Home / Urban / Bekas Bini / 31. Nenek dan Kakek

Share

31. Nenek dan Kakek

Author: Jana Indria
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Selamat pagi!"

Terdengar ucapan salam untuk kesekian kali dari seorang perempuan separuh baya yang masih tampak terlihat kecantikannya.

Berdiri di depan pintu kantor panti padahal hari masih sangat pagi, suasana dingin dan lenggang masih terasa. Namun, sepertinya itu semua tidak berlaku untuk tamu ini.

Sang tamu mengamati rumah yang dikunjunginya dengan seksama. Rumah yang di tempati panti sebenarnya adalah rumah Vera yang di desain sedemikian rupa hingga membentuk seperti ada dua rumah mewah yang dikelilingi oleh beberapa toko yang sengaja disewakan, sehingga bisa mendapatkan dana untuk keperluan anak anak panti.

"Selamat Pagi!"

Terdengar ucapan salam yang lebih keras dari sebelum sebelumnya.

"Iya, selamat pagi!"

Akhirnya terdengar suara Umi menjawab salam Ibu tadi dari dalam rumah.

"Ada yang bisa saya bantu, Bu?!" sambut Umi ramah sambil tangannya mengisyaratkan tamunya untuk masuk ke dalam kantor yang berbentuk rumah.

"Apa benar di sini ada perempuan yang namanya, Ivana?!" t
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Bekas Bini   32. Boleh ya, Va ....

    Ayah Damar membatalkan niatmya untuk menjawab saat melihat Ivana muncul dengan membawa bayi perempuannya yang belum tertidur di pelukannya. "Boleh nggak Eyang ini gendong anakmu, Va?" pinta tamu perempuan yang tadinya menamakan dirinya sendiri dengan sebutan nenek."Kok ganti eyang sih, Ma?" tanya Ayah Damar, keheranan dengan panggilan yang disebut oleh Mamanya. "Iyalaaah! Eyang, ini sudah punya cicit, bukan cucu lagi, iya nggak sih Va?" Jawaban Eyang membuat suasana rumah yang semula sedikit memanas berubah jadi lebih hangat."Eyang mau gendong Ghina?" Ivana menegaskan kembali permintaan Eyang nya tadi."Iya dong, ya ampun, aku kaku ya Va?! Udah lama ini nggak tahu rasanya gendong bayi," ucapnya di sela sela upaya penerimaan Ghina ke dalam pelukannya, dan tentu saja disambut tertawa oleh Ivana."Ivana mau nggak pindah ke tempat Eyang kakung?" tanya papanya Ayah Damar, penuh harap."Eh, apalagi itu Pa, waaah kalian ternyata kompakan bikin panggilan sayang, ya?" ujar Ayah Damar sa

  • Bekas Bini   33. Dr. Hendra

    Ini hari pertama Ivana meninggalkan si kembar, karena menjalani KOAS di rumah sakit tempat dia melahirkan kemarin. Demi mendapatkan gelar sarjana kedokterannya.Ivana menelpon Nanny si kembar, hampir tiap jam semenjak dia berangkat keluar dari rumah.Ting! Ting!Terdengar bunyi dari aplikasi berwarna hijau. Dari Naya[Va! Kamu dapat pesan dari Dokter Albert, tidak?] Ivana pun membalasnya. [Tunggu, aku lihat dulu ya]Kemudian dengan lincah, Ivana men-scrool pesan yang masuk ke dalam aplikasi hijaunya.Tuut ... tuut!Ada nada sambung yang Ivana dengar saat menelpon Naya.[Halo, gimana, kamu dapat, nggak?] tanya Naya setelah sebelumnya mengucapkan salam. [Iya, aku juga dapat, bagaimana kalau kita datangnya bareng aja, kamu kapan datang ke sini?] Ivana menjawab sekaligus berbalik tanya.[Ini ... aku masih dalam perjalan ke rumah sakit, kamu ada di mana?Kalau bisa tunggu aku di lobi ya?!][Iya, aku makan dulu, kalau aku nggak kelihatan, kamu yang harus nunggu aku, ok!

  • Bekas Bini   34. Ada apa?

    "Jam berapa mereka akan datang, Pa?" Sudah puluhan kali Ayah Damar bertanya pertanyaan yang sama di pagi yang cerah ini. Benar! Keluarga Rizal akan datang untuk membahas tentang persiapan akad dan resepsi pernikahan.Tampak sekali perbedaan rumah Ivana hari ini, dengan hari hari sebelumnya."Dam, duduklaah! Dengan kamu mondar mandir seperti itu, aku pun serasa mau pingsan lihatnya." Setya, lelaki yang masih terlihat tampan dan gagah walau pun sudah berumur "Bagaimana kalau mereka tidak jadi datang, Pa?" Ayah Damar terlihat sangat khawatir."Jangan berprasangka buruk laaah, mereka pasti datang," jawab Kakek."Tapi ini sudah lewat dari jam yang ditentukan, Pa. Bagaimana ini?""Maaf, Ayah! Kami terlambat dua puluh menit dari jam yang dijanjikan kemarin, tolong di maklumi." Rizal yang tiba tiba muncul di pintu langsung berucap maaf pada Ayah Damar. Dengan tersenyum lebar, Ayah Damar dan Kakek Setya menyambut kedatangan Rizal dan rombongan yang sekitar sepuluh orang."Mari, mari! Sil

  • Bekas Bini   35. Karena janji

    "Va, barang yang nantinya mau kamu kasihkan pada Naya udah kamu bungkus cantik, nggak? Baju buat kamu dan si kembar pakai, gimana, udah siap apa belum? Telponin lagi dong orang salonnya, suruh datang siang aja, jamnya si Naya kan sore jam empat?!"Masih banyak lagi hal hal yang di bingungin oleh Nenek, sungguh! Sejak Nenek kukuh pindah ke Panti. Rumah Ivana rame bukan karena adanya si kembar, tapi karena kehebohan dari Nenek.Terkadang adu argumen dengan Ayah Damar. Namun, tidak berani lagi bersuara bila Kakek sudah melerai, begitu hebatnya sosok Kakek di mata Ivana, yang mampu mengendalikan emosi seorang istri dan anak yang notabene adalah orang orang yang sangat sangat hebat di mata Ivana."Ayah!" panggil Ivana lemah, Namun masih bisa terdengar oleh Ayah Damar. Hingga membuat Ayah Damar yang sedang mengutak atik ponselnya, segera mengalihkan pandangan ke arah putrinya yang masih berdiri di ambang pintu."Ivana! Ada apa, Nak?" jawab Ayah Damar yang kaget karena kedatangan Ivana ke ka

  • Bekas Bini   36. Cerita Ayah

    "Nay!" panggil Ivana saat baru saja membuka pintu kamar sahabatnya itu.Tampak Naya yang sedang di dandani dibantu oleh dua orang perempuan yang satu berhijab, dan yang satu tidak. Naya akan menggunakan hijab kuning gading, contras sekali dengan warna gaun yang dia pakai. Tampak cantik dan anggun, beda dari biasanya."Sini, masuk, Va!" suruh Naya yang melihat Ivana dari pantulan kaca, karena sedang di pasangi hiasan untuk mempercantik hijabnya, hingga tidak bisa menoleh ke belakang. ”Cantik, moga setelah ini, hijabnya lanjoooot, ya. Aamiin aamiin!” ujar Ivana yang juga diaminin oleh Naya dan dua orang perempuan yang membantu Naya make up dan berhijab. "Aamiin, tapi aku nggak punya banyak hijab, baju gamis juga sedikit. Gimana dong?" tanya Naya yang merengek seperti anak kecil bila di hadapan Ivana."Alasan yang tak masuk di akal, besok aku beliin deh yang kamu butuhin buat berhijab, gimana? Kurang baik apa aku sebagai sahabat? Keren kan aku?" Ivana berkata dengan sedikit menggod

  • Bekas Bini   37. Gara gara Nenek

    Sementara yang lainnya sibuk di bawah, Bella di lantai atas berusaha membuka pintu kamar Faris. Namun, sayang tidak berhasil karena di kunci dari dalam oleh si empunya kamar"Ris, buka dong. Jangan kayak anak kecil deh, semua kan bisa di omongin," rayu Bella dari luar kamar.Tak ada jawaban dari dalam kamar, hingga membuat Bella tambah kesal beberapa kali pegangan pintu di jadikan sasaran kegemesannya pada sikap Faris.Agak lama, akhirnya Bella pun mendiamkan Faris, Namun tetap berada di depan pintu kamar kekasihnya itu."Masuklaah!" Tiba tiba, terdengar suara Faris membuka kunci pintu kamarnya, Namun tidak membuka pintu. Bella yang sudah mulai naik darah masuk kamar kemudian menutupnya lagi dengan sangat kasar, hingga berbunyi gedebum, saking terlalu kerasnya tenaga yang dipakai Bella untuk menutup pintu kamar Faris."Kamu, mau menjelaskan apa? Tentang pernikahanmu dengan bule itu, atau tentang kandunganmu?"To the point pertanyaan yang dilontarkan Faris, yang tadinya membelakang

  • Bekas Bini   38. Anak aku!

    "Itu suara mobil Faris 'kah, Pa?" tanya Mama yang masih berbenah dengan di bantu oleh Mak Ijah dan satu asisten rumah tangga yang lainnya."Sepertinya Iya, pasti ada yang ingin dia bicarakan, sampai harus kembali, ini tak biasanya."Papa Adi dengan sedikit tak peduli menjawab pertanyaan Mama Via.Malam itu, setelah acara pertunangan Naya, di saat para tetamu sudah meninggalkan pesta. Kerabat pun sudah pulang. Faris yang baru saja mengantarkan Bella pulang, kini kembali pulang ke rumah orang tuanya, ini tak biasa. Karena sejak menikah dan bercerai dengan Ivana, Faris menempati rumahnya sendiri dan jarang datang kalau tidak benar benar ada yang ingin dia bahas."Pa. Bisa minta waktunya sebentar, nggak?" tanya Faris saat sudah berdiri di depan Papa Adi. Papa Adi tak langsung menjawab, tapi hanya memandang Faris, hingga membuat yang dipandang jadi salah tingkah."Pa, a--.""Duduklaah, kenapa hanya waktu yang kau minta? padahal kami memberimu yang terbaik yang kami mampu." Ponsel yang d

  • Bekas Bini   39. Naya marah

    1"Ma!"Hari masih sangat pagi, saat Faris menyapa Mamanya yang baru saja turun dari kamar hendak menuju dapur."Faris, kamu tidur di sini?" jawab Mama Via yang heran saat di dapati anaknya dengan muka kusam, dengan kepala berada di atas tangan yang tertumpuk, satu dengan yang lain."Ada yang ingin aku bicarakan dengan Mama, tentang pernikahanku dengan Bella, yang rencananya dilaksanakan tiga hari lagi." Faris kemudian menatap Mamanya, khawatir melihat ekspresi dari wanita yang telah melahirkannya itu, takut histeris. Namun, ternyata apa yang dikhawatirkan tadi tidak terjadi. Mama Via menarik kursi makan kemudian mendudukinya tanpa berkata apa apa. Raut mukanya pun tidak menampakkan keterkejutan sama sekali. Bahkan kini mereka berdua saling menatap."Ma ...!"Lama kelamaan akhirnya Faris tak sanggup untuk berdiam diri berlama lama dengan Mama Via."Apa yang kamu butuhkan, mending kamu minta tolong WO aja, karena Mama sudah tak sanggup untuk mengurus ini dan itu. Atau tanya adikmu sa

Latest chapter

  • Bekas Bini   100. Aku Cemburu

    “Sebelum kamu tanyakan itu pada Ivana, kita berandai andai dulu, apa jawabanmu kalau kamu berada di posisi Ivana?" Faris terdiam saat mendengar apa yang di katakan oleh mama, pertanyaan yang di balik kini ke dirinya sendiri."Aku memilih tidak mau berhenti?!" jawab Faris, terdengar lemah tak bersemangat.Bukan tanpa alasan Faris memilih tidak menerima, karena dia sendiri tahu bagaimana keras dan gigihnya Ivana saat berusaha menyelesaikan kuliah yang pada saat itu dalam kondisi sakit hati, karena proses bercerai dengan dirinya dan dalam kondisi hamil."Lalu apa yang membuatmu hingga bisa yakin atau berharap Ivana mau menuruti ucapanmu untuk berhenti menjadi Dokter? Apakah karena kamu sekarang mempunyai status sebagai CA-LON suami?!" tanya mama Via, terdengar penuh dengan tekanan."Aku -""Ada apa denganmu? Kenapa tiba tiba menjadi seorang lelaki yang suka mengikat istrimu? Wanita bekerja bukan hanya karena uang tapi juga agar bisa bersosialisasi."Mama Via kembali melontarkan pertanya

  • Bekas Bini   99. Berteman

    Triiiiing!Mama Via yang baru saja menjejakkan kakinya di kamar setelah menemani Naya hingga terlelap di kamarnya, segera mencari di mana tadi sumber suara berada. Sudah lama dirinya tak mendengar bunyi ponsel sejak kepergian almarhum.Di ambilnya benda pipih berwarna emas yang tadi lupa ia letakkan di nakas dekat kamar mandi, dan membawanya menuju ke balkon di depan kamarnya, walau pun sudah tak bersuara lagi.Seakan ingin berlama lama di balkon, mama Via sengaja memakaikan minyak seree untuk obat anti nyamuk, juga sebagai minyak penghangat pengganti, penghalau rasa dingin.Damar! Nama yang tertera di pesan aplikasi warna hijau, membuatnya kembali tersenyum dengan arti yang tak mungkin di jelaskan.Namun dia tidak segera merta membuka pesan itu, malah membuka pesan dengan foto profil pernikahan dirinya dengan almarhum.Air matanya basah seketika itu pula, saat membaca pesan pesan yang ada, lengkap dengan emoji emoji dan stiker yang dulu sangat almarhum sukai.“Apakah kamu sungguh

  • Bekas Bini   98. Cemburu

    Faris seketika terdiam saat melihat di meja sebelah kiri dekat etalase sana, Ivana duduk berhadap hadapan dengan Dokter Mark, Dokter yang dia anggap sebagai saingan berat dalam menaklukan hati bekas bininya sampai saat ini. Setelah menimbang sebentar, Faris melangkahkan kaki ke arah kasir, tidak langsung mendatangi meja Ivana dan Dokter itu."Mbak, pesan kopi hitam tanpa gula, tolong dijadikan satu dengan bill dokter Ivana, biar sekalian saya bayar," ujarnya pada seorang perempuan yang menggunakan seragam di balik mesin penghitung."Baik, silahkan di tunggu sebentar." Perempuan di balik kasir itu pun memberikan kertas yang entah apa isinya kepada temannya yang menggunakan seragam sama corak beda warna.Faris sesekali terlihat mencuri pandang pada Ivana dan Dokter yang terlihat sangat akrab, dengan sesekali di iringi tawa oleh keduanya."Terima kasih," kata Faris, sesaat kemudian dirinya sudah menerima cup kopi dengan menggunakan tangan kanan, dan tangan kiri menerima kertas bukti

  • Bekas Bini   97. Via

    “Apa yang sebenarnya membuatmu berat, Via?” tanya Damar saat ini mereka ada di teras, di temani seorang maid yang duduk di kursi yang diletakkan agak jauh, Namun masih bisa mendengar apa yang tamu dan nyonya sedang bicarakan.“Aku hanya heran kenapa kamu seperti sangat ingin agar aku mau menerima pernikahan ini, apakah kamu tak ingin bertemu dengan istrimu lagi nantinya di akhirat, karena aku pernah mendengar jika kita menikah lagi, maka kita tak akan bertemu nantinya dengan pasangan kita yang pertama.”Damar menghela napas panjang, memandangi perempuan yang semakin terlihat cantik karena dalam bingkaian kerudung berwarna pastel saat ini “Kamu itu aneh, Vi … pikiranmu itu terlalu jauh menurutku, sebaiknya saat ini yang kita pikirkan adalah apakah amalan kita bisa menuntun kita masuk ke surganya, nanti saat di surga Allah akan mengabulkan apa yang kita inginkan, bukan? Jadi kita bisa minta untuk dikumpulkan lagi seperti dulu, ada Ana, Adi, kita dan seluruh keluarga kita.”Damar terdi

  • Bekas Bini   96. Sabar ...

    “Sayaaang, apa yang kau dapatkan dari riadohmu selama ini?” tanya ayah Damar pada Ivana setelah hampir sepuluh hari melebihi dari target yang anaknya janjikan kepada Naya, Dimas, dan Faris.“Aku hanya bermimpi Faris bersama Rizal yang tersenyum kepadaku, Ayah,” ujar Ivana, pagi itu saat sedang sarapan bersama.pp0⅔“Alhamdulillah, aku yakin itu adalah tanda bagus kalau Tuhan menyetujui apa yang Rizal amanatkan kepadamu dan Faris,” seru Nenek dengan mata binar terlihat sangat bahagia.Melihat sang Nenek, Ivana datang mendekat dan mengusap wajah yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah banyak itu dengan perlahan, dari saking bahagianya sang Nenek sampai membuat basah kedua matanya.“Terima kasih … Sayang.” Nenek berkata lembut, dua perempuan cantik berbeda generasi itu saling tatap dalam arti yang sama pula.“Lalu bagaimana dengan Via, Damar? Apakah kamu juga mendapatkan hal yang sama seperti yang di impikan oleh anakmu.”Damar hanya tersenyum, tak menjawab apa yang di tanyakan

  • Bekas Bini   95. Kedua

    “Aku tak menyangka kalau mantannya Farislah yang ternyata berasal dari keluarga Kamandaka, aku jadi tak heran, pantas saja lelaki itu tidak mau lepas begitu saja, apalagi melihat kedekatan antara dua keluarga itu sudah terjalin dnegan sangat baik sekali, pasti mereka juga sedang mengincar kekayaan kamandaka yang tak habis habis itu!” ujar Papi Yunus dengan sesekali memukul pahanya sendiri dengan tangannya yang terkepal, pelan.“Andai kita tahu kalau yang kaya ternyata mantan istrinya, nggaklah mungkin aku akan bersusah payah membelikan tas dan beramah tamah dengan keluarga Faris.”Mendengar apa yang dikatakan oleh kedua orang tuanya, Rika hanya bisa tersenyum dalam tangis, tak menyangka hidupnya bakalan se rumit itu, padahal di kelilingi oleh orang terdekat Namun entah kenapa tidak pernah dirasa tulus mencintainya.“Kenapa kamu malah tersenyum seperti itu? Kamu senang ya, karena apa yang di lakukan oleh mami dan papi kali ini ternyata salah besar?!” tanya Mami dengan wajah tak mengen

  • Bekas Bini   Bab 94

    “Umroh?!” Dengan wajah yang terlihat tak percaya dan hampir bersamaan, Ayah Damar dan mama Via mengucapkan satu pertanyaan yang sama.Dimas dan Faris bukannya menjawab, mereka berdua hanya tersenyum saja, melihat ayah Damar dan mama Via yang tampak salah tingkah.“Bagaimana kamu bisa tahu tentang hal itu? Apakah Ivana yang menceritakan padamu tentang mimpi yang aku alami selama beberapa malam ini?!” tanya ayah Damar setelah dia berhasil menenangkan dirinya.“tidak …. Bukan hanya Ivana yang cerita tapi Naya juga, mereka bilang kalau mama tidak bisa tidur karena mimpi yang sama berulang kali, begitu juga dengan ayah Damar. Jadi sekarang apa yang membuat kalian ragu untuk melaksanakan apa yang papa adi inginkan?!” "Via, apakah benar kamu mengalami mimpi yang sama denganku, mimpi bertemu dengan adi di Mekah?" tanya ayah Damar dengan wajah membias bahagia dan penuh harap. Senyum Damar kini terlihat berbeda saat anggukan kepala mama Via terlihat berulang kali tadi sebagai jawaban dari pe

  • Bekas Bini   93. Kalian kapan?

    Seorang lelaki yang baru saja masuk, segera memotong ucapan Faris, dan membuat kaget karena kedatangannya yang mendadak, Namun mampu membuat Faris, mama Via, Dimas dan Ivana tesenyum.“Pak Kamandaka!!” seru pak Yunus dengan wajah senang sekaligus bimbang, sehingga tanpa sadar dia berdiri dan menyambut ketika melihat lelaki yang baru saja datang yang nyatanya nanti akan menjadi pengacara keluarga Faris untuk melawan dirinya.“Pak Kamandaka, saya dan istri ingin meminta maaf atas kejadian saat di kantor anda, kami berdua tidak tahu kalau lelaki yang kami usir ternyata anda,” ujar Pak yunus dengan kedua tangan yang tergenggam. Tentu saja ini membuat Rika mengerutkan keningnya, dia menatap Papi dengan mata tak percaya. “Mengusir? Mami dan Papi berani mengusir pak Kamandaka dari kantornya?” Rika yang sedang bermonolog lirih, mengulang apa yang dikatakan oleh Papinya tadi. “Ooo … ini alasan kenapa Papi dan Mami berubah sebaik manusia."Mendengar ucapan Rika, Bu Yunus menepuk bahu anakn

  • Bekas Bini   Bab 92

    “Minta maap?” Faris mengulang apa yang dikatakan oleh tamunya dengan senyum yang terlihat seperti seringai jahat dan kejam.“Apa saya tidak salah dengar?” ujar Faris, kini dengan wajah datar tanpa ekpresi. Kedua matanya menatap tajam ke ketiga tamunya silih berganti.“Tentu saja, dan lihatlah ini, sengaja aku belikan ini untuk mamamu, agar kamu dapat melihat ketulusan kami,” ujar Nyonya Yunus, dengan kedua tangan yang sedang memegang paper bag dengan tulisan sebuah merk dunia, terulur ke arah Faris.“Apa yang membuat sikap anda menjadi sangat manusia seperti ini?” tanya Faris yang terlihat sudah bisa membaca ada maksud tertentu dari sikap baik dari orang yang kemarin sangat menghina keluarganya.“Faris, kenapa tamunya tidak di persilahkan duduk lebih dulu, Nak?” Faris yang mendengar suara yang sangat dia kenal dari belakang punggungnya, seketika itu juga menolehkan kepalanya ke arah sumber suara.“Mama, kok sudah keluar dari kamar? Apakah ada yang mengganggumu?” tanya Faris dengan si

DMCA.com Protection Status