Theo menghentikan laju mobil Jeep Wrangler hitam yang terlihat begitu garang, tapi sangat cocok dan dapat menggambarkan karakternya. Setelah kendaraan tadi dia parkirkan, pria tampan tersebut segera keluar untuk membukakan pintu bagi Sarah. Gadis cantik itu tampak risih dengan gaun minim yang dia kenakan. Sarah terus menarik bagian bawah mini dressnya.
"Tarik saja terus sampai sobek, dengan begitu bukan hanya pahamu yang akan kelihatan," tegur Theo dengan ketus dan seenaknya. Dia berlalu begitu saja. Theo pikir, Sarah langsung mengikuti dirinya. Namun, ternyata si gadis hanya mematung sambil memasang wajah cemberut.
Menyadari bahwa Sarah tak ada di belakangnya, Theo pun menoleh. Pria tampan asap Inggris tadi mendengus pelan. Dia menyentuh ujung hidung, lalu mengempaskan napas pelan. Seperti saran dari Andaru, dirinya harus bisa mengendalikan diri. Theo pun mengela napas dalam-dalam, kemudian mengembuskannya perlahan. Setelah merasa bisa mengatasi rasa jengkelnya, pria
Sarah berkali-kali memalingkan muka saat melihat adegan dewasa yang tersaji tepat di depan matanya. Mereka seakan tak peduli dengan orang yang berlalu lalang di sana, karena telah tertutup oleh kabut gairah. Sikap mereka pun seperti binatang yang tak tahu norma kesopanan.Tak ingin matanya semakin ternoda, Sarah berjalan sambil menyembunyikan wajah di lengan Theo. "Kenapa aku dibawa ke tempat seperti ini? Jangan katakan jika Anda bermaksud untuk .... Aku mohon jangan, aku belum siap," Racauan Sarah telah membuat Theo menghentikan langkah. Pria itu menoleh sejenak kepada gadis yang sejak tadi tak melepaskan lengannya. Sarah memang tampak cemas saat itu."Jika Anda memang menginginkannya, kenapa tidak katakan saja secara langsung. Namun, meskipun Anda mengancamku dengan sebilah pisau, aku tetap tidak akan ...." Sarah tak sempat melanjutkan ocehannya, karena Theo lebih dulu mendorong pelan tubuh ramping itu hingga bersandar pada dinding. Pikiran buruk tentang Theo yang mesum, semakin meng
"Ya, ampun. Ini softdrink baru, ya? Enak sekali. Segar, aroma jeruknya terasa," cerocos Sarah. Tak dipedulikannya Theo dan seorang pria yang tengah memperhatikannya dengan heran. "Mas, satu lagi," teriaknya nyaring. Jelas sudah jika gadis itu telah terpengaruh oleh alkohol yang terdapat di dalam minumannya. "Ya, ampun. Dia cantik sekali, tapi terkesan sedikit liar. Aku suka tipe seperti itu," celoteh pria di samping Theo dengan tiba-tiba. "Aku akan menanyakan padanya, apakah dia sudah ada yang menyewa," pria itu segera berdiri dan hendak menghampiri Sarah. Namun, Theo sigap mencekal tangan pria asing itu seraya melotot tajam padanya. "Jangan sentuh dia! Gadis itu adalah pasanganku," desis Theo. "Oh, jadi kau sudah membayarnya?" sahut pria itu dengan raut kecewa. "Dia bukan gadis bayaran! Dia kekasihku!" geram Theo. Cengkeraman tangannya pada pria itu menjadi semakin erat, sampai-sampai si pria asing meringis kesakitan. Menyadari hal itu, Theo segera melepaskan tangannya dan mendoro
Theo kembali berjalan keluar sambil terus memanggul Sarah di atas pundaknya. Pria itu tak memedulikan tatapan aneh dari orang-orang yang dia lewati. Dia terus saja melangkah hingga dirinya tiba di area parkir, di mana mobil jeepnya berada.Setelah membuka kunci, Theo lalu mendudukkan Sarah dan memasangkan sabuk pengaman. Namun, pria bermata abu-abu itu harus terpaku untuk beberapa saat, ketika melihat Sarah yang tersenyum nakal. Gadis cantik tersebut membuka sedikit mulutnya. "Mata abu-abu. Tampan sekali," goda Sarah manja. Dia bermaksud untuk menangkup wajah Theo, andai pria asal Inggris tadi tak segera menepis tangan dengan jemari lentik yang terarah kepadanya."Dasar payah. Minum sedikit saja kau langsung mabuk. Besok-besok akan kubawakan air putih dari rumah jika akan mengajakmu keluar," ledek Theo. Kata-kata pria tampan berambut gelap itu terdengar ketus, tetapi sangat berlainan dengan tatap matanya terhadap gadis cantik yang tengah mabuk berat, sehingga bersikap n
Dorongan dalam diri seorang Theodore Bresslin ternyata begitu kuat, saat melihat tubuh indah semampai di atas ranjang yang tampak menggelinjang perlahan. Bagaimanapun, Theo adalah pria yang normal. Sedari tadi, dia sudah berusaha untuk melawan gejolak yang kian melumpuhkan akal sehatnya. Akan tetapi, sikap nakal Sarah membuat dia tak mampu mempertahankan segala kewarasan yang tersisa. Apalagi, saat itu Sarah tampak membuka mata. Dia seakan tak ingin jika pria bermata abu-abu tersebut meninggalkan dirinya. "Jangan pergi," pinta gadis cantik tadi menahan langkah Theo yang akan berbalik. "Tidurlah," balas Theo. Dia bermaksud hendak membetulkan selimut yang menutupi tubuh Sarah hingga ke dada. Namun, dengan segera Sarah memegangi pergelangan tangannya. "Ada apa?" tanya Theo dengan wajah yang tampak menyembunyikan rasa gelisah. "Temani aku, Tampan," goda Sarah. Gadis itu tak melepaskan pegangannya sama sekali. "Tidak, Sarah. Kau tengah mabuk. Aku tak ingin
"Baju Sarah tertinggal di mobil, Sir," ujar Andaru ragu sambil menyodorkan apa yang dia genggam dari tadi. Sementara Theo terlihat gelisah dan serba salah."Terima kasih. Pergilah." Theo menerima gaun minim itu dari tangan Andaru. Dia sempat menoleh pada Sarah yang tengah berusaha untuk menyibakkan selimutnya."Panas ... gerah," racau gadis itu, membuat Theo buru-buru menutup pintu kamar Sarah begitu saja, meninggalkan Andaru yang masih tertegun. Sekilas, dia dapat melihat Sarah tergolek di atas ranjang dengan tubuh yang tertutup selimut. Akan tetapi, Andaru sangat yakin jika tubuh molek di balik selimut itu sepenuhnya polos.Andaru mendengus kesal seraya meraup wajahnya kasar. Dia merasa begitu terganggu saat itu. Namun, entah apa yang membuatnya merasa demikian. Pada akhirnya, Andaru memilih untuk berlalu dari sana.Lain halnya dengan Theo. Saat itu dia panik saat Sarah membuka selimut yang menutupi tubuh, lalu membuangnya begitu saja ke lantai. Gadis itu lalu membalikkan tubuh dan
Sarah bergegas turun dari tempat tidur. Dalam keadaan yang hanya mengenakan celana dalam, gadis itu berlalu ke kamar mandi. Dia ingin membersihkan diri dari sisa-sisa apa yang terjadi semalam, antara dirinya bersama si pemilik villa. Seusai dengan aktivitas kamar mandi, gadis itu segera berpakaian. Sarah harus meminta pertanggungjawaban kepada seseorang bernama Theodore Bresslin. "Tuan Bresslin!" Gadis cantik dengan rambut yang masih agak basah itu menggedor pintu kamar Theo. Dia yakin bahwa pria tersebut sedang berada di sana. "Tuan Bresslin!" teriak Sarah lagi. Suaranya menggema di dalam villa yang hening tersebut. Tak berselang lama, terdengar seseorang yang membuka kunci dari dalam. Sarah pun menunggu hingga pintu terbuka. Sementara amarah yang besar sudah berada di puncak kepala. Hal itu membuat gadis dua pulu dua tahun tersebut ingin kembali mengulang sikap jagoannya, sama seperti saat dia masih berada di bangku SMA. Sarah gadis yang tomboi. Dia berani menantang siapa saja ya
Sarah tertawa nyaring mendengar penjelasan Theo. Gadis itu berkacak pinggang, seakan menantang pria di hadapannya. “Siapa yang akan percaya dengan ucapan pria, ketika dihadapkan pada wanita mabuk dan hampir tak sadarkan diri?” tukasnya. Theo menyugar rambut seraya berdecak pelan. Dia mengarahkan pandangan kepada Andaru yang tak mengatakan apapun. “Singkirkan ayam betina ini dari hadapanku,” titahnya enteng. Mendengar Theo menyebutnya ‘ayam betina’, kekesalan dalam diri Sarah kian menjadi. “Hey, Tuan sok tampan! Kau memang tak ubahnya dengan pria kebanyakan yang senang memanfaatkan keadaan. Aku tidak mau tahu! Kau harus membuat pernyataan yang berisi kata-kata permintaan maaf! Selain itu, aku juga ingin agar ayahku dibebaskan dari kewajibannya mengganti rugi! Dengan begitu, aku bisa segera pergi dari sini!” Sarah tak henti mengomel di hadapan Theo yang tampak malas meladeninya.“Kau sendiri yang datang kemari demi ayahmu,” balas Theo. “Aku juga tak akan pernah menahan dirimu untuk le
Theo terdiam sejenak sebelum menanggapi ucapan Abizar. Tatapan pria asal Inggris itu masih tertuju kepada pria paruh baya di hadapannya. Dia terus menghujani ayahanda Sarah tersebut dengan sorot yang sulit diartikan, hingga Abizar merasa serba salah. Sesaat kemudian, Theo mengalihkan perhatiannya pada sejumlah uang di dalam tas yang masih tersimpan di atas meja. Tanpa mengatakan apapun, dia memberi isyarat kepada Andaru. Sang ajudan kepercayaan langsung mengerti dengan kode yang diberikan majikannya.Andaru meraih tas berisi uang tadi. Sebagai seorang lulusan sarjana akuntansi, bukan hal sulit baginya untuk memeriksa uang itu. Hanya dalam beberapa menit saja, dia sudah menyelesaikan tugasnya. Andaru mengangguk kepada Theo. “Tiga milyar, Tuan,” ucap pria itu.“Bagus,” ucap Theo puas. Dia kembali mengarahkan pandangan kepada Abizar. “Kau bisa datang lagi besok untuk menjemput putrimu,” putusnya. Tanpa basa-basi lagi, pria tampan berambut gondrong itu beranjak dari tempat duduk, kemudia