Bab 30Leo sontak termangu. Tidak ada dalam prediksinya bahwa hal tersebutlah yang akan ditanyakan sang istri padanya.Butuh waktu beberapa detik baginya untuk mengerjap dan menjawab pertanyaan Lovita."Yang pasti bukan lo orangnya."Perlahan tubuh Lovita tersurut ke belakang. Jantungnya mencelos. Perasaan nyeri lamat-lamat mulai merayapi hatinya.Namun kemudian perempuan itu menenangkan dirinya. Memangnya apa yang dia harap?Mendengar Leo mengatakan bahwa dirinyalah yang dicintai laki-laki itu?'Jangan mimpi lo, Lov.' Lovita mengingatkan dirinya sendiri agar tahu diri."Ya baguslah. Gue juga nggak ngarep dicintai sama lo," balas Lovita setelah mampu menguasai perasaannya."Ya ... tadi lo kan nanya makanya gue jawab sekalian ngingetin lo. Kali aja kan lo baper karena tiap hari tinggal sama gue.""Ih, najis." Lovita menunjukkan ekspresi geli yang disambut gelak tawa Leo. Sulit untuk percaya bahwa Leo si muka datar itu sekarang begitu mudah mengumbar tawa.Sejak tadi yang awalnya mereka
Bab 31Butuh bertahun-tahun bagi Lovita untuk membangun karirnya sebagai MUA. Tapi hanya butuh beberapa saat bagi Michelle untuk menghancurkannya. Peristiwa yang dialami Michelle dengan cepat menjadi viral. Berita tentangnya beredar di dunia maya. Nama Lovita disorot di mana-mana. Dia dihakimi, dihujat, dimaki serta didoakan yang buruk-buruk. Semua prestasi dan nama baiknya selama ini lenyap begitu saja hanya dalam tempo sekejap mata. Orang-orang memandangnya rendah bahkan mereka tidak benar-benar mengenal Lovita.Hari ini Lovita dipanggil ke Rumah Rias Maya. Dia disidang dan diminta pertanggungjawabannya. Sudah sejak kemarin Lovita dipanggil tapi kala itu Lovita butuh waktu untuk memulihkan mentalnya."Gue kecewa banget sama lo, Lov. Padahal selama ini lo adalah andalan gue. Kalau ada yang nanya siapa MUA terbaik gue maka jawabannya adalah lo. Gue selalu ngerekomendasiin lo sama orang-orang. Tapi kalau begini kejadiannya gue bener-bener kecewa. Gue malu sama orang-orang. Dan ini adal
Bab 32Lovita memandang sedih portofolionya. Ia sudah mengajukannya ke mana-mana tapi percuma. Tidak ada gunanya. Tidak ada yang percaya padanya. Lovita benar-benar sudah putus asa. Semua cara sudah ia tempuh tapi berujung buntu."Udah dong, Lov, nggak usah sedih. Badai pasti berlalu," kata Gina menghibur sang kawan."Kapan berlalunya coba? Ini udah mau satu bulan gue nganggur dan gosip tentang gue belum juga reda."Lovita sudah mencoba membersihkan nama baiknya dengan membuat postingan klarifikasi di media sosial. Bukannya berhasil postingannya malah menuai hujatan."Leo-nya sendiri gimana?" "Dia minggu ini ada job di Thailand jadi gue nggak mau ngeganggu.""Tapi dia kan suami lho, Lov, dia harus melakukan sesuatu.""Iyaaa, tapi dia sibuk. Dia suami kontrak by the way, kalau lo lupa," kata Lovita mengingatkan.Gina memandangi Lovita lekat. Ia merasa kasihan melihat sahabatnya itu. Andai saja bisa tentu Gina akan membantu. Tapi siapalah Gina. Ia hanya pekerja biasa seperti Lovita. Ia
Bab 33 Leo tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Mulutnya terkatup rapat. Padahal seharusnya ia hanya tinggal bilang tidak."Kenapa diam lo? Lo beneran jatuh cinta sama dia?" tegur Jerry lantaran Leo lama membisu tanpa mampu menjawab pertanyaannya."Nggak," jawab Leo pelan tanpa mampu menoleh."Kecil banget suara lo. Bilang apa tadi?" ujar Jerry lagi agar Leo mengulangi ucapannya."Nggak." Kali ini Leo melafalkannya setingkat lebih tinggi dari tadi."Kalau memang enggak seharusnya lo nggak keberatan dong. Tapi yang gue baca lo kayaknya nggak bersedia.""Bukannya gue keberatan atau nggak bersedia, Jer. Cuma gue nggak mungkin ninggalin dia dalam kondisinya yang sekarang.""Kondisi yang lo maksud ini dalam konteks apa ya, Le?""Lo kan tahu saat ini Lovita kena kasus. Dia jobless, nggak diterima di mana-mana. Jadi nggak mungkin gue ninggalin dia dalam keadaan begitu."Jerry cukup terkejut mendengar perkataan Leo yang sama sekali tidak ada di dalam dugaannya."Ngapain juga lo mikirin
Bab 34Lovita yang tidak tahu apa-apa tentu saja terkejut oleh aksi Leo yang tiba-tiba memeluknya. Lovita baru saja tiba. Dan ia ia tidak menyangka jika ternyata Leo sudah kembali dari Thailand. Namun yang lebih tidak disangka lagi adalah ia akan mendapat pelukan seperti ini dari lelaki itu."Le, lo kenapa?" Lovita menanyakannya setelah sekian lama ia berada dalam dekapan lelaki itu.Seakan baru tersadar atas apa yang dilakukannya dengan cepat Leo membebaskan tubuh Lovita dari dekapannya. "Nggak apa-apa. Gue cuma agak kangen sama lo."Sontak saja jawaban yang didengarnya dari Leo membuat keheranan Lovita semakin menjadi.Kangen?Lelaki itu merindukannya? Apa Lovita tidak salah dengar?Bagaimana bisa?Hubungan mereka tidaklah sedekat itu yang membuat Leo merindukan Lovita."Lo dari mana?" tanya Leo lalu berjalan mendahului. Lovita mengikuti di belakangnya."Dari luar. Lo kapan nyampe?" Lovita balas bertanya."Udah satu jam-an."Lovita mengangguk dan tidak bertanya lagi. Ketika berma
Bab 35Setelah pelukan Leo di sisi pintu tadi saat Lovita pulang, untuk kedua kalinya perempuan itu dibuat membeku.Terlalu sulit bagi Lovita untuk memercayai apa yang didengarnya.Leo menyatakan cinta padanya!"Lo lagi mabuk ya, Le?" Akhirnya Lovita berhasil mengucapkan sesuatu setelah berdetik-detik tubuhnya membeku. Lovita juga tersenyum untuk menyamarkan kegugupannya.Tapi rupanya Leo sama sekali tidak terpengaruh oleh candaan Lovita. Wajahnya masih seserius tadi."Gue nggak lagi mabuk, Lov. Gue sadar sesadar-sadarnya waktu ngucapin ini. Gue juga nggak gak lagi becanda.""Lo emang nggak lagi mabuk atau becanda. Tapi lo pasti kesambet deh."Leo menghadirkan senyum kecut di bibirnya. "Apa sesusah itu membuat lo percaya kalau gue nggak main-main? Gue beneran jatuh cinta sama lo, Lov. Gue serius."Lovita tertegun untuk sesaat. Ditatapnya wajah lelaki di hadapannya dengan lebih lekat.Sejak tadi ekspresi yang ditampilkan Leo tidak berubah. Lelaki itu begitu konsisten dengan gesturnya.
Bab 36Keesokan paginya saat membuka mata Leo dan Lovita melanjutkan lagi percintaan mereka. Keduanya berpagut dengan panas dan penuh gelora seakan ingin menebus waktu mereka yang terbuang selama ini tanpa melakukan apa-apa.Tidak tahu berapa lama mereka berpagut hingga yang tersisa hanya sengal napas masing-masing.Keduanya saling menatap dengan posisi miring berhadapan tanpa ada sepatah kata pun yang terucap. Tapi mata merekalah yang berbicara membahasakan begitu banyak hal.Leo tahu di depan nanti bahaya besar sedang menantinya. Jerry sudah menunggu dan menagih apa jawabannya. Dan Leo belum siap untuk menghadapi pria itu. Andai saja bisa Leo ingin menghentikan waktu agar kebersamaannya dengan Lovita tidak berakhir. Agar ia bisa lepas dari semua tuntutan tersebut."Le, lo nggak kerja hari ini?" Lovita tidak menjawab karena tidak mendengar suara Lovita. Lelaki itu dihanyutkan oleh lamunannya yang dalam."Le ...," panggil Lovita tapi lelaki itu tetap bergeming."Ngelamunin apa, Le?"
Bab 37Leo menjawab panggilan sebelum handphonenya berdering lagi."Iya, Jer?""Baru bangun lo?" tanya Jerry begitu mendengar suara khas bangun tidur dari mulut Leo."Nggak juga.""Gimana? Udah lo ceraikan Lovita?""Done," jawab Leo berat hati sembari membelai kepala Lovita dengan tangannya yang bebas."Good job." Terdengar tawa puas Jerry di seberang sana.Leo diam saja tidak menanggapi perkataan lelaki itu. Kalau dulu Leo ingin secepatnya satu tahun berlalu agar bisa berpisah dengan Lovita, sekarang dia tidak ingin menanggalkan gelar sebagai suami selamanya."Kapan lo ceraikan dia?" tanya Jerry lagi."Kemarin malam.""Kronologinya gimana? Tuh cewek mau lo ceraikan?""Mau.""Lho, kok?" Jerry keheranan. "Dia nggak ada minta sesuatu sama lo gitu?""Nggak ada.""Dia nggak ada ngancam lo?""Ngancam kenapa?""Kali aja dia ngancam lo karena mau lo ceraikan terus nggak lo kasih duit.""Dia nggak gitu. Dia bukan cewek matre," sangkal Leo. Dia tidak suka pada perkataan Jerry yang menuduh Lovi