohon ampun King Demon Zeus. Atas perintah dari Alpha Elios, Anda beserta Tuan Enrico dilarang memasuki wilayah Goldenmoon Pack lagi." "Lancang sekali kalian berdua melarang seorang penguasa kegelapan memasuki wilayah ini. Kalian berdua ingin dihukum mati hah?" "Ampun, Tuan Enrico. Kami benar-benar merasa sangat bersalah dengan apa yang tengah kami lakukan kali ini. Tapi kami hanya berusaha patuh dengan menjalankan perintah dari pemimpin kami. Wilayah Goldenmoon Pack telah dipasangi segel sihir dan semua makhluk immortal dari ras manapun tidak diijinkan memasuki wilayah kami tanpa seijin Alpha Elios itu sendiri. Mohon pengertiannya Tuan." "Peduli setan." PRANK! Enrico langsung menyentak halangan melintang dua bilah pedang dari tangan kedua orang warrior Goldenmoon Pack itu hingga tubuh mereka terhempas mundur beberapa langkah kebelakang. Dengan g
Hera terbangun di waktu tengah malam, mengamati sekeliling kamarnya dan tidak menemukan Alpha Elios di dalam kamarnya lagi. Sofa yang semula menjadi tempat tidur kakaknya itu juga telah rapi, pertanda jika pria setengah serigala itu sudah merapikannya sebelum pergi.Dengan riang, wanita itu lalu beranjak turun dari atas ranjang kamar dan berlari menuju kearah jendela, namun alangkah terkejutnya Hera ketika melihat jendela kamarnya telah di tutup secara permanen.Hera merasakan kedua matanya berkaca-kaca dan rasanya ingin menjerit marah."Jika sudah begini, apa yang harus kulakukan agar bisa keluar dari dalam sini?"Kedua bahu wanita itu tampak terkulai lemas, Hera menatap kearah fentilasi udara yang bahkan juga sudah ditutup rapat. Membuat Hera merasa menjadi seorang tahanan negara saja."Akh, Kenapa dengan tubuhku."Hera merasakan rasa panas di sekujur tubuhnya secara tiba-ti
Jesselyn duduk bersandar dibalik pohon yang cukup besar.Tubuhnya terasa sangat lemas. Dia meletakkan keranjang buah didekat kakinya dan memejamkan kedua mata.Bulan merah adalah siksaan bagi semua kaum immortal, bahkan untuk mereka yang belum memiliki pasangan sekalipun. Meski efeknya tidak separah ketika sudah menemukan pasangannya, tetap saja Jessy merasakan gairah yang cukup membuat kepalanya pening.Lama Jesselyn berdiam diri disana, gadis itu kemudian segera berdiri, meraih keranjang berisi anggur yang ia dapatkan dari kebun tak jauh dari bukit.Luna Alexa yang mengidam, sore tadi memintanya untuk mencari buah anggur namun yang masih segar.Alhasil, Jessy datang kemari untuk memetiknya secara langsung. Namun, karena efek bulan merah yang tiba-tiba terjadi tanpa dia duga, Jesselyn tidak bisa kembali ke Goldenmoonpack dengan cepat, perempuan itu berhenti berkali-kali karena tak kuat dengan
Seera membuka satu matanya, memastikan Hera benar-benar telah keluar dari dalam kamar meninggalkannya sendirian. Setelah yakin jika kondisi sudah aman, gadis kecil itu segera melompat turun dan berlari ke arah pintu. Sebelumnya Seera sudah mengambil gunting untuk memangkas bagian bawah rok gaun yang dikenakannya hingga sebatas lutut, membuat gaun panjang yang Seera kenakan menjadi gaun pendek agar memudahkan gadis itu bergerak nantinya. Tidak ada waktu untuk berganti baju, karena kesempatan untuk kabur seperti saat ini adalah hal yang paling langka Seera dapatkan. Seera kemudian berjalan mengendap-endap menuju kearah belakang Istana Kastil. Masuk kedalam kandang kuda menghampiri salah satu kuda pony berbulu putih kesayangannya. Delmon, salah seorang penjaga kudalanjut usia yang melihat kedatangan Seera segera berjalan mendekati tuan putri Istana Darken itu dengan tubuh sedikit membungkuk sopan. "Princess Seera, apa yang ingin and
Seera Aquinsha terlihat sedang berdiri di pembatas balkon, menatap kearah halaman samping Istana Darken dengan kedua tangan menopang dagu. Gadis kecil itu terlihat sedang dalam kondisi suasana hati yang buruk, terbukti dari bibir cembetut dan wajah ditekuknya. Tak lama kemudian, muncul sosok Marrine yang sedari tadi dibuat panik mencari-cari keberadaan Seera, dan langsung tersenyum lega begitu kedua netranya berhasil menemukan tuan putri dari Istana kegelapan itu. Marrine segera mendekat dan berdiri tepat di sebelah gadis kecil yang mengenakan gaun berwarna biru muda itu, ikut memperhatikan apa yang sedari tadi tampak menyita perhatian Seera. "Princess Seera, apa yang sedang anda lakukan disini, kita harus kembali melanjutkan latihan tata krama anda sekarang juga." "Aku bosan." "Tapi Princess, jika Queen Hera tahu nanti anda akan kena marah." Seera terlihat menghela napas kesal, sekali lagi kedua matanya kembali
1 TAHUN KEMUDIAN.Hera berlari kecil meninggalkan taman bunga dengan menenteng rok gaun panjangnya menggunakan kedua tangan. Terus mengabaikan teriakan Marrine yang masih terdengar beberapa kali dibelakang sana.Senyumnya tak pernah pudar begitu mendengar kabar bahwa Zeus telah kembali.Sementara tak jauh dari posisinya, terlihat Marrine yang tampak sudah berhenti berlari dengan napas terputus-putus, mengusap keringat di keningnya sendiri menggunakan punggung tangan.Di usianya yang sudah bisa dikatakan tua ini, wanita setengah baya itu sudah tidak bisa lagi berlarian menyusul Hera yang telah menjauh. Marrine hanya bisa mengawasi ratunya itu dari arah kejauhan, meringis ngeri ketika melihat Hera yang beberapa kali terlihat hampir terjatuh karena tak sengaja menginjak rok gaunnya sendiri.Hera bahkan sudah berlari menaiki ribuan anak tangga pelataran yang akan membawanya kearah kastil Istana Darken yang terlihat semak
"Bukan begitu caranya!" Zeus mendelik. Merasa kesal karena Hera berulang kali terus memarahinya bahkan membentaknya. Akhir-akhir ini, Hera menjadi melunjak dan berani bersikap sok di hadapan King Demon Zeus. Seperti saat ini contohnya, raut wajah wanita itu tetap terlihat biasa saja meski King Demon Zeus sudah menampilkan wajah garangnya, tapi seakan sudah kebal dengan tatapan seperti itu, Hera lalu melengos tidak peduli sambil membenarkan posisi tubuh Ares dengan benar diatas pangkuan iblis itu agar bayi kecil mereka merasa nyaman. Ares sudah tidak menangis setelah Hera selesai menyusuinya lagi. Bayi kecil laki-laki itu memang sangat rakus dan kini tengah mengulum satu ibu jari tangan kanannya bahkan terlihat pasrah-pasrah saja ketika tubuhnya dijadikan kelinci percobaan oleh kedua orangtua kandungnya itu. "Letakkan tangan kirimu dibawah kepala antara leher dan kepalanya. Jangan mengabaikannya Zeus, kalau sampai salah nanti kepala Ares bisa tengleng." "Tengleng?" King Demon Zeus
"Hera?" Hera terkejut begitu ia terbangun dan langsung mendapati Alexa berada di dalam kamarnya. Wanita itu tampak mengamati sekeliling kamar, untuk memastikan bahwa dirinya benar-benar masih berada di dalam kamarnya di Istana Darken. "Luna Alexa, kau?" Alexa langsung menubruk tubuh Hera begitu saja, memeluknya. "Hera maafkan aku." Hera benar-benar terlihat masih tampak linglung. Nyawanya sepenuhnya belum terkumpul. Lalu ketika ia melihat kearah box bayi, Ares tiba-tiba sudah tidak berada di sana, membuat wanita itu panik. "Putraku! Dimana putraku Ares?" Alexa segera mengurai pelukan mereka dan menenangkan Hera. "Anastasya telah membawanya ke luar, sedang bermain bersama Abercio dan Alexandre." "Alexandre disini?" Alexa mengangguk."Aku sengaja membawanya kesini." Hera segera mengambil kedua tangan Alexa dan menatap tepat kedalam bola mata kakak ipar
"Saya benar-benar sangat terkejut ketika melihat anda tadi Yang Mulia Ratu."Ana sudah duduk dikursi sofa setelah tersadar dari pingsannya, wanita itu terus memperhatikan ratunya yang saat ini sudah menidurkan Pangeran Ares didalam box bayi seraya mengusap pelan puncak kepala bayi lelaki itu.Melihat Hera yang terus tersenyum mengamati Pangeran Ares, sungguh membuat Anastasya merasa terharu. Pasalnya baru kali ini Ana bisa melihat interaksi ratunya itu dengan anak kecil."Saya sudah mengirimkan pesan ke Goldenmoon pack tentang kembalinya anda Yang Mulia Ratu. Saya rasa Alpha Elios sedang merayakan kebangkitan anda kali ini."Hera kemudian segera duduk di single sofa tak jauh dari Anastasya berada."Apakah kakakku pergi ke Istana Darken ketika berita kematianku diumumkan, Ana?"Anastasya tampak terdiam."Ana, cepat ceritakan padaku apa yang sebenarnya sudah terjadi."
"Kudengar, King Demon Zeus sedang menyibukkan diri didalam ruang kerjanya hari ini.""Benarkah? Menurutmu, apakah Yang Mulia menyesal setelah Lady Anastasya kemarin bicara begitu padanya?""Entahlah. Tapi aku salut dengan Lady Anastasya yang berani bicara seperti itu kemarin."Dua orang pelayan Istana Darken itu terlihat tengah asik bercengkrama setelah memastikan semua pekerjaan mereka telah selesai di kerjakan. Marrine yang merupakan seorang kepala pelayan di Istana Darken yang kebetulan baru saja tiba segera menegur kedua pelayan itu."Kalian berhentilan bergosip. Apakah kalian lupa bahkan tembok memiliki dua mata dan juga dua telinga."Kedua orang pelayan Istana Darken yang ketahuan sedang membicarakan King Demon Zeus itu langsung menunduk kaku, tidak berani menatap kearah Marrine.Salah satu dari kedua pelayan itu akhirnya berani membuka suara, meski dengan suara ya
Hari demi hari telah berlalu, keadaan Istana Darken kembali menjadi sepi mencekam. Ada kehidupan didalamnya namun semua makhluk disana seakan tak lagi memiliki gairah untuk terus melanjutkan hidup sejak kematian Hera di umumkan.Tidak ada upacara untuk hari kematian Hera seperti yang King Demon Zeus perintahkan. Tidak ada yang berani melihat bahkan hanya untuk sekedar mendekati peti mati yang menyimpan tubuh wanita itu.Semuanya berjalan seperti biasa. Seakan tidak pernah ada Hera di Istana kegelapan itu. King Demon Zeus hanya berkata, bahwa tubuh Hera telah dia kremasi dengan semestinya, tanpa menjelaskan secara rinci apa lagi yang Pria Iblis itu lakukan hingga beritanya seakan lenyap begitu saja.Tidak ada satu makhluk pun yang berani mengungkitnya, bahkan Alpha Elios dan segenap keluarga Goldenmoon pack tidak mendapatkan kabar baik.Hanya ada suara tangisan bayi kecil bernama Ares dan Abercio yang mampu membuat s
Lengkingan suara tangis bayi lelaki itu terdengar bersamaan dengan kedua mata Hera yang telah terpejam rapat. Tubuh lemahnya tergelepar begitu saja keatas ranjang dengan wajah pucat penuh dengan bulir keringat. Ester dan Yasmin yang membantu Hera bersalin langsung saling berpandangan dengan raut wajah cemas mereka.Ester kemudian bergegas menyentuh urat nadi di satu lengan Hera, sementara Yasmin sudah menyerahkan bayi lelaki penuh darah itu pada Marrine untuk segera dibersihkan."Yasmin, bagaimana ini? Queen Hera kehilangan denyut nadinya." Yasmin segera mendekat, meraih apapun yang ia sebut sebagai obat untuk memberikan pertolongan pertama dengan beberapa ramuan yang dia punya. Membaui hidung Hera agar wanita itu segera tersadar dengan mengoleskannya sedikit di pelipis dan dan kedua telapak kaki ratunya yang terasa semakin dingin.BRAK!"Hera!"Alpha Elios masuk kedalam ruang bersalin itu beg