Sebelumnya,
Kantor Lexi Czar Expedition
"Yuri, aku ingin kau melakukan sesuatu untukku!" perintah Lexi memutar gelas kecil yang berisi vodka di dalamnya.
"Apa yang harus saya lakukan, Tuan?" tanya Yuri sigap.
Sambil tersenyum menyeringai, Lexi menyuruh Yuri agar lebih dekat padanya dan berkata, "Gantikan aku!"
"Ma-ksud Anda??" tanya Yuri dengan ekspresi bingung.
"Jemput Tania, bawa dia ke rumahku! Aku berkata padanya aku akan menjemputnya, tapi aku yakin Andre pasti akan datang menemuinya. Dan aku tak mau mengotori tanganku untuk kutu seperti dia!" tegas Lexi menatap tajam Yuri.
"Baik, Tuan. Akan saya laksanakan." Yuri segera bergegas meninggalkan ruangan Lexi, "Tapi ingat! Tania jangan sampai tahu kemana kau akan membawanya," perintah Lexi.
"Baik, Tuan. Permisi."
****
Saat ini,
Lotte Hotel Moscow
"Kau? Siapa kau?" Andre terkejut mengetahui seseorang yang sedang bersama Tania bukanlah Lexi.
Namun Yur
Tania melangkahkan cepat kakinya pergi dari rumah Lexi. Yuri yang mendapat perintah dari Lexi untuk mengikuti Tania segera bergegas menghampiri wanita pujaan sang serigala Siberia itu."Nona, masuklah ke mobil. Saya akan mengantarkan Anda." ucap Yuri melajukan mobilnya pelan."Jika kau mengikutiku karena perintah Lexi, maka lupakan saja! Aku bisa pulang sendiri," sahut Tania tak menghentikan langkahnya."Nona ...""Yuri! Nona Yuri ... tolong, bisakah kau biarkan aku sendiri?" pinta Tania menghentikan langkahnya dan menghadap Yuri."Sekalipun Anda memohon pada saya ... maaf Nona, saya tak bisa," jawab Yuri menatap tajam Tania.Tania bergeming dan hanya menarik napas panjang. "Terserah kau saja!"Tania kembali melanjutkan perjalanannya dan menghentikan taksi yang tengah melintas tak jauh dari pandangannya."Good day, Mam.""Good day, take me to Hermitage State Museum," ucap Tania."Ok, Mam."Tak berapa lama, taksi
Rublevka, Kediaman Richard LexiTania yang mabuk dibawa oleh Lexi ke rumahnya. Setelah sampai di rumah, Lexi segera membawanya ke kamar utama dan membaringkan tubuh wanita cantik itu."Ambilkan air hangat dan handuk bersih, Yuri! Bersihkan tubuh Nona Tania dari sentuhan pria nista itu!" perintah Lexi kemudian membiarkan Tania terlelap dalam tidurnya."Baik, Tuan. Saya mengerti." Yuri segera keluar kamar Lexi dan meninggalkan mereka berdua.Lexi terus memandangi Tania dan mengelus dengan lembut pipi putihnya. Wajahnya didekatkan dengan wanita pujaannya itu. Tangannya tak pernah sekalipun dilepaskan dari tangan Tania. Retinanya selalu menatap wanita itu dengan lembut dan penuh kasih sayang.Yuri hanya memperhatikan tuannya dari kejauhan, tak berani menyela apa yang Lexi sedang lakukan. Sementara itu, Lexi yang masih duduk di dekat Tania tak bisa menahan hasratnya untuk tak melepaskan pandangannya. Keinginan yang kuat untuk memiliki wanita cantik itu
"Selamat pagi, Tania."Suara berat seorang pria terdengar dari balik pintu besar coklat tua dengan ukiran pola rumit dan bergagang emas. Tania segera melongokkan kepalanya dan sosok pria berjas warna blue navy dan beralaskan sepatu warna hitan mengkilap menghampiri Tania dan tersenyum padanya."Do you feel good?" tanyanya kembali."Kau ... Tuan Lexi?" terkejut Tania dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya."Ya, ini aku. Kenapa? Kau tampak terkejut?" tanya Lexi berdiri di hadapan Tania."Kalau begitu, saya permisi dulu, Tuan, Nona." Yuri meninggalkan mereka berdua.Tania merasa canggung, tangannya dia sembunyikan di balik selimut tebal warna putih dan sesaat dia tersadar pakaian yang ia kenakan bukanlah yang kemarin ia pakai."kau!!" Tania tiba-tiba mengeluarkan tangan kanannya dan menunjuk ke arah Lexi."Aku kenapa?" tanya Lexi seraya melihat sarapan Tania yang belum tersentuh sama sekali. "Kenapa kau belum makan, Tania?" Lexi kemu
SkyPoint Sheremetyevo HotelTania tak lagi dapat membendung air matanya ketika ia tahu apa yang terjadi di kamar pria yang masih berstatus suaminya itu."Kau ..." Katrina membukakan pintu untuk Tania."Bukankah Anda ..."Sontak, Katrina merasa canggung dan membetulkan piyama model lingerie warna hitam dengan belahan bagian depan nan menggoda."A--Anda ingin bertemu dengan Andre?" tanya Katrina masih tampak canggung.Tania yang awalnya menangis, kini mengusap air matanya dan menatap tajam Katrina. "Bukankah ini kamar Andre? Tentu saja aku ingin menemuinya!" sahut Tania tanpa panjang lebar langsung masuk ke kamar Andre dan melihat tubuh Andre terkulai tanpa busana, masih tertidur lelap dan setengah badannya ditutupi selimut.Tania duduk di sebuah sofa warna putih yang berhadapan langsung dengan tempat tidur sang suami. Katrina tampak kikuk dan suasana kaku tampak terasa di antara mereka berdua."Apa kau ingin aku membangunkan Andre
Kantor Lexi Czar ExpeditionLexi yang masih terbawa emosi karena sikap Tania pagi ini melampiaskan kekesalannya dengan membanting patung giok gajah di mejanya. Terdengar suara bunyi yang cukup kencang di lantai dan patung itu berserakan menjadi berkeping-keping. Rambutnya yang rapi berubah berantakan, dia juga melepas dasi hitam yang dikenakannya, membuang jas blue navy-nya dan menggulung kemeja putihnya hingga sebatas lengan. Tangan kirinya merogoh saku celananya dan mengambil ponsel hitam miliknya."Bagaimana? Apa 'sesuatu' yang aku minta sudah sampai?" tanya Lexi di telepon."Baiklah! Tunggu aku di sana. Aku akan segera berangkat!" ucap Lexi memutus sambungan teleponnya dengan seseorang.Senyum seringai terlihat di wajah tampan sang serigala, wajah yang awalnya penuh dengan emosi dan kekesalan kini berubah menjadi lebih tenang dan senyum seringai hingga mengembang sesekali Lexi tunjukkan. Tak lama setelah dia menelepon, Lexi mengambil jasnya yang ia buang
SkyPoint Sheremetyevo HotelAndre terlihat sedang membereskan beberapa pakaiannya dan memasukkannya dalam lunggage-nya yang berwarna coklat motif garis-garis putih. Mata yang sembab, wajah sayu dan kumis timis di atas hidung dan dagunya menjadi penampilan terbarunya. Seperti tak terawat! Ya, itulah gambaran fisik yang kini dapat dilihat dari seorang Andre Mahardika Prayoga. Wajah putih bersih bak oppa-oppa negeri Ginseng tak lagi bisa dinikmati oleh para wanita. Dia membiarkan fisiknya tak terurus dan terawat, terutama setelah kejadian beberapa hari yang lalu. Terduduk kini Andre di atas kasur empuknya, menatap sekeliling kamar tempatnya menginap, menghela napas, melihat layar ponsel miliknya berharap keajaiban Tania akan menghubunginya."Hah, hahahhaha ..." tiba-tiba Andre tertawa lepas seraya menangis dengan kepala tertunduk. "Aku benar-benar bodoh telah melepasmu, Tania! Mataku benar-benar buta karena godaan seorang wanita yang tak lebih baik darimu! Kini Tuhan
Bandara Soetta, IndonesiaHampir sekitar 20 jam penerbangan yang harus dilalui oleh Andre dari Rusia ke Indonesia, rasa jetlag pun dia rasakan ketika turun dari pesawat yang membawanya. Dengan langkah cepat, dia keluar bandara dan langsung menuju mobilnya yang ia parkirkan di halaman bandara selama beberapa minggu."Hah, finally ... Indonesia. I'm coming home," gumam Andre mulai memanaskan mesin mobilnya dan menyandarkan tubuhnya ke kursi empuk mobilnya seraya melihat cakrawala bandara yang sedang berbintang namun tiada berbulan."Tania, bagaimana kabarmu? Rasanya sudah seperti berabad aku tak bertemu denganmu. Padahal baru tadi pagi kita ... aku menghubungimu. Aku rindu padamu," gumam Andre tak sadar matanya perlahan demi perlahan terasa mengantuk hingga seseorang datang dan menggedor-gedor pintu mobilnya. Seorang petugas security bandara rupanya melihat Andre yang sedang tertidur di mobilnya dengan kondisi mesin menyala dan segera Andre terbangun dari ti
Rumah sakitWisnu yang tengah berada di rumah sakit menggantikan Andre menemani wanita yang telah ditolongnya duduk di depan ruang UGD. Matanya masih terkantuk dan dilihat, sudah pukul 3 pagi. Udara dingin mulai menyergap dan sesekali pandangan mata Wisnu menyeloroh ke luar rumah sakit yang ditanami pepohonan yang rimbun."Ampunnn, mimpi apa gue semalem sampe diminta tolong begini," keluhnya.Tak lama, seorang perawat datang dan menghampiri Wisnu yang tengah memandang ke luar halaman rumah sakit."Maaf, apa Anda melihat laki-laki yang ada di sini barusan?""Siapa, Sus?" Wisnu balik bertanya dan sesaat di berpikir dan berkata, "Maksud Anda pria yang menggunakan syal merah, sepatu boots dan jas panjang warna hitam?""Benar, Pak." Suster itu menganggukkan kepalanya."Saya temannya laki-laki itu. Dia meminta saya untuk menitipkan seseorang yang ada di ruang UGD. Mmm, kalau boleh tahu yang di dalam sana siapa, Sus?" Wisnu penasaran."Saya p
Tania yang tak tahan lagi menunggu Lexi terlalu lama di kamar yang sunyi memutuskan untuk segera mencari laki-laki itu. Derap langkah yang dibuat sepelan mungkin dan netra yang was-was membuat detak jantung Tania memompa adrenalin yang kuat dan kencang, bak olahraga ekstrem. Tak lama tepat di depan netranya, siluet seorang wanita bergaun pengantin dan pria berjas abu-abu serta pria yang sedang duduk membelakanginya tampak di depannya. Sambil berdetak dan berdegup kencang, Tania memberanikan diri mendekati ketiga siluet itu dan ternyata ...."Lexi!!" serunya bersuara sedikit kencang.Tak pelak, Eva yang sedang bicara dengan Lexi dalam keadaan emosi mengalihkan netranya pada Tania yang berdiri tak jauh di belakang Lexi, dan ....DORRRRR!!DORRRRR!!DORRRRR!!"Ahhhh!!" Tania teriak kencang karena tembakan proyektil yang dilepaskan Eva tepat mengenai lukisan yang ada di sebelah Tania! Membuat Tania membelalakkan netranya bulat dan lebar!"TANIA!
Villa Keluarga HendrikovaDi sudut salah satu ruangan yang remang hampir gelap, Tania dan Lexi tengah bersembunyi dari kejaran Eva dan ayahnya, Joni Pedrova Medyedev. Emosi yang tengah di puncak, membuat Eva dan sang ayah kalap dan membabi buta menghancurkan isi dari villa milik keturunan Dinasti Romanov tersebut."Aku takut, Lexi!" Tania sembunyi di dada bidang milik Lexi yang lebar."Jangan takut, aku di sini. Aku akan selalu melindungimu." Ucap Lexi mengecup kening Tania mesra."Tapi, kau dan Eva dulu ..." Tania ragu dengan ucapannya."Dulu ya dulu! Sekarang ya sekarang! Aku bukan orang yang memandang ke belakang, apa yang ada di hadapanku sekarang, itulah yang akan kupikirkan!" tegas pemilik netra hijau Altai itu menatap Tania."Aku hanya ..." Tania membenamkan kepalanya dalam pelukan dekapan hangat sang serigala."Ssssttt, jangan berisik! Kau tetaplah di sini, aku akan pergi menemui mereka." Ucap Lexi mendorong lembut tubuh kelinci yang
"Kau tak punya hak untuk bicara seperti itu, Lexi!"Seorang wanita turun dari jeep hitam tak jauh dari mereka. "A--Anda," Tania terkejut karena Maria, sang ibunda Lexi ada di sana. "Bantu Nona Eva!" perintah Maria pada pengawalnya."Mama? Kenapa Mama ada di sini?" tanya Lexi yang tampaknya tak terkejut."Tak usah basa basi Lexi!" Maria menyipitkan tajam matanya ke arah Tania yang masih berada di dekapan Lexi dan seorang pria yang tersungkur di tanah"Siapa kau?" tanya Maria pada Andre."Saya suami sah dari wanita yang sedang berada di pelukan anak Anda. Namaku Andre." Jelasnya sambil membersihkan noda darah di mulutnya."Jadi kau suami Nona Tania? Bawa dia pergi dari sini! Putraku akan menikah dengan wanita ini!" Maria menunjuk Eva."Memang itulah yang akan saya lakukan, Nyonya. Tapi putra Anda ..." Andre kemudian berdiri dan menatap netra Lexi tajam. "Putra Anda telah menjadi parasit dalam pernikahan kami!""Tutup mulutmu! Kau t
"Hentikan!" suara lantang seorang wanita terdengar dari dalam kediaman Medyedev.Netra Andre membelalak ketika mengetahui siapa wanita yang baru saja mengeluarkan suara lantang itu. "Kau, E-Eva?""Hahahaha, akhirnya kau datang juga Andre. Bagaimana kabarmu? Apa kau sudah menerima paket cantik yang kukirim untukmu?" seringai Eva dengan cibiran."Wanita brengsek! Apa yang kau inginkan? Bukankah sudah cukup kau dengan menghancurkan Lexi, kenapa kau seret Tania ke dalam masalah pribadimu?" Andre tak dapat melihat Eva dengan tatapan datar. Netra laki-laki itu terus saja menyipitkan mata tajamnya ke arah wanita bergaun pengantin di depannya."Kau salah! Justru karena istri bodohmu itu yang berani-beraninya menggoda dan mengambil Lexi dariku! Harusnya aku yang bersama dengan Lexi dan bukan dia! Aku yang seharusnya menyandang kekasihnya dan bukan istrimu!" teriak Eva."A--apa? Kekasih?" Andre terperangah."Hahahah, suami macam apa yang tak mengetahu
Kedatangan Andre ke kantor Lexi membuatnya terkejut sekaligus kesal. Dengan memasang senyum penuh kepalsuan, Lexi tersenyum selayaknya tuan rumah yang menyambut kedatangan tamu."Silakan duduk, Tuan Andre." Lexi membuka tangannya dan mempersilakan Andre duduk di kursi yang ada di depannya."Cukup basa basimu, Tuann Richard Lexi! Di mana Tania?" Andre mulai tersulut emosi."Apa? Tania? Apa maksud Anda, Tuan Andre?"Andre yang sedang panas langsung memberikan pukulan keras di wajah Lexi hingga ia tersungkur jatuh di karpet ruangannya."Kutanya sekali lagi, di mana kau sembunyikan Tania!? Apa kau masih mengelak juga, hah! Laki-laki keparat! Berapa banyak hal lagi yang akan kau bohongi soal identitasmu pada Tania, hah!" Andre menarik kerah Lexi yang tersungkur dan berteriak padanya."Get off your dirty hands of me! Aku tak perlu menjawab pertanyaanmu, Tuan Andre! Dan Tania, kenapa Anda masih peduli padanya? Bukankah kalian akan bercerai?"
Sheremetyevo Int. AirportAndre langsung terbang ke negeri Beruang Merah saat dirinya dikirimi foto-foto mesra Tania dan Lexi. Tanpa membuang waktu, dia segera menaiki taksi bandara dan pergi ke Museum Hermitage, tempat Lexi bekerja. Rasa cemas, khawatir dan takut menyelimuti relung hati pria bermata seksi itu. Sesekali dia melihat ponselnya dan ingin mencoba menghubungi Tania namun berkali-kali pula ia urung melakukannya."Thank you, Sir." Ucap Andre turun dari taksi yang membawanya.Matanya menyeloroh melihat bangunan indah itu masih sama dengan yang ia lihat ketika beberapa bulan yang lalu Andre datang pertama kali ke tempat itu. Dengan langkah cepat, ia masuk ke dalam museum itu dan memutar balik netra dan retinanya, menyeloroh, meringsek ke semua sudut ruangan Museum Hermitage, namun tak jua membuahkan hasil. Putus asa, Andre menanyakan keberadaan Lexi dengan salah satu petugas keamana tempat itu dan begitu terkejutnya Andre ketika ia mengetahui bahwa Lexi seb
"Kurasa ini bukan jalan menuju kediaman Lexi. Sebenarnya kita mau ke mana?" Tania mulai curiga dengan sang pria tersebut yang terlihat menyeringai dari balik spion mobilnya."Kita akan sampai Nona sebentar lagi." Ucap pria tersebut kemudian tak lama membelokkan mobil yang mereka kendarai ke sebuah gudang gelap dan sunyi."T--tempat apa ini? Siapa kau sebenarnya?" Tania mulai ketakutan."Silakan berteriak! Tak ada satu pun yang akan mendengar atau menolongmu, hahahha." Pria itu menodongkan senjata api tepat di wajah Tania dan memaksa Tania turun dari mobilnya."Cepat jalan!" ucap pria itu mendorong kasar tubuh Tania."Siapa yang menyuruhmu? Apa Nyonya Besar yang memintamu melakukan ini?" tanya Tania seraya berjalan masuk ke gudang itu dan memgangkat tangannya."Nyonya Besar? Hahahha, nanti Anda tahu sendiri siapa yang telah menunggu Anda di dalam."Seorang wanita mengenakan long-coat warna coklat gelap, sepatu boots, serta kacamata hita
Eva memberikan sebuah amplop coklat yang berisi foto Tania pada seorang pria pembunuh berdarah dingin yang telah lama bekerja untuk keluarga Hendrikova. Pria itu dengan senyum dinginnya kemudian berkata, "Anda ingin saya menghabisi nyawa wamita cantik ini?""Kenapa? Masalah?"tanya Eva dengan dingin."Tidak. Tapi menurutku sayang sekali jika dia harus dihabisi! Setidaknya, biarkan aku 'bermain' sebentar dengannya." Seringai pria yang lebih mirip orang Asia itu."Whatever! You can have her after that ... kill her!!" ucap Eva dengan netra tajam."Ok, no problem." Sahut sang pri itu menganggukkan kepalanya."Aku berikan padamu informasi di dalamnya tentang 'paket' mu. Aku ingin semuanya berjalan alami, tak ada jejak, tak ada cacat! Apa kau mengerti!?""Tenang saja, Nona Eva. Bukankah Anda juga tahu sudah berapa lama saya mengabdi untuk keluarga Medyedev ""Bukan urusanku! Dan sebaiknya segera kau kerjakan apa yang aku perintahkan!" E
Kediaman Keluarga MedyedevPRANGPRANGPRANGSuara barang pecah belah yang dibanting dengan keras dari ruang makan keluarga Medyedev membuat para asisten rumah tangga di keluarga milyuner itu menjadi takut, panik namun juga khawatir dengan keadaan nona mereka, Eva Laika. Tak ada satu pun dari mereka yang berani mendekati ruang makan yang saat ini hampur seperti ruang sampah! Piring dan gelas yang dipecahkan oleh nona besar mereka membuat serpihan-serpihan dari barang pecah belah tersebut berhamburan memenuhi ruang makan."No--Nona Besar, sadarlah ... sadarlah Nona Besar, jangan menyakiti diri sendiri," ucap kepala asisten rumah tangga Hendrikova."DIAM! DIAM SEMUANYA! JANGAN ADA YANG IKUT CAMPUR!" teriak Eva dengan wajah lusuh, gaun yang tak lagi rapi dan terlihat mahal serta rambut yang acak-acakan."Aku salah apa, Lexi? Kenapa kau perlakukan aku seperti ini? Kenapa kau tak pernah melihat ketulusanku mencintaimu!!!" teriak Eva