Share

Chapter 10 : Its You

Penulis: Nhana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Anna tidak mengurungkan diri untuk mengantarkan berkas tersebut kepada pemilik hotel Produce tersebut. Beruntung dia lebih dulu bertemu dengan Edwin dan mengetahui tentang semuanya dari sepupunya itu. Edwin juga yang membantu Anna agar berkas yang dia bawa sampai ke tangan Dareen tanpa harus bertatapan langsung dengannya.

Tapi keberuntungan Anna hanya sebatas itu. Setelahnya dia mendapati Esa tengah menikmati waktu istirahat dengan bercanda gurau bersama Dara di ruang rapat yang kosong. Dara bahkan sesekali terlihat memasukkan snack kedalam mulut Esa, meski Esa terus berusaha menolaknya.

Anna geram, sangat. Pasalnya dia sudah menyuruh Esa maupun Dara untuk tidak berdekatan, tapi ternyata mereka mengabaikan itu. Kekesalannya bertambah saat Anna mendapat informasi jika Esa kembali dikucilkan akibat rumor tentang asal-usulnya. Dan dari pengakuan Esa, dia hanya menceritakannya pada Dara.

Dengan langkah cepat Anna memasuki ruangan tersebut yang memang pintunya terbuka. "Apa yang kalian lakukan di sini? " Geram Anna yang membuat Esa dan Dara terkejut.

"P-papa/Paman" Jawab Esa dan Dara bersamaan.

"Jawab Esa!! " Desis Anna yang terlihat marah.

"Aku sedang mengerjakan tugas sekolah, kebetulan ruangan ini kosong. Jadi Esa dan Dara menggunakannya sekalian untuk istirahat juga. "

"Yang papa lihat tidak seperti itu. Kau dan dia hanya tertawa bersama lalu kau menyuapi Esa tanpa tahu malu. " Tunjuk Anna kepada Dara.

"M-maaf kan aku paman. " Dara menundukkan kepalanya karena takut dan malu.

"Aku sudah memperingatkan mu untuk tidak dekat-dekat dengan Esa. Tapi kau masih saja menempel padanya. Apa kau menyukai Esa? " Tanya Anna dengan tatapan yang sangat tajam.

"Papa, cukup! " Esa sedikit menaikan nada suaranya.

"Ya, aku menyukai Esa paman. " Jawab Dara dengan yakin. Kali ini tidak dengan suara yang bergetar.

Esa terkejut, matanya melotot tak percaya. Sedangkan Anna, jangan di tanya. Matanya nyaris keluar, dan rahangnya jatuh begitu saja. Ternyata yang dia takutkan benar adanya.

"Kau! Berani sekali kau menyukai putraku. " Anna marah, emosinya sudah berada di puncak kepala.

Anna tidak membenci Dara, meskipun tidak bisa dipungkiri setiap kali dia melihat Dara hatinya berdenyut nyeri dan membandingkannya dengan kehidupan Esa selama ini. Sejak awal Anna bertemu Dara, dirinya merasa tidak nyaman dengan tatapan anak itu. Tatapannya pada Esa jelas sekali adalah tatapan memuja. Anna tidak bodoh, untuk mengetahui bahwa Dara menyukai putranya. Rasa suka yang tidak boleh ada diantara mereka. Beruntung Esa tidak menunjukkan apapun, jika saja Anna melihat hal yang sama di mata Esa, mungkin sekarang dia akan gila.

"Apa salah aku menyukai Esa paman? " Tanya Dara yang entah mendapat keberanian dari mana untuk berbicara seperti itu pada Anna yang jelas-jelas menentangnya.

"Salah! Dan itu tidak boleh terjadi sampai kapanpun. " Jawab Anna yang masih diliputi emosi.

"Papa sudah cukup, kita tidak boleh ribut disini. " Esa berusaha menenangkan ibunya.

Wenda yang entah sejak kapan berada di sana segera masuk dan menampar Anna.

PLAK

"Apa yang sudah kau lakukan pada anakku? Berani sekali kau berteriak padanya? " Teriak Wenda kepada Anna.

PLAK

Satu tamparan keras berhasil mendarat di wajah mulus Wenda. "Kau, ajari anakmu agar tahu diri. "

"Kau laki-laki sialan, beraninya dengan perempuan. Dan berani sekali kau memukulku dan mengatai anakku. " Wenda menggeram marah dengan kedua tangan yang sudah terkepal.

"Oh, aku lupa. Pantas saja anaknya tidak tahu diri, karena ibunya pun begitu. " Sindir Anna dengan tatapan meremehkan.

"APA? Apa katamu? Tidak tahu diri? Yah kau benar-benar menguji kesabaran ku rupanya. " Kali ini Wenda mendorong tubuh Anna hingga membentur tembok. Wenda sedikit terkejut karena tubuh pria yang dia dorong ternyata cukup lemah.

"Jangan pernah sekalipun menghina anakku, atau kau akan berurusan denganku. " Desis Wenda sambil mencengkram rahang Anna.

Anna dengan keras menyingkirkan tangan Wenda dari wajahnya. "Aku tidak tertarik dengan kalian, apalagi berurusan denganmu. Jika saja anakmu itu mau bekerja sama dan mendengarkan kata-kataku. "

Dara yang melihat pertengkaran antara ibunya dengan ayah Esa hanya bisa menundukkan wajahnya semakin dalam.

"Dengar! Aku juga tidak tertarik dengan anakmu. Tapi aku bukan orang tua yang egois sepertimu, aku mencintai putriku dan aku menghormati pilihannya untuk berdekatan dengan siapapun termasuk anakmu. " Emosi Wenda semakin memuncak, pasalnya dia mengenal Esa sebagai anak baik tapi kenapa ayahnya sangat mengesalkan.

"Dia tidak boleh berdekatan dengan anakku. Dara tidak boleh menyukai Esa. " Teriak Anna yang membuat Esa dan Dara terkejut. Dara bahkan hampir menangis.

"Seharusnya kau merasa terhormat, karena anakku menyukai anakmu yang tidak jelas asal-usulnya itu. " Wenda tersenyum miring.

"Terhormat? Dan apa kau bilang tadi, tidak jelas asal-usulnya? Kau bercanda hah?! " Teriak Anna yang kini menjadi lebih emosi dari pada Wenda.

"Cih, kau pikir aku tidak tahu? Esa itu hanya memiliki orang tua tunggalkan? Dia anak haram. " Wenda tertawa puas karena sudah melihat gurat kemarahan dalam wajah Anna. Ya, yang menyebarkan rumor disekolah tentang Esa adalah Wenda bukan Dara. Wenda melakukannya untuk membalas perbuatan Anna akibat penghinaan yang dia terima tempo lalu dari ibu Dareen.

"Kau sepertinya perlu kaca. Setidaknya Esa bukan anak yang terlahir dari hubungan gelap bersama suami orang lain. " Kali ini Anna yang tersenyum meremehkan. Wenda dan Dara seketika menegang sempurna. Tatapan khawatir Wenda segera beralih kepada Dara yang saat ini tengah menggigit bibirnya dengan air mata yang sudah menggenang.

"M-mom apa maksudnya ini? " Tanya Dara dengan terbata dan siap untuk meledakkan tangisnya.

"D-Dara sayang, t-tidak seperti itu. Tolong jangan dengarkan dia. " Wenda segera menghampiri Dara dan memluknya.

BRAK

Suara gebrakan meja baru saja terdengar dan mengagetkan semua orang yang tengah bersitegang dalam ruangan tersebut.

"Kau! " Tunjuk seseorang yang baru saja datang itu kepada Anna. "Apa yang kau katakan barusan? " Ucapnya datar dan dingin dengan tatapan membunuh.

Anna menelan ludahnya kasar, dan segera menetralkan perasaannya. "Apa yang kau ingin dengar dariku? " Tantang Anna dengan tatapan nyalang.

"Kau bilang apa barusan sialan?! " Dareen, pria yang baru saja menggebrak meja itu kini tengah mencengkram kerah baju Anna. Anna yang saat itu tengah menggunakan kemeja dan celana bahan panjang hanya menjinjitkan kakinya akibata tarikan yang cukup kuat dari Dareen di lehernya.

"Kurasa kau tidak tuli. " Desis Anna dengan tajam.

"Kau! Sekali lagi kau mengusik mereka dan mengatakan hal-hal yang tidak berguna, maka aku akan dengan senang hati mengirim mu ke neraka. " Ucap Dareen yang belum mau melepaskan cengkraman nya.

Anna menepis tangan Dareen dengan kuat, namun tidak berhasil. Akhirnya dia pun memalingkan wajahnya dan membuang ludah di samping Dareen. "Cih, kau masih sama saja selalu membela mereka mati-matian. " Pertemuan Anna dengan Dareen setelah 15 tahun lamanya harus dimulai dengan pertengkaran.

Dareen yang tidak mengerti perkataan Anna barusan justru menjadi semakin geram dan hampir melayangkan pukulan sebelum ucapan Anna membuatnya membeku di tempat. "Bahkan sampai kehilangan istrimu pun kau tidak peduli. " Anna terkekeh meremehkan.

Wenda membulatkan matanya, entah kenapa perkataan pria yang sejak tadi bertengkar dengannya itu terus saja mengarah kepada masa lalu, kepada seseorang yang sudah dia lupakan. Ah lebih tepatnya yang berusaha Wenda lupakan.

"Kau! " Dareen semakin mendesis tajam. "Tahu apa kau sialan! " Bentak Dareen yang sudah semakin dikuasi amarah apalagi setelah mendengar isakan dari Dara.

Dareen melayangkan satu pukulan, namun tangannya berhasil di tahan oleh Esa yang sejak tadi hanya diam dan mengamati situasi yang terjadi.

"Jangan pernah kau sentuh mama-ku. " Desis Esa yang masih mencengkram kuat pergelangan tangan Dareen. Dareen dan semua yang berada di ruangan terdiam, mereka tidak mengerti kenapa Esa tiba-tiba Esa memanggil ayahnya dengan sebutan mama bukan papa.

"E-Esa. " Ucap Anna dan Dara bersamaan.

"Mama, mama tidak apa-apa kan? " Esa panik begitu mendapati lebam di wajah ibunya.

"Kau! Kau sudah menyakiti ibuku ku sialan! " Esa membentak Dareen tepat di hadapannya.

"Apa maksudmu dengan ibumu? " Tanya Dareen

"Kau! Kau benar-benar tidak punya sopan santun. Berani sekali kau membentak atasanmu. " Teriak Wenda.

"Sopan santun? Aku tidak harus melakukannya kepada seorang bajingan dan juga seorang yang murahan. " Jawab Esa.

BUGH

Satu pukulan keras berhasil menghantam wajah tampan Esa dan membuatnya tersungkur ke lantai.

"Khesa! " Teriak Anna.

"D-dad, jangan lakukan itu. " Ucap Dara lemah.

Anna segera menghampiri Esa dan memeluknya. "Astaga sayang, kau tidak apa-apa? " Panik Anan. Anna memeluk Esa dengan kuat dan mulai terisak.

Esa tersenyum dan menyeka darah di sudut bibirnya. "Mama. " Ucap Esa sambil memegang kedua tangannya. "Katakan padaku, apa mereka orangnya? " Tanya Esa dengan tatapan lembut namun sangat dalam.

"Sa. " Lirih Anna. "Esa berjanji satu hal pada mama sayang. Kau, k-kau tidak boleh menyukai Dara. " Anna meremas tangan Esa dengan kuat. "Tidak, tidak. Kau harus bersumpah tidak akan pernah jatuh cinta padanya. " Anna menggelengkan kepalanya dengan cepat.

Tiga pasang mata yang ada di ruangan tersebut hanya menatap mereka dengan penuh tanda tanya. Terutama Dara, manik matanya sudah sangat gelap oleh air mata. Dara sudah jatuh cinta pada Esa, dan sekarang tidak ada lagi harapan untuknya. Ayahnya Esa ah maksudnya ibunya sudah meminta putranya bersumpah atas namanya.

Esa tidak menanggapi pertanyaan sang ibu. "Benar mereka ma? Mereka yang membuat kita seperti ini? Mereka yang sudah membuat mama menderita? " Tanya Esa kepada Anna.

Anna menggigit bibirnya dengan keras dan menganggukan kepalanya. "Ya mereka. "

"Kalau begitu, aku bersumpah tidak akan pernah jatuh cinta pada Dara. Dan aku juga bersumpah akan membalas semua perbuatan mereka. "

"Apa maksudmu? " Teriak Wenda tidak terima. "Aku dan Dareen tidak pernah merasa menyakiti siapapun, apalagi Dara. Anakku tidak pernah sama sekali. "

"Sayang sekali. Padahal aku sempat menyukai Esa. Tapi ayahmu kurang waras, dan dia berhasil mencuci otakmu. " Kali ini Dareen yang bersuara.

Esa melotot tidak percaya dengan apa yang dikatakan Dareen. Baru saja dia akan menerjang pria itu dengan pukulan, Anna telah lebih dulu menghentikannya dengan menarik tangan Esa.

Anna berdiri dari posisinya semula. "Benarkah? Benarkah kalian tidak pernah menyakiti siapapun? " Tanyanya dengan suara yang terdengar lirih dan kecewa. Perlahan langkah kaki Anna membawa tubuhnya mendekati mereka.

Begitu jarak antara dirinya dan Dareen sudah cukup dekat. Anna menghela nafas berat. "Kalau kalian merasa tidak menyakiti siapapun, maka dia tidak akan pernah ada. " Tunjuk Anna kepada Dara.

Wenda dan Dareen semakin di buat terkejut oleh setiap penuturan Anna.

"Mama." Ucap Esa mengingatkan.

Anna kembali melanjutkan perkataannya. "Dan dia, dia tidak akan pernah hidup sendirian. " Kali ini jari telunjukknya mengarah kepada Esa.

"Aku membawanya selama 9 bulan dalam perutku. Berjalan sendirian menyusuri sepanjang jalanan kota tanpa kendaraan dan tidak punya tujuan. Terkadang aku juga kelaparan, namun tidak punya uang untuk membeli makanan. Tidak ada pula yang mau memberiku pekerjaan. Sedangkan seseorang diluar sana tengah hidup dalam rumah yang megah bersama selingkuhan dan anak mereka. Dan Khesa, dia bahkan tidak pernah tahu bagaimana rasanya susu ibu hamil. Memikirkannya saja kadang membuatku hampir gila. "

Anna menatap Esa sangat dalam dan menghampirinya. "Ingin rasanya aku mengakhiri semua penderitaan dan juga hidupku. Namun gerakannya di dalam perutku membuatku tersadar, bahwa ada jiwa yang harus ku kulindungi, ada jiwa yang membutuhkan kasih sayangku. Ada kehidupan yang menantiku di dalam sana. Hingga tiba saatnya dia lahir dan memanggilku mama. "

Anna kemudian melanjutkan ceritanya. "Aku membawanya jauh dari kehidupanku sebelumnya. Membesarkannya dengan kasih sayang dan cinta yang kupunya. Dia adalah satu-satunya hartaku yang berharga. "

Kemudian Anna melanjutkan perkataannya. "Dan sekarang, kau menyakitinya! " Tunjuk Anna kepada Dareen. "Kau menyakiti anakku brengsek. " Teriak Anna dengan histeris, membuat semua orang yang tidak sengaja melewati ruangan tersebut berbalik untuk melihatnya.

Dareen dan Wenda berjalan mundur. Entah kenapa lutut mereka tiba-tiba lemas. Mereka belum sepenuhnya bisa mencerna perkataan Anna. Namun mereka tahu kemana arah tujuan pembicaraan tersebut.

"K-kau siapa sebenarnya. " Tanya Wenda dengan terbata.

"Kau--. " Lirih Dareen, namun sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, Anna telah terlebih dahulu memotong.

"Aku mempertaruhkan segalanya. Termasuk kebebasanku dan juga harga diriku. Aku bahkan harus menentang kodratku. " Anna melepaskan wig yang dia kenakan di hadapan Wenda dan Dareen. Kemudian melemparkannya asal. Tidak hanya itu, Anna juga menghapus make up tipis dari wajahnya.

BRUK

Wenda ambruk seketika. "K-kau. " Ucap Wenda terbata tidak percaya.

Dareen mengeratkan pegangannya pada ujung meja akibat lututnya yang lemas. "A-Anna. " Dareen berkata lirih.

"Mama, sudah cukup. Kita hentikan sekarang ya? " Bujuk Esa kepada Anna. Dia sudah tidak sanggup melihat ibunya yang begitu memaksakan diri untuk kuat.

Anna menangkup wajah Esa dengan kedua tangannya. "Esa dengarkan mama, mulai sekarang kau anak yatim. Ayahmu baru saja mati. " Air mata kembali mengalir dari kedua sisi wajah Esa begitupun Anna.

Sedangkan ketiga orang yang berada di ruangan itu masih terlihat syok dan tidak mampu mengucapkan satu patah katapun.

"JOANNA! " Teriak Edwin yang baru saja masuk kedalam ruangan. Melihat Esa dan Anna terluka, Edwin mendesis tajam kearah Wenda dan juga Dareen. "Kalian benar-benar sampah. Akan aku pastikan kalian membalas semua perbuatan kalian terhadap sepupuku dan juga anaknya. " Setelah itu Edwin membawa Anna dan Esa untuk pergi dari sana.

*

*

*

- T B C -

With Love : Nhana

Bab terkait

  • Behind The Heirs (Indonesia)   Chapter 11 : Full of emotion

    PLAKSatu buah tamparan yang sangat keras berhasil Wendy layangkan di pipi mulus putranya. Emosinya kini sudah berada pada puncaknya. Setelah mendengar informasi tentang keributan yang terjadi di kantor Dareen, Wendy bergegas menemui putranya.Dan disinilah mereka sekarang, di ruangan Daeen yang kedap suara bersama Wenda dan juga Dara. Keadaan mereka tampak kacau, tak ada satupun dari mereka berempat yang baik-baik saja. Terutama Dareen. Dareen masih tampak linglung, dia belum sepenuhnya menerima jika yang baru saja terjadi adalah sebuah kenyataan bukan mimpi apalagi halusinasi.

  • Behind The Heirs (Indonesia)   Chapter 12 : Worried

    Seminggu setelah kejadian tersebut, Dareen terus berusaha menghubungi Edwin. Namun pria itu lagi-lagi menolak panggilannya. Tidak hanya itu, penjaga rumah Edwin juga tidak mengijinkan siapapun masuk ke rumah tersebut kecuali keluarga mereka dan keluarga Anna tentu saja.Sebenarnya Anna sudah tidak ada di rumah Edwin, keesokan pagi setelah insiden itu pun Anna dan Esa pulang ke rumah Daniel untuk menghindari kecurigaan dari kedua orang tua Anna. Iya, Jessica dan Daniel tidak tahu apa yang sudah terjadi kepada Anna dan Esa.Edwin sengaja menghindari Dareen dan bersikap seolah menjauhinya agar Dareen tidak mencari Anna di tempat lain dan hanya fokus untuk mencarinya di tempat Edwin. Edwin tahu betul jika sahabatnya itu adalah orang yang keras kepala tapi dia juga

  • Behind The Heirs (Indonesia)   Chapter 13 : My dad was passed away

    Anna duduk di balkon kamarnya, sudah seminggu berlalu. Namun rasa sakit di hatinya tidak sedikitpun berkurang. Bayang-bayang ketika Dareen mencengkram kerah bajunya dan juga memukul Esa masih sangat jelas terekam dalam ingatannya."Bagaimana bisa kau melakukan itu by? " Anna bergumam pada dirinya sendiri. "Ah betapa beruntungnya mereka, dicintai seorang Dareen Tucker. " Sebuah senyuman hambar menghiasi wajah cantiknya yang tampak pucat karena udara malam yang menerpa permukaan kulitnya.Anna menghela nafas berat. "Tapi kenapa hanya pada mereka kau mengorbankan semuanya? Padahal masih ada Esa. Esa juga punya hak atas dirimu. " Lirih Anna.*Flashback

  • Behind The Heirs (Indonesia)   Chapter 14 : Look a like family

    "Sa, Esa, Khesa, Khesa Devano, Esa jelek, kkkkkkkkkk. " Panggil Anna sambil tertawa pelan. Sedangkan yang dipanggil hanya memutar bola matanya malas."Mama kenapa sih? " Tanya Esa bingung."Tidak apa-apa, hanya ingin saja. " Lagi-lagi Anna terkekeh pelan."Err, mama membuatku takut. " Esa bergidik ngeri. Ibunya hari ini lebih banyak tertawa tanpa alasan."Hahaha, mama hanya bosan. Kau terlalu sibuk di sini, mama kan jadi tidak punya teman bicara. " Keluh Anna dengan bibir yang di manyunkan."Jangan merajuk, aku bukan kekasih mama

  • Behind The Heirs (Indonesia)   Chapter 15 : By chance

    "Kamu beneran mau sekolah ra? " Tanya Wenda yang masih khawatir dengan kesehatan putrinya."Sebaiknya kamu istirahat saja sayang. Daddy gak mau kamu kenapa-kenapa. " Kali ini Dareen yang bersuara."Aku udah baikan mommy, daddy, jadi kalian tidak perlu khawatir. " Dara tersenyum kearah kedua orang tuanya. "Aku sudah lama tertinggal pelajaran, jadi tolong biarkan aku sekolah ya. " Dara memasang tampang kelincinya demi mendapat ijin dari Dareen."Hm, baiklah. Tapi kamu harus janji kalau ada apa-apa segera hubungi daddy. " Dareen mengusap kepala Dara dengan lembut."Aku akan menemaninya di sekolah. Dengan begitu setidaknya kalau ada apa-apa Dara bisa langsung ditangani. " Ucap Wenda.

  • Behind The Heirs (Indonesia)   Chapter 16 : Burble

    Dareen menatap foto pernikahannya dengan Anna. Foto yang selama 15 tahun masih setia berada diruang tengah rumahnya dulu bersama Anna. Di foto itu, Dareen tengah merangkul pinggang Anna, sementara Anna tersenyum manis. Mereka tampak bahagia. Ya mereka memang bahagia, setidaknya pada saat itu.Dareen tersenyum getir begitu tangannya menyentuh wajah Anna yang berada di foto. "Bahkan jantungku masih merasakan getaran yang sama. " Gumam Dareen.Selama 15 tahun ini, Dareen masih sering bolak-balik ke rumah ini. Terutama disaat dirinya begitu merindukan Anna. Dareen akan datang dan tidur di kamar mereka. Menangis di tengah malam dan berbicara sendiri seolah Anna sedang berada di sana. Dareen tidak gila, dia hanya merasakan penyesalan yang teramat dalam dan cinta yang teramat besar untuk Anna.

  • Behind The Heirs (Indonesia)   Chapter 17 : Give back

    Derap langkah kaki Anna terdengar menggema di lobi sebuah kantor. Tubuh tinggi dan kaki jenjangnya membuat lorong tersebut terasa lebih dekat, padahal untuk ukuran tinggi rata-rata, lorong tersebut cukup panjang.Berkali-kali Anna mendesahkan nafas panjang untuk mengatasi degup jantungnya yang semakin tidak beraturan. Begitu dia sampai di meja sekretaris, Anna dengan segera menetralkan perasaan tidak tenangnya."Ada yang bisa saya bantu? " Tanya si sekertaris dengan sopan."Saya ingin bertemu dengan atasan anda. " Jawab Anna dengan sopan namun enggan untuk menyebutkan namanya."Apa anda sudah membuat janji? ""Tidak. Tapi aku harap bisa bertemu dengannya sekarang. " Anna tersenyum ra

  • Behind The Heirs (Indonesia)   Chapter 18 : Something crazy

    Dara tersenyum miris setiap malam dia harus melihat daddy nya pulang dalam keadaan mabuk parah. Dareen benar-benar kacau pasca Anna mengembalikan kalung yang pernah dia berikan saat melamar perempuan itu dulu.Kondisi Dara yang semakin hari semakin menurun, membuatnya kehilangan akal dan selalu berakhir dengan minuman. Terkadang Dareen akan mengamuk dan meracau tidak jelas melampiaskan segala hal yang menjadi beban hidupnya."Dad. " Panggil Dara pelan dengan sedikit ketakutan. Saat ini Dareen tengah tertawa dan membanting berkas-berkas yang ada di atas meja kerjanya."Kenapa semuanya jadi begini, argghh. " Dareen mengacak rambutnya frustasi."Kau brengsek, Dareen Tucker !!!. Kau pantas mati!!!. " Teriakan Dareen membuat tubuh Dara bergetar."Ti-tidak dad, daddy tidak boleh mati. " Isak Dara. "Dara yang salah. " Dara meremas ujung piyamanya."Kau benar! Semuanya salahmu. Seharusnya

Bab terbaru

  • Behind The Heirs (Indonesia)   Chapter 71 : Manipulation

    Brenda membolak-balikan kertas yang ada di tangannya untuk membaca secara berulang kali informasi yang tertulis diatasnya. Sudah hampir satu jam Brenda bertahan dengan posisi tersebut dan mengabaikan lawan bicaranya yang duduk bersebrangan dengannya di sofa. Kerutan di kening Brenda tidak hilang sama sekali sejak pertama ia membaca kertas tersebut sampai akhirnya sebuah desahan keras terdengar. "Oke, cukup! Aku rasa aku tidak akan pernah mengerti meski aku baca sampai kertas ini robek sekalipun." Brenda menjatuhkan tubuhnya dan memijat keningnya yang mulai pusing. "Lalu apa yang akan dr. lakukan sekarang?" tanya lawan bicara Brenda yang masih duduk anteng dan memaklumi rasa frustasi yang di perlihatkan oleh seniornya itu.

  • Behind The Heirs (Indonesia)   Chapter 70 : Raiden's sufferin

    Wenda menatap punggung Raiden yang sedang membuat sarapan. Tatapan matanya begitu fokus seolah ada sesuatu yang menarik dari punggung lebar milik suami nya itu. Ekspresi Wenda pun berubah-ubah, terkadang dia terlihat bahagia, namun sesaat kemudian berubah menjadi kecewa, sedih, dingin bahkan tidak terbaca sama sekali. Sudah 2 minggu Wenda dan Raiden kembali tinggal bersama. Kondisi kejiwaan Wenda juga mulai stabil, setidaknya dirinya tidak pernah lagi mencoba untuk bunuh diri. Tapi walaupun begitu hubungan mereka tidak membaik seperti yang diharapakan karena Raiden tidak pernah benar-benar menganggap keberadaan Wenda meski mereka tinggal bersama. "Makanlah," ujar Raiden dingin saat menyodorkan sepiring sandwich dihadapan Wenda. Wenda

  • Behind The Heirs (Indonesia)   Chapter 69 : Scheming

    Dona menatap lekat sebuah album foto yang dia temukan di ruang baca milik keluarga Tucker. Tatapannya begitu fokus saat lembar demi lembar dia buka secara perlahan. Namun semakin lama, semakin banyak lembaran yang terbuka, ekspresi wajahnya justru semakin tidak terbaca. Ada kerutan di keningnya yang menandakan sebuah kebingungan. "Kak Dareen?" gumamnya penuh tanya. "Tapi kenapa fotonya di simpan di akhir, tidak berurutan seperti yang sebelumnya?" Dona mengambil salah satu foto yang tersimpan di bagian akhir album. Album foto yang sedang Dona lihat adalah album yang berisi foto-foto masa kecil Dareen. Mulai dari foto bayi hingga foto saat Dareen memasuki sekolah dasar. Semua tersusun dengan rapi dan berurutan di dalam album tersebut. Tapi ada satu foto ya

  • Behind The Heirs (Indonesia)   Chapter 68 : Exposition

    Edwin membolak-balik berkas-berkas yang akan dia gunakan untuk menuntut Wenda. Sudah berhari-hari dirinya disibukkan dengan hal yang sama, tapi tidak sedikitpun dia merasa lelah atau putus asa. Wenda memang masih dalam perawatan medis akibat depresi berat, tapi Edwin akan tetap memastikan perempuan tersebut masuk kedalam penjara dan menerima semua balasan dari perbuatannya. "Hah, aku benar-benar tidak mengerti," desah Edwin pelan. "Kali ini apa?" tanya Hanna yang setia mendampingi suaminya di ruang kerja. "Zayn Boseman dan Richard Clay.""Bukankah sudah jelas kenapa mereka saling serang, lalu bagian mana yang membuatmu ma

  • Behind The Heirs (Indonesia)   Chapter 67 : Explanation

    Dona keluar dari rumah sakit dengan wajah lelah. Sudah beberapa hari ini dia memiliki banyak jadwal operasi. Selain itu, dirinya juga disibukkan dengan pemikiran tentang Jesfer, Jeffrey dan kabar Jeno yang masih abu-abu.Hari ini Dona meminta ijin untuk pulang lebih cepat karena ingin mencari informasi tentang keberadaan Ten, sahabatnya dan satu-satunya orang yang ingin dia mintai penjelasan.Sebelum pergi menuju tempat parkiran mobil, Dona memilih untuk membeli minuman kaleng dan meneguk nya dengan kasar di bangku yang tidak jauh dari parkiran.Dona mendesah kasar begitu cairan tersebut melewati tenggorokannya. "Aku benar-benar bisa gila," desisnya pelan sambil meremat kaleng yang tidak berdosa tersebut hingga tidak berbentuk lagi dan membuangnya asal."Kenapa mereka mempermainkan ku? Siapa yang harus aku percaya sekarang?!" tanyanya pada dirinya sendiri."Maaf tante, ini sampahnya," seor

  • Behind The Heirs (Indonesia)   Chapter 66 : Descendant

    Ten berlari bagai orang kesetanan. Semua mata para penjaga rumahnya menatap bingung kearah majikannya yang tiba-tiba saja masuk rumah dengan terus berteriak."Mark!" panggil Ten dengan panik."Mark!" lagi Ten memanggil nama putranya.Para maid yang sedang bekerja pun segera menuju sumber suara untuk mengetahui apa yang sedang terjadi."Dimana Mark?" tanya Ten masih dengan nada panik."Mohon maaf nyonya, tuan muda Mark tidak berada di rumah," jawab salah satu Maid yang menunduk takut."What? Lalu dimana Mark? Siapa yang mengijinkan dia keluar?"emosi Ten seketika naik."Maaf nyonya, sepertinya tuan besar Track yang mengijinkan.""Ten, ada apa?" Track keluar dari ruang kerjanya dan menghampiri Ten yang tengah menatap para maid nya dengan tajam."Mana anakku?" desis Ten tajam.

  • Behind The Heirs (Indonesia)   Chapter 65 : Sly

    Dareen mengerang frustasi saat menyaksikan layar laptop yang berada di meja sofa ruang rawat kamar Anna. Bagaimana tidak, di depannya sekarang tengah ada adegan live putra kesayangannya tengah berciuman dengan mesra di atas tempat tidur rumah sakit.Ya, dikamar Esa ada CCTV yang terhubung ke laptop yang sengaja dia letakkan dikamar Anna agar memudahkan Dareen untuk mengawasi keduanya sekaligus.Anna yang juga ikut menyaksikan adegan tersebut hanya bisa meringis. Bagaimanapun dirinyalah yang memberi ijin kepada Jenny untuk menemui Esa, dan sekarang dia harus mendengarkan omelan suaminya.Anna sendiri tidak pernah menyangka hal seperti ini akan terjadi dia bahkan masih tidak percaya jika putranya mampu melakukan hal berani seperti itu, oh Anna sepertinya lupa jika Esa dan Jenny pernah melakukan hal yang lebih berani dari pada itu.

  • Behind The Heirs (Indonesia)   Chapter 64 : Sorry

    Anna menatap kedua putranya dengan gemas. Sampai saat ini dia masih belum sepenuhnya percaya bahwa dirinya telah melahirkan dua orang bayi yang sangat menggemaskan ini dengan keadaan sehat dan sempurna tanpa kekurangan sesuatu apapun. Meski mereka lahir prematur, dan terkesan lahir karena 'paksaan' tapi beruntung keduanya bayi beserta ibunya sehat.Anna tersenyum lembut saat melihat salah satu putranya masih terjaga. Sepertinya Subin senang bertemu dengan ibunya sehingga dia memilih untuk tetap membuka mata setelah kenyang menyusu. Sementara Yuvin sedang tidur dengan nyenyak. "Subin kenapa belum bobo hm?" tanya Anna dengan gemas saat putranya begitu intens menatap kearahnya.Subin dan Yuvin masih dalam perawatan sehingga Anna hanya bisa menjenguk mereka sesekali saat akan menyusui saja selebihnya dia harus bersabar karena hanya mampu melihat kedua putranya melalui layar kaca."Apa Su

  • Behind The Heirs (Indonesia)   Chapter 63 : Twins

    Dareen menatap Esa yang tengah tertidur pulas setelah meminum obatnya. Ada gurat kesedihan yang tampak jelas di wajah tampan pria yang baru saja siuman dari pingsan itu.Satu jam yang lalu Dareen siuman, begitu dia bangun hal pertama yang dia tanyakan adalah keadaan istri dan anak-anaknya terutama Esa yang belum sempat dia temui sama sekali.Lama menatap Esa dalam diam, Dareen kembali mendesah pelan untuk kesekian kalinya. Pembicaraannya dengan Henry beberapa waktu lalu membuatnya frustasi. Esa harus segera di operasi, tapi permasalahannya siapa yang akan menjadi donor untuk putranya itu. Saat ini satu-satunya orang yang belum melakukan pemeriksaan hanya Anna.Sebagai ibu kandung Esa, Anna memiliki persentase kecocokan yang lebih besar dengan Esa, tapi Dareen tidak mau berharap terlebih Anna baru saja melahirkan dan kondisinya sekarang bahkan masih belum sadar

DMCA.com Protection Status