Share

55

Penulis: Gleoriud
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-01 19:37:54

Nadhira langsung tidur saat Sri selesai memandikannya dan menyusuinya. Sri sangat berterimakasih pada pria asing yang memperkenalkan dirinya sebagai Hans. Ternyata masih ada orang baik di dunia ini, menolong tanpa pamrih dan tak pandang bulu. Setelah berhasil bernegosiasi dengan damai dengan keluarga Novan, Sri begitu terharu bisa membawa anaknya kembali. Suatu saat, Sri ingin membalas jasa pria itu, pria yang memberinya perhatian layaknya seorang ayah pada anaknya.

"Assalamualaikum." Susi datang, wajahnya cerah saat melihat Nadhira sudah kembali ke kossan ini. "Alhamdulillah." Susi tersenyum haru."Ayo kita bicara di depan, nanti anakmu terganggu."

"Oh ya, kamu belum cerita, siapa laki-laki yang mengantarmu kemaren." Susi duduk di kursi kayu di beranda.

"Namanya Pak Hans. Dia yang menolongku saat mengejar mobil Mas Novan. Dia juga yang membantu bernegosiasi dengan keluarga Novan. Tapi, ada hal yang mengganggu pemikiranku, Mbak."

"Apa itu?"

"Nadhira memang di bawah pengasuhanku, bukan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bekas Merah di Leher Istriku    56

    Mata Briyan memancarkan sinar kekaguman, bagaimana tidak, dalam satu malam, orang yang sama mampu memberi kesan yang berbeda. Briyan begitu takjub, bagaimana bisa blezer itu mampu memberi kesan yang begitu sempurna. Rambut yang biasa dikuncir kuda, digerai indah membingkai wajah datar yang terkesan bosan itu."Aku patut memberi jempol pada Emma, yang bisa mendandanimu begini. Dengan penampilanmu ini, kau terlihat berwibawa dan memancarkan aura manager yang sesungguhnya, woow!" Briyan tak bisa menyembunyikan kekagumannya. Orang yang disanjung tampak tak peduli."Oh ya! Rapat akan diadakan sepuluh menit lagi, mintalah catatan pada Emma, tentang apa yang perlu kau sampaikan nanti.""Baik, Pak!" Seharusnya Briyan keluar dari ruangan itu, tapi sesuatu yang mengganjal hatinya, kenapa Sri terkesan tak peduli, bahkan terlihat bosan."Tidak ada yang ingin kau tanyakan?"Sri menoleh lagi, sedikit bingung."Tidak.""Oh, baiklah!" Briyan mengutuk dirinya yang seperti orang bodoh. Seharusnya dia

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-03
  • Bekas Merah di Leher Istriku    57

    Sri hanya menghembuskan nafasnya kasar, dia baru saja merebahkan tubuhnya di samping Nadhira saat bunyi telpon menganggunya satu jam yang lalu. Sri bangkit pelan-pelan agar Nadhira tidak terbangun. Memang, masih jam sembilan, tapi waktu di malam hari sangat berharga bagi Sri, dia sudah meninggalkan Nadhira seharian, dia juga cukup lelah dengan jabatan baru yang baginya tak begitu menarik. Ditambah lagi saat perkenalan, rata-rata dari mereka, malah mencibir dan berbisik-bisik. Sri yakin, besok, fitnah dan prasangka buruk akan menyebar di resto Nagoya milik Briyan."Mbak, bisa jaga Nadhira sebentar? Cuma lima belas menit, aku ada perlu." Kebetulan Susi belum tidur, dia masih duduk-duduk di beranda kossan sambil mengipas-ngipas dengan kipas sate."Ke mana?""Ini, pak bos ada perlu." Jawaban Sri setengah menggerutu."Baiklah! Jangan lama-lama, berbahaya, wanita secantik kamu laku kalau diculik dan dijual." Susi mencandai Sri. Sri tersenyum tipis."Deket kok, di kafe depan aja.""Ya, hat

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-05
  • Bekas Merah di Leher Istriku    58

    Novan menghembuskan nafas kasar, dia tak begitu suka dengan sifat Sri yang selalu mengungkit-ungkit masa lalu. "Waktu itu aku tak sengaja mendorongmu, karena kau memukulku dengan brutal. Kalau dikaji lagi, kita sama-sama bersalah di masa lalu, aku mengakui bahwa aku sempat menyukaimu, tapi setelah tau kau tidak seperti yang aku kira, aku sangat kecewa padamu.""Seperti Mas kira? Mas masih ingat, siapa yang memaksa saya? Memperkosa saya?" Sri meradang."Tak sepenuhnya itu disebut sebagai pemerkosaan, aku tak memaksamu untuk ikut pada acara hotel itu, kalau aku tau kau istri orang, aku takkan mendekatimu, Sri." Novan tak mau kalah. Menurutnya, Sri terlalu berlebihan jika menganggap dirinya adalah korban. "Saya bisa apa? Sebagai karyawan rendahan, saya tak bisa menolak banyak saat bos saya meminta ini dan itu. Saya butuh pekerjaan saat itu, itu makanya saya tak mengatakan bahwa saya telah menikah."Kening Novan berkerut. Kemudian raut itu berubah makin sinis."Apa hubungannya pekerjaan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-07
  • Bekas Merah di Leher Istriku    59

    Wanita baya yang cantik itu menjalin jari-jarinya resah, bahkan dia sesekali menghela nafas kasar karena gusar. Saat ini dia tengah duduk di ruang tamu di kantor utama panti asuhan itu. Terdapat sofa kecil bewarna hijau pudar, di depannya ada meja kecil yang berhiaskan satu pot bunga yang bewarna kuning. Di dinding terpajang struktur kepengurusan panti, serta rak besar berisi kertas-kertas yang diyakini sebagai arsip berharga."Maaf, telah membuat Anda menunggu lama." Seorang wanita yang sebaya dengannya muncul dengan senyum ramah. Wajahnya lembut mencerminkan dia adalah seorang wanita yang penyayang. Rossana yang mengantar wanita itu mohon undur diri."Saya Marisa. Saya yakin, Anda bunda Ratmi anaknya Bunda Alifa, wajah kalian teramat mirip."Bunda Ratmi menjabat tangan Marisa dan mengangguk."Saya Ratmi, pengelola panti ini." Marisa tersenyum."Jadi, saya ke sini ingin mengetahui keberadaan putri saya." Wajah Marisa berubah serius. Bunda Ratmi mendengarkan dengan seksama."Kira-ki

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-11
  • Bekas Merah di Leher Istriku    60

    Baginya, takdir bukanlah sesuatu yang mudah ditebak. Dulu, dia adalah wanita muda yang dibuang oleh suaminya sendiri demi wanita lain. Dia dibuang bagaikan sampah yang tak berharga. Sebagai wanita muda yang tak lagi memiliki keluarga, dia mempertahankan diri untuk hidup dengan bekerja sebagai pembantu rumah tangga.Namun, mungkin kecantikan adalah kutukan. Dia menjadi korban pelecehan dari majikannya sendiri sehingga dia nekad melarikan diri demi keselamatannya. Melarikan diri, setelah mendengar sendiri rencana pembunuhan yang akan dilakukan oleh majikan perempuannya. Apa lagi alasannya, kalau bukan karena cemburu, cemburu karena suaminya yang terpikat oleh pembantunya sendiri.Masih segar diingatanya, bagaimana susahnya dia mempertahankan kandungannya, membawa perut besarnya membanting tulang demi nasi sesuap. Sampai tiba saatnya, bayi yang ditunggu-tunggunya lahir ke dunia."Tolong! Bayiku...." Ketuban telah pecah, sakit yang terasa tak tertahankan itu reda namun diikuti rasa mendes

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-11
  • Bekas Merah di Leher Istriku    61

    "Sri tidak seperti kebanyakan anak yang lain. Sri tidak mau diadopsi oleh siapa pun, alasannya karena dia tidak ingin berpisah dengan Bunda Alifa yang telah merawatnya selama ini. Anak itu, anak yang periang, cerdas dan menjadi kebanggan bunda Alifa. Sayangnya, dia tidak mau melanjutkan sekolah dan memilih untuk ikut membantu pekerjaan di panti asuhan ini. Sampai pada suatu hari, dia menemukan jodohnya," tutur bunda Ratmi. Marisa mendengarkannya dengan mata berbinar. Sesekali mengusap air matanya. Air mata haru."Kami ikut menyaksikan pernikahan Sri, walaupun tak ada pesta, kami yakin, Sri sangat beruntung, laki-laki sederhana itu terlihat begitu penyayang dan setia. Mereka sering berkunjung ke sini, kecuali setahun terakhir. Tak ada lagi.""Bisa saya minta alamatnya?" Marisa bertanya tak sabaran.***Sri mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah yang lebih cocok dinamai istana itu. Sebelum masuk ke gerbang yang begitu besar, mereka melewati jalan sepi yang diapit pohon Cemara di k

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-13
  • Bekas Merah di Leher Istriku    62

    Sri menggeliat kemudian bangun dari tidurnya. Setelah shalat subuh tadi, dia kembali tidur mendekap Nadhira yang masih pulas. Hari Sabtu dan Minggu baginya begitu berharga. Di hari Sabtu dan Minggu ini lah dia bisa bermain sepuasnya dengan Nadhira. Wanita cantik yang masih muda itu bangkit menuju kamar mandi, melakukan rutual pagi dan menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri. Hanya segelas susu dan selembar roti tawar, cukup untuk menambah energi pagi ini.Dia teringat akan nasehat Susi, bahwa kebahagiaan itu adalah pilihan, kita yang menciptakan bukan dicari. Mungkin sebaiknya dia mencoba untuk berubah, berdamai dengan masa lalunya sendiri. Toh, kini hidupnya mulai nyaman, Nadhira sudah ada bersamanya, dan dia memiliki gaji yang lumayan.Tiiin! Bunyi klakson menarik perhatian Sri. Dia menyingkap tirai jendela. Dia lupa, ini jadwal Novan untuk berkunjung. Sri mengambil nafas, lalu melepaskan perlahan. Ini saatnya, seperti nasehat Susi, bagaimanapun Novan adalah ayah dari anaknya."S

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-17
  • Bekas Merah di Leher Istriku    63

    Sri berlari di lorong rumah sakit. Setelah mendapat kabar dari Briyan bahwa ayahnya masuk rumah sakit tadi malam, Sri tak menunggu lama. Dia langsung meminta Novan kembali mengantarnya pulang. Sri membuka pintu ruang perawatan, dua pasang mata di sana, sama-sama menatap ke arahnya. Sri menata nafasnya, ada senyum lega terukir di bibirnya, melihat Hans sudah tampak membaik. Dia duduk bersandar di tempat tidur rumah sakit, sambil mengunyah buah yang disodorkan Briyan."Bagaimana keadaan Anda, Tuan?" tanya Sri tulus, dia meletakkan rantang berisi makanan yang sengaja dibuatnya sendiri. Baginya, Hans adalah pahlawan yang sangat berjasa."Aku sudah lebih baik, sebenarnya aku ingin pulang, namun bosmu menahanku di sini lebih lama." Hans melirik Briyan yang masih menampakkan wajah tak habis pikir."Syukurlah! Ini, mungkin tak seenak steak buatan Anda. Tapi saya memasaknya dengan sungguh-sungguh!" Sri membuka rantang, wangi rempah tercium menggoda."Apa itu?" tanya Hans penuh minat.Sri ter

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-20

Bab terbaru

  • Bekas Merah di Leher Istriku    84

    "Sah!" Sahutan serempak bergaung di mesjid besar itu. Marisa mengusap air matanya, Sri menangis dan menutup wajahnya sendiri. Bukankah sebuah keajaiban? Hatinya yang awalnya beku luluh karena kegigihan Briyan. Pria itu tak mau mundur sedikit pun, bahkan semakin maju menggapai cinta Sri walaupun ditolak berkali-kali.Sifat Briyan selama bertolak belakang dengan Aryo yang melepaskannya tanpa berpikir dua kali. Mereka memang terlahir dari rahim yang sama, wajah yang sama, tapi nasib yang berbeda serta sikap yang berbeda pula.Ini untuk yang ke-tiga kalinya dia pernah melalui momen ini, dan kali ini pula rasanya Sri masih tak percaya. Ada banyak rasa yang dirasakannya. Sedih, bahagia, haru dan seperti mimpi. Sri terkesiap saat kepalanya diusap lembut, dia menemukan seorang pria tampan dengan wajah teduh dan menenangkan. Wajah itu, yang akan menjadi imam di sisa hidupnya."Ayo! Cium tangan suamimu!"bisik Marisa. Sri tergagap, kemudian dia menyambut uluran tangan Briyan dan membawa ke waj

  • Bekas Merah di Leher Istriku    83

    Teruntuk Marisa istrikuApa kabar Marisa? Aku melihatmu terus dari kejauhan saat kau telah menjadi bintang yang tak mungkin lagi aku raih. Tuhan maha adil dengan segala kuasa-Nya. Memberikan derajat yang tinggi padamu, dan memberikan hukuman yang berat padaku.Apakah dayaku, Marisa. Sejak kepergianmu puluhan tahun silam, saat itu juga hatiku hancur dan menghabiskan malam-malam dengan mabuk minuman keras. Saat kau tak ada, aku merasa benar-benar kehilangan. Aku sudah mencarimu waktu itu untuk meminta maaf, ingin memulai kembali pernikahan yang indah dan penuh maaf. Tapi, kau benar-benar pergi, Marisa.Takdirku tak berhenti begitu saja, aku hancur, terbuang dan menjadi gelandangan. Berbagai penyakit menggerogotiku, jantung dan diabetes serta darah tinggi.Aku tau Marisa, takkan ada maaf untukku lagi, namun di punghujung nafasku, aku ingin meminta maaf kepadamu, aku tak mau mati dengan beban penyesalan yang tak berkesudahan. Andaikan waktu bisa diulang Marisa, aku ingin kita kembali ke m

  • Bekas Merah di Leher Istriku    82

    Briyan masih bertahan di posisinya berdiri bahkan setelah Hans berlalu dan lebih dulu masuk rumah. Dia sempat mengangguk sekilas pada wanita cantik yang memakai kebaya hijau muda dan rambut disanggul rapi. Briyan yakin, itulah yang namanya Marisa."Wah, cantik-cantik bunga majikanmu," puji Briyan, hatinya senang sekali saat ini. Sri terlihat biasa saja, tak berniat meluruskan. Dia menggulung selang air kembali dan meletakan pada sebuah wadah yang telah disediakan."Aneh, kamu meninggalkan pekerjaan sebagai menejer demi menjadi pembantu? Kalau begitu bekerja di rumahku saja, setelah ijab qobul." Briyan tersenyum konyol.Sri tak terpengaruh dengan lelucon itu. Biar saja Briyan tau sendiri, supaya laki-laki itu sedikit syok."Kau tinggal di mana?""Di sini!""Ibumu?""Di sini juga," jawab Sri sambil mencuci tangannya."Wah, baik sekali Nyonya Marisa memperbolehkan pembantu tinggal di sini bersama ibunya. Pantas saja Hans memujinya. Jarang-jarang ada orang sebaik itu.""Bapak masuklah dul

  • Bekas Merah di Leher Istriku    81

    Mata sendu itu masih terbuka, ada lelah yang tak bisa dijabarkan di sana. Pada hakikatnya dia adalah pria rupawan yang kesepian. Dulu, sebelum dia tau bahwa dia hanyalah anak angkat, dia sering bertanya pada Hans, "di mana ibu?", dan Hans hanya memberikan senyum hangat tanpa memberi penjelasan.Terkadang dia iri dengan teman-temannya di sekolah, yang bergayut manja digendong oleh ibu mereka. Atau, saat acara piknik bersama keluarga, hanya tendanya dan Hans yang paling sedikit isinya."Dad, ini tidak seru," kata Briyan kecil sambil meletakkan gitar mainannya. Teman-temannya berlarian dengan adik atau kakak mereka, atau ada yang membantu ibunya menyiapkan makan malam, sementara di tenda mereka, Hans sibuk dengan majalah bisnis. Mereka tengah piknik acara sekolah, namun Hans tetap saja bekerja."Tidurlah! Atau bermain dengan temanmu yang lain!"Briyan kecil cemberut, mata bulatnya menatap bosan ke luar tenda miliknya, lampu-lampu taman menerangi tenda-tenda yang berjarak kisaran empat me

  • Bekas Merah di Leher Istriku    80

    Sakit itu, sebuah musuh yang tak berwujud tapi mematikan. Dia mengendap begitu dalam, tak bisa diobati, tak bisa ditawar, hanya bisa menggerogoti jiwa yang penuh putus asa dan semakin melemah. Tak terperi, rasa sakit yang dirasakan Briyan seakan bisa membuatnya mati. Begitu hancurnya dia ketika mengetahui kenyataan yang tak ada kenyataan bahagia sedikit saja di masa lalunya. Andaikan pria tua lumpuh itu tidak dalam keadaan cacat, tentu Briyan telah menghajarnya sampai hatinya puas, tapi, laki-laki tua yang Briyan berat mengakui sebagai kakeknya itu, tak lebih dari seonggok daging hidup yang tak mengerti. Dia lumpuh dan depresi. Dan Briyan tau, orang gila tidak bisa diajak berbicara.Seusai menemui Adhiwijaya, Briyan memacu mobilnya seperti orang kesetanan. Dia tak peduli dengan sumpah serapah serta umpatan kasar orang yang disalip secara ugal-ugalan.Wajah pria tampan itu memerah. Matanya masih basah, urat-urat bertonjolan di sepanjang lehernya.Ini sakit, apa yang lebih menyakitkan d

  • Bekas Merah di Leher Istriku    79

    Bolehkah dia menangis dan meraung sekuat tenaga? Andaikan dia tak bersikeras menyelidiki tentang dirinya, tentu rasanya tidak akan sesakit ini. Pada dasarnya dia hanyalah anak yang dibuang untuk menghilangkan malu. Lalu, apa yang benar-benar dimilikinya di dunia ini, tak ada selain nyawanya sendiri."Maafkan aku! Ampuni aku! Aku ikut membantu Adhiwijaya membuang kalian karena terpaksa, aku mohon! Ampuni aku!" Laki-laki tua itu bersimpuh dan terisak di depan Briyan, hilang sudah ketegasan dan kegagahan yang dia perlihatkan beberapa saat yang lalu. Dia terlihat menyedihkan dengan bersimpuh di kaki orang yang lebih muda pada dirinya."Katakan apa saja yang engkau ketahui, Pak! Aku ingin mendengar langsung dari mulutmu. Aku akan mengampunimu jika kau berkata jujur!" jawab Briyan dingin. Nafasnya, sesak dan seakan jantungnya ingin meledak Manahan marah.Danu bangkit, mengusap air mata dengan sapu tangan yang disimpan di balik jasnya, sedangkan Adhiwijaya memperhatikan mereka dengan tatapan

  • Bekas Merah di Leher Istriku    78

    Marisa muda menyandarkan bahunya yang ramping ke sandaran tempat tidur. Matanya yang sembab melirik laki-laki yang tertidur pulas di sampingnya, seperti biasa, pulang dalam keadaan mabuk minuman keras.Dia dipapah oleh wanita malam yang mengumpati Marisa. Bahkan percakapan hina itu tak mampu dielakkan."Besok aku akan datang lagi ke sini, lakimu belum membayar setelah aku melayaninya, kalau aku tau dia adalah laki-laki kere, dari awal aku sudah menendangnya saat masuk ke dalam kamar. Ternyata apa ini? Gubuk reyot mencerminkan penghuninya yang melarat. Bodohnya aku masih mau mengantar pria payah ini ke rumahnya." Wanita itu menjatuhkan suaminya begitu saja. Marisa tak menjawab. Ini entah yang keberapa kalinya, suaminya diantar oleh pelacur yang berbeda.Marisa melirik pria yang sudah terlelap dalam tidurnya. Dia sudah tak sanggup, tak ada lagi alasan baginya untuk bersama pria itu. Marisa bangkit, kemudian duduk di depan kaca buram yang terdapat di lemari yang sudah tanggal pintunya. D

  • Bekas Merah di Leher Istriku    77

    Dua manusia yang saling berhadapan, saling memandang satu sama lain. Yang satu berwajah datar terkesan bosan, yang satu lagi wajah Briyan yang terlihat tidak bersemangat. Bahkan dia memutar-mutar pulpennya beberapa kali. Terkesan mengabaikan lawan bicaranya."Pak!" sapa wanita yang tak lain adalah Sri. Sudah beberapa menit dia duduk di hadapan pria itu, tapi Briyan terkesan tak peduli."Sebut namaku!" seru Briyan, dia merasa terganggu dengan sapaan resmi itu, sehingga sekat dan jarak di antara mereka semakin jauh."Baiklah! Briyan." Sri menjawab pasrah.Briyan tersenyum tipis, tatapan lembutnya menyapu wajah cantik yang digilainya itu. Kedatangan wanita itu pasti tak jauh dari rencana pengunduran dirinya.Sri memakai blouse merah maroon dan celana panjang warna hitam, rambutnya dikuncir kuda menampakkan anak-anak rambut di kening dan tengkuknya. Bibir mungilnya dipoles dengan warna pink lembut. Wanita sederhana ini selalu sukses memukau setiap laki-laki yang memandangnya."Ini hari t

  • Bekas Merah di Leher Istriku    76

    Kaki keriputnya berjalan terseok. Baju bewarna merah itu sudah berubah warna menjadi kecoklatan karena kotor. Celana hitamnya penuh debu dan kotoran, sedangkan celana bagian kiri sengaja dipotong agar tak mengenai luka yang sudah membusuk. Terlihat luka itu cukup parah, bahkan lalat yang meninggalkan telurnya di sana, telah berhasil membuat telurnya menetas berubah menjadi belatung yang menjijikkan.Dia menyeret kakinya yang terseok. Siapa pun yang berpapasan dengannya menghindar sambil menutup hidung. Pria itu sebenarnya belum terlalu tua, hanya saja rambutnya panjang tak terurus serta sudah memutih. Kalau diamati lebih dekat, bisa dipastikan dia dulunya adalah laki-laki yang rupawan.Dia berjalan terseok-seok, mendekati kerumunan orang-orang yang tengah asik memilih baju obral di kaki lima. Sontak sebagian besar orang itu menghindar, bahkan ada yang tak bisa menahan mual.Pedagang kaki lima itu menjadi kesal karena pembeli pergi gara-gara pria kumal itu."Kau lagi! Pergi!" Bentak p

DMCA.com Protection Status