Share

Sebuah Masalah

Author: Galuh Arum
last update Last Updated: 2025-02-04 15:31:26

Ros merasakan jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Ia menatap neneknya sekilas, mencoba mencari kepastian dalam tatapan sang wanita tua. Oma Agata tetap tenang, meskipun Ros tahu, di balik ketenangan itu, neneknya pasti juga merasa sedikit waspada.

"Loh, sepertinya saya mengenal Anda, tapi di mana ya?" tanya Nyonya Sandrina tiba-tiba, matanya menyipit seakan mencoba mengingat sesuatu.

Ros buru-buru menegakkan tubuhnya, berusaha terlihat biasa saja. Namun, tangannya mengepal di pangkuan. "Mungkin Nyonya salah mengenali orang," ucapnya dengan nada seramah mungkin.

Oma Agata tersenyum kecil, mengangguk setuju. "Bisa saja begitu. Saya memang banyak bepergian, mungkin kita pernah berpapasan di suatu tempat."

Nyonya Sandrina mengangguk pelan, meski masih terlihat berpikir. "Ya, mungkin saya salah ingat. Tapi entah kenapa, wajah Anda sangat familiar di mata saya."

Ros menelan ludahnya. Ia tidak boleh sampai ketahuan. Tidak sekarang.

"Apa Oma tinggal di kota ini?" tanya Bu Sandrina
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Emosi setiap Bertemu Ros

    Ros merasakan tubuh Oma Agata sedikit bergetar dalam pelukannya. Wanita tua itu mencoba tegar, tetapi kesedihan di matanya tidak bisa disembunyikan."Oma… kenapa tidak pernah cerita soal ini sebelumnya?" tanya Ros pelan, suaranya penuh rasa bersalah.Oma Agata menghela napas panjang sebelum menjawab, "Karena setiap kali membicarakannya, Oma merasa kehilangan itu semakin nyata." Matanya menerawang jauh, seolah kembali ke masa lalu yang penuh luka. "Cucu kandung Oma… dia diambil ayahnya. Entah sekarang berada di mana."Ros semakin mengeratkan pelukannya. "Kenapa Oma tidak mencarinya?"Wanita tua itu tersenyum pahit. "Ros, sudah berpuluh tahun. Usianya mungkin sama denganmu sekarang. Sangat sulit, meskipun aku memiliki banyak koneksi."Ros menarik napas dalam. Ia tahu, meskipun neneknya adalah wanita yang kuat, luka kehilangan seorang anak dan cucu tidak akan pernah benar-benar sembuh."Tapi, Oma… bagaimana kalau dia juga sedang mencari keluarga yang telah lama hilang?" gumam Ros, suaran

    Last Updated : 2025-02-05
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Siapa Ros sebenarnya?

    "Kamu marah sama mama Nico?" ujar Nyonya Sandrina sambil menuangkan teh ke dalam cangkirnya.Nicolas mendengus, menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Mama, kalau mau bicara soal pekerjaan, silakan. Tapi kalau soal Ros, aku malas mendengarnya."Nyonya Sandrina tersenyum kecil. "Kenapa? Apa kau takut akhirnya menyukai gadis itu?"Nicolas mendesah panjang. "Ros bukan tipeku, Ma. Aku sudah bilang berkali-kali."Nyonya Sandrina tertawa pelan, mengaduk tehnya dengan santai. "Cinta itu tidak butuh tipe, Nak. Kadang datang tiba-tiba, bahkan pada orang yang paling kau pikir tidak mungkin."Nicolas menggeleng, merasa frustrasi. "Aku tidak mungkin jatuh cinta padanya. Dia keras kepala, membantahku setiap saat, dan—""Dan kamu tidak bisa mengabaikannya, kan?" potong Nyonya Sandrina cepat.Nicolas terdiam. Rahangnya mengeras, tapi tidak membantah.Sang ibu tersenyum penuh kemenangan. "Dengar, Nico. Kamu sudah terlalu lama menutup hati. Jika memang Ros bisa membuat El bahagia, kenapa kamu harus menolakny

    Last Updated : 2025-02-07
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Gara-gara Ros

    Pagi itu, Ros bersiap untuk mengantar El ke sekolah. Ia mengenakan blouse sederhana berwarna krem dan celana panjang hitam. Rambutnya ia ikat rapi ke belakang, sementara wajahnya dibiarkan tanpa riasan berlebihan. Baginya, ini sudah cukup pantas.Saat melangkah keluar dari dapur, ia hampir bertabrakan dengan Nicolas yang baru saja datang dari arah ruang kerja. Pria itu berdiri di ambang pintu, menyilangkan tangan di dadanya, menatapnya dari ujung kaki hingga kepala dengan tatapan menghakimi.Ros mengangkat alis, merasa tidak nyaman dengan cara Nicolas memandangnya. "Ada apa, Tuan?" tanyanya hati-hati.Nicolas mendengus pelan. "Kau akan ke sekolah El dengan pakaian itu?"Ros mengerutkan kening. "Iya, memang kenapa?"Pria itu menarik napas dalam, tampak menahan sesuatu. "Kau datang ke sekolah sebagai ibu El, Rosalia. Jangan membuat malu keluarga kami," ujarnya dengan nada datar namun penuh tekanan.Ros tertegun. Kata-kata Nicolas begitu menusuk harga dirinya. Ia menggigit bibirnya, menc

    Last Updated : 2025-02-07
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Hari Ibu untik El

    Pagi itu, suasana di sekolah begitu meriah. Aula besar telah dihiasi dengan berbagai ornamen bertema Hari Ibu, balon warna-warni menggantung di langit-langit, dan meja-meja kecil tersusun rapi untuk para murid serta ibu mereka.Di tengah keriuhan itu, El berdiri di depan pintu gerbang dengan ekspresi berbinar, tangannya menggenggam erat jemari Rosalia. "Cus Ros, ayo cepat! Aku mau tunjukkin ke Miss Hana!"Ros tertawa kecil melihat antusiasme anak itu. "Iya, iya, kita masuk sekarang."Saat mereka melangkah masuk, beberapa murid yang mengenal El menoleh dan berbisik-bisik. Tapi bocah kecil itu tidak peduli, dengan bangga ia menarik tangan Ros menuju ke seorang wanita berhijab pink yang sedang sibuk mengatur murid-murid lain."Miss Hana!" panggil El.Wanita itu menoleh dan tersenyum. "Oh, El! Kamu sudah datang. Wah, kamu terlihat semangat sekali."El mengangguk cepat. "Iya! Ini Cus Ros, dia yang jadi mamaku hari ini!"Miss Hana sedikit terkejut, tapi ia tetap tersenyum. Tatapannya berali

    Last Updated : 2025-02-08
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Penasaran

    Nicolas menghela napas panjang, merasa kesal. "Aku tidak suka dipaksa, Alex."Alex mengangkat bahu. "Tapi ini bagian dari bisnis. Jika kita menolak, bisa saja tender kita melayang."Nicolas menyandarkan punggung ke kursi, matanya menatap tajam ke arah Alex. "Jadi menurutmu aku harus meladeni keinginan seorang wanita yang hanya ingin makan malam denganku?"Alex tersenyum tipis. "Kalau memang itu harga yang harus dibayar untuk mendapatkan proyek besar, kenapa tidak?"Nicolas mendecak pelan. "Tidak ada jaminan kita menang tender hanya karena aku makan malam dengannya.""Tapi setidaknya itu menunjukkan itikad baik," ujar Alex.Nicolas terdiam sejenak, lalu mengusap wajahnya. Ia paling tidak suka jika urusan bisnis dicampur dengan kepentingan pribadi."Baiklah," ucapnya akhirnya. "Tapi aku tidak mau berlama-lama."Alex terkekeh. "Santai saja, Bos. Lagipula, siapa tahu Bu Maya hanya ingin mengenalmu lebih baik."Nicolas mendengus. "Aku tidak tertarik.""Tapi kau tertarik pada Ros?" goda Ale

    Last Updated : 2025-02-08
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Wanita masa lalu

    Begitu intes memperhatikan Ros di foto, Tiba-tiba ingatannya kembali pada enam tahun silam."Ada apa lagi?" tanya Alex. "Kenapa di sini mata Ros cokelat? Bukannya biasanya hitam?" Nicolas mengernyitkan kening. "Ada yang salah? Mungkin dia menggunakan softlens cokelat." "Tapi, Ros seperti.... "Nicolas menggigit bibirnya, mencoba menggali ingatannya lebih dalam. Sosok dalam foto itu, dengan mata cokelat yang menatap hangat ke arah El, terasa begitu familiar. Bukan sekadar karena dia sering melihat Ros belakangan ini, tapi lebih jauh—lebih lama dari yang ia sadari.“Seperti siapa, Bos?” Alex bertanya, penasaran dengan perubahan ekspresi Nicolas yang terlihat sedikit terguncang.Nicolas mengusap wajahnya, matanya masih terpaku pada layar ponsel. “Seperti seseorang dari masa lalu. Tapi aku belum bisa memastikan.”Alex mendekat, mencoba melihat foto yang diperhatikan bosnya dengan begitu serius. "Maksud Anda... mantan istri Anda?"Nicolas mendongak, menatap Alex tajam seolah kata-kata i

    Last Updated : 2025-02-09
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Ajakan Makan Malam

    Setibanya di rumah sang nenek, Ros langsung menemui Oma Agata yang duduk di ruang tamu dengan wajah serius. "Ada apa, Nek? Kenapa mendadak sekali aku harus pulang?" Oma Agata menatap Ros dengan mata penuh pertimbangan. "Aldo semakin mendesak. Dia ingin bertemu denganmu." Ros mengepalkan tangannya. "Untuk apa lagi? Aku sudah jelas-jelas menyelamatkan perusahaan ini dari kehancuran yang dia sebabkan, dan sekarang dia mau mengambilnya kembali?" "Dia bilang itu haknya," sahut sang nenek dengan nada penuh kekecewaan. Ros tertawa sinis. "Hak? Dia bahkan tidak pernah peduli pada perusahaan ini sebelumnya!" Oma Agata menghela napas. "Ros, aku hanya ingin kamu bersiap. Aldo bukan orang yang bisa diremehkan." Ros menatap neneknya dengan mata penuh keteguhan. "Aku tidak akan menyerah, Nek. Perusahaan ini milik kita. Aku akan mempertahankannya." Oma Agata tersenyum tipis. "Itu cucuku." "Nyonya Agata, ada Tuan Tian di luar," ucap Asisten rumah tangga. "Suruh masuk. " Tidak lama pria tam

    Last Updated : 2025-02-09
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Tanda lahir

    Nyonya Sandrina menyilangkan tangan di dada saat melihat Nicolas mengenakan jasnya dengan rapi. “Jadi, kau tetap bersikeras membawa El ke acara makan malam itu?” tanyanya dengan nada tak setuju.Nicolas merapikan dasinya di depan cermin. “Ya.”“Nic, ini sudah melewati jam tidurnya. El bisa rewel nanti.”“Aku bisa menanganinya,” jawab Nicolas santai.Nyonya Sandrina menghela napas. “Atau... kau hanya tak mau pergi berdua dengan Ros?”Gerakan tangan Nicolas terhenti sesaat. Ia menoleh ke arah ibunya, matanya menyipit tajam. “Apa maksud Mama?”Nyonya Sandrina tersenyum miring, merasa menang. “Aku tahu kau. Kalau saja ini hanya tentang makan malam bisnis biasa, kau tak perlu repot-repot membawa El, kan? Tapi karena ini tentang Bu Maya...”Nicolas mendecak, berjalan menuju lemari kecil dan mengambil arloji. “Mama terlalu banyak berasumsi.”“Oh? Lalu kenapa tidak berdua saja dengan Ros?”Nicolas menatap ibunya sekilas, lalu akhirnya mendesah panjang. “Karena aku ingin menghindari Bu Maya.”

    Last Updated : 2025-02-10

Latest chapter

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Flash Back

    Nyonya Sandrina menatap Ros dengan penuh harap. Suaranya tegas namun tetap lembut, mencoba meyakinkan wanita muda di depannya."Tidak masalah, Ros. Dan aku mau kamu menikah dengan Nicolas."Ros terkejut mendengar pernyataan itu. Hatinya mencelos, ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan perasaan yang berkecamuk di dalam dadanya. Pernikahan? Dengan Nicolas? Itu terdengar mustahil baginya.Ros menggeleng pelan. "Nyonya… aku tidak pantas untuk Tuan Nicolas."Matanya mulai memanas, ada begitu banyak luka yang belum sembuh, begitu banyak beban yang masih ia pikul. Bagaimana bisa ia menjadi istri pria itu? Seorang pria yang bahkan tidak mencintainya? Seorang pria yang dulu, tanpa sadar, telah menghancurkan hidupnya?Nyonya Sandrina mendekat, menggenggam tangan Ros erat.Nyonya Sandrina menatap Ros dengan penuh harap, berharap wanita muda itu menerima keputusannya.Nyonya Sandrina berkata lembut namun tegas. "Nicolas harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Aku tahu menjadi dirimu sa

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Dugaan

    "Ada apa denganmu, Nic?" Bu Sandrina bingung dengan wajah penuh cemas sang anak. Apalagi saat sekarang Nico berbicara sangat pelan. Apa yang dia takutkan? Ini rumahnya kenapa seolah-olah takut ada yang mendengar. "Katakan ada apa?" Tidak sabar, Bu Sandrina kembali memaksa Nicolas "Rosalia, adalah wanita yang pernah aku ceritakan pada Mama saat enam tahun lalu sebelum aku menikahi Erika." Bu Sandrina terkejut lalu menutup mulutnya dengan telapak tangan. Apa ini pikirnya, sebuah kebetulan ataukah.... "Dan, aku baru tahu hari ini dan juga Rosalia pernah hamil anakku sepertinya. Tapi, dia bilang anak itu sehat saat dilahirkan. Akan tetapi, setelah itu tidak lama mereka mengatakan bayi Ros meninggal." Nicolas berkata dengan suara pelan. Lagi-lagi dia takut ada yang mendengar walau sudah tertutup pintu ruangan kerja miliknya. "Ada yang aku heran, kenapa Ros bertanya padaku tentang El? Apa dia kira El adalah anaknya?""Kalau El anaknya, ya berarti El anak kandung kamu juga." Sontak uc

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    sesuatu yang mustahil

    "Tuan, Anda tidak bisa menggunakan anak kecil untuk kepentingan anda. Tidak adil itu," ujar Ros. "Saya tidak memanfaatkan siapa pun, dia anak saya. Anak kandung saya, paham." "El, anak kandung Anda?" Ros menatap Nicolas dengan mata yang melebar. Kata-kata pria itu baru saja menghantamnya seperti petir di siang bolong. Ia menelan ludah, memastikan bahwa ia tidak salah dengar.Rosalia terkejut, dengan suaranya sedikit bergetar. "El… anak kandung Anda?"Nicolas menatapnya tajam, sorot matanya penuh ketegasan, tapi juga menyimpan sesuatu yang lebih dalam—rasa bersalah, mungkin."Ya. El anak kandung saya. Ada yang salah?"Ros menggelengkan kepalanya perlahan. Ini terlalu banyak untuk dicerna dalam satu waktu. Ia menatap El yang masih berada di pelukannya, kemudian kembali menatap Nicolas seolah mencari kebenaran di wajah pria itu.Tidak mungkin… kalimat itu menggema di hatinya. Nicolas menghela napas panjang. Ia melangkah lebih dekat, suaranya lebih lembut, tapi tetap penuh keyakinan.

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Maaf yang terlambat

    Nicolas menatap Rosalia yang masih terisak, tubuhnya sedikit gemetar. Ada banyak hal yang ingin ia katakan, tapi yang keluar dari bibirnya hanya satu kalimat sederhana—sebuah permintaan maaf yang terasa begitu hampa dibandingkan luka yang telah ia goreskan."Ros, maafkan aku…" Suara Nucolas pelan dan sangat lembut. Ros terdiam sejenak. Ia menatap Nicolas dengan mata yang penuh luka, seolah baru kali ini ia benar-benar mendengar kata maaf yang selama ini ia harapkan. Namun, apakah kata maaf itu cukup? Apakah itu bisa mengubah apa yang telah terjadi?Rosalia tertawa pahit, suaranya serak karena menahan tangis. "Kata maaf Tuan tidak bisa mengubah semuanya."Nicolas tertegun. Matanya semakin dalam menatap Ros, tapi wanita itu justru mengalihkan pandangan, seolah tak sanggup lagi melihat wajah pria yang telah menghancurkan hidupnya."Harga diriku sudah tidak ada artinya, Nicolas. Mereka semua menganggapku wanita malam… wanita yang hamil karena pelanggannya sendiri."Nicolas mengepalkan ta

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Sebuah Kenyataan

    "Jawab aku Rosalia! " Nicolas berucap pelan tapi begitu tegas hingga menyentak Ros. Tangan besar itu menarik kasar Ros hingga tersudut di tembok.Ruangan terasa mencekam. Nicolas menatap Rosalia dengan intens, dadanya naik turun menahan emosi. Wajahnya tegang, rahangnya mengeras. Ia tidak suka perasaan yang mengganggu pikirannya sejak tadi, dan satu-satunya cara untuk memastikan semuanya adalah dengan mendengar kebenaran langsung dari mulut Ros.Nicolas kembali bersuara rendah, tapi tajam."Jawab aku, Rosalia!"Ros terkejut, tubuhnya sedikit gemetar saat tangan besar Nicolas menariknya dengan kasar hingga tersudut di tembok. Nafasnya tercekat, dadanya berdebar hebat. Mata pria itu penuh tuntutan, tak memberinya ruang untuk menghindar.Rosalia merasa gugup, mencoba tetap tenang. "Tuan N-Nicolas, apa maksudmu?"Nicolas semakin mendekat, wajah mereka hanya berjarak beberapa inci. Matanya menyelidik, seolah mencoba membaca pikirannya.Nicolas menggertakkan gigi. "Aku tanya sekali lagi. Apa

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Api Cemburu

    Mobil Tian berhenti beberapa meter dari rumah Nicolas. Rosalia menghela napas panjang sebelum membuka pintu.Tian menatap Ros dengan sedikit khawatir. "Apa perlu aku antar sampai dalam rumah?"Rosalia menggeleng cepat, suaranya lirih tapi mantap. "Tidak perlu. Aku takut mereka banyak bertanya. Aku cukup mengatakan kalau aku diantar taksi online."Tian terkekeh, matanya berbinar geli.Tian tertawa ringan, "Taksi online setampan aku? Yang benar saja, Ros."Ros hanya tersenyum tipis sebelum turun dari mobil. Tian pun ikut keluar sebentar untuk memeriksa mobilnya. Namun, saat ia sedang memastikan semuanya baik-baik saja, sesuatu yang tak diinginkan terjadi.Nicolas berdiri di teras rumah dengan ekspresi dingin dan tajam. Begitu matanya menangkap sosok Tian, api emosi langsung membakar dadanya. Wajahnya mengeras, rahangnya mengatup erat.Nicolas melangkah mendekat, suaranya tajam penuh sindiran. "Jadi…siapa pria itu?"Ros menoleh cepat, wajahnya sedikit tegang. Tian yang masih berdiri di s

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Sebuah Kebenaran

    Nicolas membuka pintu rumah dengan tergesa, langkahnya cepat menuju kamar El begitu mendengar suara tangisan anaknya yang semakin melemah. Tanpa ragu, ia mendorong pintu kamar dan melihat putranya duduk di tempat tidur, wajahnya basah oleh air mata, sementara Suster Ana berusaha menenangkannya."El… Papa di sini." Suaranya sangat lembut. El mengangkat kepalanya, matanya bengkak dan sembab. Begitu melihat Nicolas, bocah itu langsung mengulurkan tangannya, meminta dipeluk. Nicolas segera mendekat dan menarik tubuh kecil itu ke dalam dekapannya."Mau Cus Ros… Cus Ros di mana?"Nicolas menghela napas panjang, menahan emosinya. Ia mengusap punggung El dengan lembut, mencoba menenangkannya, tetapi hatinya terasa panas. Nama Ros terus disebut, seolah dirinya tak cukup untuk anaknya sendiri.Nicolas menahan kesal. "El, Ros tidak di sini sekarang. Tapi Papa ada di sini. Papa akan menemani kamu."El tetap terisak, tidak menjawab. Tangannya tetap menggenggam erat baju Nicolas, seolah takut keh

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Tangis El

    Rosalia dan Tian sudah sampai di rumah Oma Agata. Melihat banyaknya keluarga Oma juga beberapa pengacara keluarga dan tentunya Aldo dan keluarganya yang serakah."Ros akhirnya kamu datang." Oma Agata langsung memeluk Ros."Oma, untuk apa Oma menunggu cucu angkat Oma. Enggak ada gunanya, toh semua harta Oma jatuh ke tangan aku yang memang bisa membuat perusahaan lebih maju." Aldo dengan bangganya mengatakan hal yang sangat memuakkan."Jangan percaya diri dulu kamu Aldo," ujar Tian."Tian, jangan ikut campur.""Ini urusan aku juga, aku juga keluarga Oma Agata!"Suasana ruang keluarga terasa tegang. Semua mata tertuju pada Tian yang dengan tegas membalas Aldo. Ros menggenggam tangan Tian, mencoba menenangkan, tapi ia sendiri merasa dadanya sesak mendengar kata-kata Aldo yang begitu angkuh.Oma Agata menarik napas panjang, lalu menatap Aldo dengan sorot mata tajam. "Aldo, jangan pernah menganggap Ros bukan bagian dari keluarga ini."Aldo mendengus, menyilangkan tangan di dadanya. "Oma, ki

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Kecemasan

    Pak Bagaskara terdiam. Hatinya berkecamuk, tetapi wajahnya tetap tak menunjukkan emosi apa pun.“Ros,” katanya akhirnya dengan suara tenang, “beberapa hal dalam hidup lebih baik dibiarkan seperti adanya. Apa yang sudah terjadi, biarkan berlalu.”Mata Ros berkaca-kaca. “Papa menyembunyikan sesuatu, bukan?”Pak Bagaskara tidak menjawab. Ia hanya menatap Ros dengan pandangan yang sulit diartikan. Hening memenuhi ruangan, menciptakan jarak yang lebih dalam di antara mereka.Tanpa menunggu jawaban, Ros melangkah pergi. Pak Bagaskara hanya menatap punggung putrinya yang menjauh, perasaan bersalah mulai menghantui hatinya.Tak lama setelah Ros pergi, Bu Haniva masuk ke ruang tamu. Wanita itu mendekati suaminya dan duduk di sebelahnya. “Pa, kamu tidak perlu cemas,” katanya pelan. “Ros tidak akan pernah menemukan kebenarannya.”Pak Bagaskara menghela napas berat, lalu menatap istrinya. “Aku takut, Haniva. Jika suatu saat dia tahu segalanya, bagaimana?”Bu Haniva menggenggam tangan suaminya, me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status