Beranda / Rumah Tangga / Bayi Telantar di Rumah Sakit / Bab 21 Di antara Tiga Pemuda

Share

Bab 21 Di antara Tiga Pemuda

Penulis: EstrianaTamsir
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-05 18:01:26

Bab 21 Diantara Tiga Pemuda

Setelah mendapatkan telepon dari Radeva, dari apartemennya Arfa langsung meluncur ke kontrakan Meidina. Ia bisa masuk karena Meidina meninggalkan kunci yang disimpan di bawah keset.

Ini pertama kalinya Arfa masuk ke kontrakan Meidina. Selama ini ia segan untuk datang berkunjung mengingat status Meidina yang seorang janda. Pemuda berpostur tinggi dan kurus itu takut ada omongan miring dari para tetangga bila ada seorang lelaki bertandang ke rumah seorang janda. Ia ingin menjaga nama baik istri dari almarhum kakak angkatnya itu. Meski sangat ingin datang, ia selalu bisa menahannya.

Saat Arfa masuk ke kontrakan, Ayara dan Bimo masih tertidur pulas di kasur yang busanya sudah tipis. Arfa memandangi kedua bocah itu dengan iba. Mereka masih membutuhkan sosok seorang Ayah. Bila Meidina mau, ia bersedia menjadi ayah sambung bagi ketiga anak yatim itu.

Arfa jadi teringat dengan kisah hidupnya sendiri. Ayahnya sendiri meninggal saat ia seumuran dengan Bimo. Sementa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bayi Telantar di Rumah Sakit    Bab 22 Rahasia Terungkap

    Bab 22 Rahasia Terungkap Radeva terus digelayuti perasaan bersalah dan penyesalan yang teramat dalam. Kecerobohannya dalam mengemudikan mobil dalam keadaan mabuk membuat seorang perempuan muda menjadi janda dan ketiga bocah menjadi anak yatim. Setiap melihat dan membayangkan nasib dan penderitaan mereka, pria bertubuh atletis itu sering merasakan dadanya sesak. Bagaimana ia bisa menebus semua dosa dan kesalahannya. Itu yang selalu ada dipikirannya setiap hari.Demi mengurangi perasaan bersalahnya, setiap Jum'at pagi, Radeva selalu meluangkan waktu untuk menziarahi makam almarhum Firman. Seperti halnya hari ini, ia datang untuk membersihkan makam, mencabuti rumput dan ilalang yang tumbuh dan tak lupa berdoa.Selesai melakukan semua ritual ziarah kubur, Radeva masih belum beranjak dari makam. Ia pandangi batu nisan bertuliskan nama Firman Nurrohman dan menangis tergugu.Radeva tidak menyadari ada sepasang mata yang sedari tadi memperhatikan gerak-geriknya. Lelaki bertubuh tinggi kurus

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-06
  • Bayi Telantar di Rumah Sakit    Bab 23 Sudah Terlambat

    Bab 23 Sudah Terlambat "Ini, Mas, fotonya lupa ... sampai kebawa." Lelaki berjaket cokelat tua itu menyerahkan selembar foto usang kepada Arfa sebelum meninggalkan kantor Adyatama. Tugasnya sebagai detektif sudah selesai.Arfa memandangi selembar foto usang berukuran post card itu dengan saksama. Ia merasa sangat familiar dan seperti mengenal orang yang ada di foto usang itu. Setelah menggali semua ingatan masa lalunya yang lama terkubur di dalam alam bawah sadarnya, pada akhirnya Arfa merasa sangat yakin bahwa itu foto Pak Rusdi sewaktu masih muda. Garis dan lengkung wajahnya masih terpatri di memori otaknya.Almarhum Pak Rusdi adalah tetangganya yang sudah meninggal dunia sepuluh tahun yang lalu. Pak Rusdi yang ia tahu adalah ayah dari almarhum Firman. Arfa menjadi penasaran mengapa foto usang orang yang telah meninggal dunia itu bisa terkait dengan Pak Adyatama. Sepertinya atasannya itu memiliki hubungan di masa lalu dan keberadaan Pak Rusdi itu pastinya penting. Itu praduganya

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-07
  • Bayi Telantar di Rumah Sakit    Bab 24 Kecelakaan Beruntun

    Bab 24 Kecelakaan BeruntunRadeva terperanjat saat melihat Meidina berdiri di belakang punggung mamanya. Ia pasrah, jika identitas dirinya yang sebenarnya akan segera diketahui oleh perempuan muda itu.Kedua bola mata Meidina membulat saat Radeva memanggil Bu Maharani dengan sebutan Mama. Itu artinya Radeva adalah putra Bu Maharani. Dan Meidina bisa menyimpulkan bahwa orang yang menabrak suaminya hingga meninggal dunia adalah Radeva. Dada Meidina bergemuruh hebat menahan sesak oleh luapan emosi yang memuncak. Perempuan muda itu menatap tajam Radeva dengan sorot mata penuh kebencian. Meskipun ia sudah mengikhlaskan dan menganggap kematian suaminya sudah suratan takdir. Namun, saat melihat pelaku yang menabrak suaminya dalam keadaan baik-baik saja, hatinya terasa sakit. Apalagi pelakunya merasa tidak bersalah. Selama ini ada didekat, tapi enggan mengakui kesalahannya dan meminta maaf.Gara-gara keteledoran pemuda itu dalam mengemudi, suaminya sampai meninggal dunia. Ingin rasanya Meidi

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-08
  • Bayi Telantar di Rumah Sakit    Bab 25 Mendadak Jadi Menantu CEO

    Bab 25 Mendadak Jadi Menantu CEO Ayara dan Bimo langsung berlari ke dapur dan mendapati bayi Zavia menangis histeris terkena tumpahan air panas dari termos yang jatuh dan pecah. Kedua bocah itu kebingungan tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menolong sang adik yang sepertinya sangat kesakitan. Keduanya justru ikut menangis ketakutan.Radeva, Pak Adyatama, dan Bu Maharani datang pada saat yang tepat. Mendengar tangisan sahut menyahut dari dalam kontrakan yang pintunya terbuka, mereka langsung masuk menuju ke sumber suara tangisan."Om, Dedek kena air panas!" adu Ayara masih menangis ketakutan sambil menunjuk bayi Zavia yang menangis berguling-guling di lantai dapur yang basah dengan air panas.Sementara Bu Maharani langsung meraih tubuh bayi Zavia yang basah dan kulitnya kemerahan terkena air panas. Tangis bayi itu terus membahana."Ayo, buruan kita bawa ke rumah sakit, Ma!" Pak Adyatama yang ikut panik mengusulkan segera membawa bayi itu ke rumah sakit."Sebentar, Pa, lukanya h

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-09
  • Bayi Telantar di Rumah Sakit    Bab 26 Roda Kehidupan Berputar

    Bab 26 Roda Kehidupan Berputar Meidina masih merasa seperti di alam mimpi. Dalam sekejap hidupnya bisa berubah secara drastis. Dari tinggal di rumah kontrakan petak sempit, kini perempuan muda itu bisa tinggal di rumah gedongan. Rumah dua lantai yang megah dan mewah milik Pak Adyatama bagaikan sebuah istana baginya.Saat ujian tumpang tindih, masalah datang silih berganti. Saat berada di bawah dan terpuruk hampir menyerah. Itu hanya sementara, tidak selamanya. Meidina menerimanya dengan bersabar karena yakin roda kehidupan akan berputar cepat ataupun lambat.Roda kehidupan berputar itu juga bisa digunakan sebagai pengingat bagi orang-orang yang kini berada di atas, di puncak agar tidak sombong, lupa diri, dan meremehkan orang yang berada di bawahnya. Karena kenikmatan itu tak akan selamanya, karena bisa jadi roda kehidupan yang berputar bisa membuat jatuh tergelincir ke bawah. Saat sedang di posisi atas dan mendapatkan banyak kenikmatan hendaknya selalu bersyukur.Begitu pula roda ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-11
  • Bayi Telantar di Rumah Sakit    Bab 27 Nasib Orang Tiada yang Tahu

    Bab 27 Nasib Orang Tiada yang Tahu Alfin masuk ke mobil dengan raut wajah kecewa karena tidak jadi mudik bersama perempuan yang ia cintai. Meidina melepas kepergian Alfin dengan perasaan tidak enak, takut sahabat masa kecilnya itu terluka karena penolakannya. Meidina menyadari bahwa tidak seharusnya ia berdekatan dengan Alfin dengan dalih sebatas sahabat. Memang benar tidak ada persahabatan murni antara laki-laki dan perempuan. Meski Meidina hanya menganggap Alfin sebatas teman. Nyatanya sahabatnya itu menginginkan hubungan yang lebih dari persahabatan.Di mata orang lain kedekatannya dengan Alfin bisa menimbulkan fitnah, mengingat dirinya yang seorang janda akan menjadi sorotan. Menjaga jarak dengan Alfin itu yang harus Meidina lakukan demi menjaga kehormatan dirinya untuk menghindari timbulnya fitnah.Status janda saja sudah mendapatkan stigma buruk dari masyarakat. Apalagi bila tidak hati-hati dalam membawa diri dalam pergaulan, predikat seorang janda bisa dilabeli janda gatel, j

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-12
  • Bayi Telantar di Rumah Sakit    Bab 28 Iri dan Dengki

    Bab 28 Iri dan Dengki "Apa benar ini rumah Bapak Adyatama?" tanya Dewi kepada pria berbadan tinggi kekar berusia sekitar tiga puluh lima tahun.Sekuriti itu memindai penampilan Dewi dari ujung kaki hingga ujung rambut dengan tatapan menyelidik. "Ada perlu apa?""Saya mau kerja jadi ART infal di sini." Dewi menunjukkan surat pengantar dari yayasan penyalur tenaga kerja yang menaunginya."Oh, silakan masuk!"Dewi melangkah masuk melewati pintu gerbang dengan memantapkan hatinya untuk bekerja sebagai ART infal demi bayaran yang cukup lumayan. Hanya itu pekerjaan yang bisa menghasilkan uang dengan cepat.Karena kepepet, Dewi terpaksa membuang rasa gengsi dan malunya daripada dia kelaparan. Kakaknya, Mbak Tika tidak mau tahu dan enggan untuk membantu adik kandungnya yang kini tengah mengalami kesulitan ekonomi. Dia membiarkan adiknya untuk belajar hidup mandiri.Semenjak diceraikan, mantan suaminya sudah tidak pernah lagi memberinya uang. Dewi kelimpungan mencari uang untuk bertahan hid

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-13
  • Bayi Telantar di Rumah Sakit    Bab 29 Tak Sengaja Bersentuhan

    Bab 29 Tak Sengaja Bersentuhan Ayara dan Bimo senang tinggal di rumah dua lantai milik Pak Adyatama yang besar dan megah dengan halaman luas. Mereka bisa naik sepeda, main petak umpet, atau main bola di halaman depan rumah yang luas dengan pohon-pohon yang rindang serta bunga-bunga yang indah tertata rapi di dalam pot besar dan kecil. Tidak seperti tempat tinggal mereka dahulu yang hanya kontrakan petak sempit.Di samping kanan rumah megah itu terdapat kolam ikan mas koi. Di samping kiri rumah ada taman dengan air terjun buatan dan sebuah ayunan. Sangat nyaman bersantai, duduk di bangku kayu di sudut taman sambil mendengarkan gemercik air dari air terjun buatan.Rumah besar keluarga Adyatama bertembok tinggi di sekelilingnya. Tidak mengenal tetangga kanan kiri. Ini membuat Meidina aman dari tatapan tidak suka para tetangga seperti saat masih tinggal di kontrakan.Ada kolam renang di belakang rumah. Ini yang paling disenangi kedua bocah yatim itu. Ayara dan Bimo sangat suka berenang b

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-15

Bab terbaru

  • Bayi Telantar di Rumah Sakit    Bab 39 Lingerie (Tamat)

    Bab 39 Lingerie (Tamat)Sepulang dari Pantai Kuta menjelang Maghrib, Meidina ingin segera membersihkan diri. Ia pun lalu membuka koper untuk mengambil baju ganti dan terkejut saat menemukan sebuah kain tipis berenda berada di antara tumpukan pakaian dalamnya."Ini apa? Ini bukan punyaku," gumam Meidina mengernyitkan dahinya. Ditariknya kain tipis berwarna hitam dari dalam koper dan dijembrengnya di depan matanya.Radeva yang duduk di sofa melirik sesuatu yang dipegang istrinya sekilas dan ikut tercengang. Otaknya yang berpikiran kotor langsung traveling membayangkan sepotong kain tipis berenda itu melekat di tubuh sintal istrinya."Nggak mungkin juga itu punyaku," celetuk Radeva sambil menahan tawa melihat betapa polos istrinya. Bisa-bisanya Meidina tidak tahu benda apa yang ada di genggaman tangannya, padahal sudah memiliki tiga anak. Bagi Radeva itu rasanya lucu dan bikin gemas. Meidina menoleh ke arah suaminya yang tertawa pelan. Apanya yang lucu, pikirnya bingung.Melihat ekspres

  • Bayi Telantar di Rumah Sakit    Bah 38 Honeymoon

    Bab 38 Honeymoon Dengan perasaan tak menentu dan berat hati meninggalkan ketiga buah hatinya, Meidina memantapkan diri pergi hanya berdua dengan Radeva untuk honeymoon ke Bali. Meskipun hanya dengan membayangkan saja sudah membuatnya merasa malu. Ia bukan gadis perawan yang baru melepas lajang. Sebagai janda tiga anak, Meidina merasa bulan madu justru membuatnya jengah. Namun, bagaimanapun juga ia sekarang adalah seorang istri yang harus berbakti dan patuh kepada suaminya. Dengan diantar oleh Arfa, sepasang pengantin baru itu berangkat menuju Bandara Soekarno Hatta pagi itu setelah selesai menyantap sarapan.Melihat raut wajah gelisah istrinya, Radeva mencoba untuk menghibur dan menenangkan perempuan yang duduk di sebelahnya. Perempuan yang sudah halal untuk disentuhnya."Nggak perlu khawatir, Din. Anak-anak akan baik-baik saja dalam pengasuh Papa dan Mama," ucap Radeva sambil mengelus punggung tangan istrinya.Seketika Meidina membeku dengan keagresifan Radeva yang tiba-tiba, bera

  • Bayi Telantar di Rumah Sakit    Bab 37 Apa Cemburu Tanda Cinta?

    Bab 37 Apa Cemburu Tanda Cinta?"Itu keponakan lo, Dev?" tanya gadis bertubuh tinggi semampai dan langsing itu mengalihkan pandangannya ke arah bocah lelaki berusia lima tahun yang tengah berjalan menuju ke mobil Pajero warna hitam doff yang terparkir di depan minimarket.Radeva ikut melihat ke arah pandangan mata gadis cantik itu dan menganggukkan kepalanya sedikit ragu. Bimo memang keponakannya dan kini statusnya menjadi anak tirinya. Meski bocah itu keponakannya juga, entah kenapa Radeva seolah ingin menutupi status pernikahannya dari gadis berpenampilan modis yang berdiri di hadapannya. Perempuan dari masa lalunya, cinta pertamanya."Dev, ini kartu nama gue. Mampirlah ke kantor gue kalo senggang," ucap gadis yang mengenakan blouse bermotif floral dan rok span selutut itu seraya memberikan selembar kartu nama.Radeva menerima dan membaca sekilas sebuah kartu berukuran kecil dengan nama Gita Anindya dengan keterangan notaris disertai alamat kantor dan nomor telepon yang bisa dihubun

  • Bayi Telantar di Rumah Sakit    Bab 36 Mengenali Perasaan Sendiri

    Bab 36 Mengenali Perasaan SendiriPukul lima lewat dua puluh lima menit Waktu Indonesia Barat, Radeva masih sibuk berkutat dengan setumpuk berkas yang masih diperiksanya saat Pak Adyatama memasuki ruangan kerjanya.Lelaki paruh baya itu melangkah masuk menghampiri putranya yang tengah serius bekerja di belakang meja. "Belum selesai kerjanya, Dev?" tanyanya penuh perhatian."Iya, Pa," sahut Radeva sambil lalu dengan tatapan mata masih fokus tertuju pada tumpukan kertas yang ada di atas meja kerjanya.Pak Adyatama menghentikan langkahnya di sebelah kursi yang diduduki Radeva, lalu menepuk pelan bahu sang putra. "Kerjanya lanjutin besok aja. Itu kerjaan nggak harus kelar hari ini juga. Pulang sana. Jangan lupa sekalian jemput istrimu di toko!" Radeva sempat ngeleg selama beberapa detik sebelum menyadari bahwa kini ia sudah memiliki seorang istri. Ia hampir lupa dengan statusnya yang sudah tidak lagi lajang. Biasanya ia pulang saat langit sudah gelap. Mulai hari ini kebiasaannya akan ber

  • Bayi Telantar di Rumah Sakit    Bab 35 Masih Canggung

    Bab 35 Masih Canggung Dini hari, pukul dua lewat empat puluh lima menit Waktu Indonesia Barat, seorang perempuan muda dengan rok mini sepaha keluar dari sebuah klub malam, melangkah sendirian menuju mobilnya yang terparkir.Tak lama kemudian mobil itu pun melaju menembus gelapnya malam melewati jalan bebas hambatan dengan kecepatan di atas rata-rata. Perempuan muda itu merasakan mobil yang dikendarainya sedikit oleng. Tak nyaman berkendara tidak stabil, ia lalu mengurangi kecepatan dan menghentikan mobilnya di bahu jalan untuk mengecek kondisi mobilnya.Setelah menghentikan mobilnya di bahu jalan, perempuan muda itu keluar dari mobilnya untuk mengecek keadaan mobilnya."Sial, ban belakang mobil gue bocor!" umpatnya kesal. Perempuan muda itu lalu merogoh kantong jaket jeansnya untuk mengambil ponsel dan segera menghubungi seseorang untuk mencari bantuan."Bang Deva ... ayo angkat dong telponnya," gumamnya tak sabaran.Berkali-kali mencoba menghubungi sang kakak tapi tidak juga diangk

  • Bayi Telantar di Rumah Sakit    Bab 34 Sah

    Bab 34 Sah"Deva, kamu mau 'kan menikahi Dina?" Pak Adyatama menatap lurus putranya yang duduk bersila di atas tikar pandan, berjarak sekitar satu meter darinya. Pria paruh baya itu mengulangi pertanyaan yang sama karena Radeva masih diam tepekur sambil menunduk, tidak lekas memberikan tanggapan maupun jawaban.Lelaki paruh baya itu merasa optimis putranya akan menuruti kemauannya. Hanya kali ini saja Pak Adyatama memutuskan untuk menjadi strict parent. Tindakan kaku dan otoriternya demi kebaikan keluarganya. Ia tahu persis bagaimana selama ini sang putra selalu dihantui penyesalan yang teramat dalam. Radeva akan melakukan apa pun demi menebus dosanya, pikirnya merasa yakin.Sebenarnya Pak Adyatama masih menyimpan sedikit perasaan kecewa terhadap Radeva yang menjadi penyebab kematian Firman, putra sulungnya yang lahir di luar pernikahan dari perempuan yang menjadi cinta pertamanya. Putra yang belum sempat dilihat dan disentuhnya selama hidupnya. Dan itu sungguh disesalkannya, sangat

  • Bayi Telantar di Rumah Sakit    Bab 33 Lamaran Dadakan

    Bab 33 Lamaran DadakanMeidina merasa kurang nyaman duduk di depan bersebelahan dengan Radeva yang fokus nyetir. Lelaki itu juga tampak kikuk setiap berinteraksi dengannya. Keduanya sama-sama merasa tak nyaman.Memang dasar karakter Radeva yang sangat pemalu dengan lawan jenis. Meidina juga menjaga dirinya karena menyadari dirinya seorang janda. Perempuan itu juga memilih menghindar. Suasana hening, tidak terdengar lagi suara celoteh dan candaan dari jok belakang.Meidina menoleh ke belakang, ketiga bocah yang duduk di jok belakang sudah tidur semua karena kelelahan. Selama di perjalanan ketiganya selalu heboh bermain dan bercanda. Di pangkuannya bayi Zavia juga tertidur pulas. Untuk menyamarkan kecanggungan, Meidina memilih memejamkan matanya, pura-pura tidur. Karena semalam kurang tidur karena menyiapkan pakaian anak-anaknya, Meidina jadi tertidur.Setelah menempuh perjalanan hampir sepuluh jam, mobil Pajero sport warna hitam metalik yang dikemudikan Radeva melewati tugu selamat dat

  • Bayi Telantar di Rumah Sakit    BAB 32 Perjalanan Mudik

    Bab 32 Perjalanan MudikLebaran hari pertama, setelah melaksanakan sholat Idul Fitri di lapangan samping masjid di kompleks perumahan, Meidina dan keluarga Adyatama langsung berziarah ke makam Firman dan kakeknya Radeva yang baru sebulan berpulang.Dari makam, mereka beramah tamah dengan para tetangga sekitar. Malam harinya Meidina segera berkemas menyiapkan pakaian anak-anaknya dan perbekalan lainnya yang akan dibawa mudik keesokan harinya. Perempuan muda itu sudah tidak sabar ingin bertemu dengan ibunya yang sudah sangat ia rindukan.Lebaran kedua, pagi-pagi sekali sebelum matahari terbit, Meidina dan keluarga Adyatama bersiap untuk berangkat mudik. Koper-koper sudah dimasukkan ke dalam bagasi mobil. Sopir masih libur lebaran. Radeva terpaksa menyetir sendiri mobil Pajero warna hitam metalik miliknya."Din, kamu naik mobil Deva aja ya temani anak-anak!" perintah Pak Adyatama saat melihat menantunya itu kebingungan mobil mana yang harus ia naikin. Meidina dan ketiga buah hatinya plu

  • Bayi Telantar di Rumah Sakit    Bab 31 Lebaran Tiba

    Bab 31 Lebaran Tiba"Mbak Dewi, aku mau mandi, bisa minta tolong nitip jagain Zavia bentar, ya," ucap Meidina sambil menggendong bayinya melangkah mendekati kakak iparnya yang tengah asyik main HP duduk selonjoran di pojokan dapur. Mungkin semua pekerjaannya telah selesai dikerjakan.Dewi bangkit dari duduknya. Sambil berdiri kakak iparnya itu melihat Meidina dengan tatapan tidak suka. "Jangan belagu, Din! Lagak lo udah kayak nyonya rumah. Gue juga mau mandi, gerah. Inget ya, di sini gue bukan babu lo! Nggak usah sok kuasa di rumah ini. Bukan lo juga yang menggaji." Dewi melengos dan melenggang pergi sambil mengangkat dagunya dengan angkuh."Biasa aja kali, Mbak. Kalo nggak mau juga nggak papa. Nggak usah ketus juga." Meidina terpancing emosi dengan sikap tidak bersahabat Dewi.Meidina lalu mengucapkan istighfar. Ada orang semenyebalkan kakak iparnya itu. Kesulitan hidup tidak bisa menempa apalagi mengubah karakter Dewi. Meski jadi ART, tetap saja ia berlaku sombong di depan Meidina.

DMCA.com Protection Status