Share

Pertengkaran Kecil

Author: Galuh Arum
last update Last Updated: 2025-01-27 14:32:04

Nicolas berdiri dengan tangan terlipat di dada, tatapannya dingin mengarah ke Ros yang berdiri tak jauh darinya.

Nicolas mendekat, matanya menyipit. “Jangan pikir kamu bisa sombong hanya karena El sudah berhasil kamu kuasai. Jangan merasa terlalu hebat, karena ini bukan tentang kamu.”

Kata-kata itu menusuk Ros, tapi ia tidak mau terlihat goyah. “Tuan Nicolas, saya tidak pernah merasa sombong. Apalagi menguasai El. Anak itu nyaman dengan saya karena saya memperlakukannya dengan kasih sayang, sesuatu yang mungkin selama ini dia rindukan.”

Tatapan Nicolas semakin tajam. “Jangan menggurui saya soal anak saya! Kamu pikir kamu tahu segalanya tentang El? Tentang apa yang dia butuhkan?”

Ros tidak mundur. “Tuan, bukan saya yang tahu segalanya, tapi El yang menunjukkan apa yang dia butuhkan. Anda hanya tidak mau melihatnya. Anda sibuk mencari-cari alasan untuk tidak menerima kenyataan bahwa anak Anda merasa aman dengan orang lain, bahkan mungkin lebih dari yang dia rasakan dengan Anda.”

Nicola
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Diingatkan tentang malam tadi

    Ros menutup pintu kamarnya dengan sedikit lebih keras dari biasanya. Dia meletakkan piring kosong di meja kecil di sudut kamar, lalu menjatuhkan diri di atas ranjang. Wajahnya memerah, bukan karena malu, melainkan kesal."Pria itu benar-benar menyebalkan," gumamnya, menatap langit-langit.Ia memikirkan kembali percakapan mereka di dapur. Sederhana saja, hanya soal makan malam, tapi cara Nicolas berkomentar tentang berat badan dan membandingkannya dengan mendiang istrinya benar-benar membuat darahnya mendidih."Kalau makan malam bikin gemuk, lalu kenapa?" Rosa mendesis pada dirinya sendiri. "Aku makan, bukan minta uangnya untuk beli makanan, kan?"Dia menghela napas panjang, mencoba meredakan emosinya. Tapi semakin diingat, semakin kesal dia dibuatnya."Bagaimana mungkin pria semenyebalkan itu punya anak semanis El?" Rosa menggumam sambil memeluk bantalnya. "El itu lucu, manis, dan ramah. Jelas-jelas bukan sifat yang diwariskan dari ayahnya."Rosa terdiam, memikirkan El yang tadi sore

    Last Updated : 2025-01-28
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Sus, Jadi Mamaku ya?

    Ros mengantar El ke sekolah seperti biasa. Anak itu tampak ceria di sepanjang perjalanan, menceritakan teman-temannya di sekolah sambil memegang erat tangan Ros. Namun, semuanya berubah ketika mereka tiba di depan pintu kelas. El tiba-tiba berhenti melangkah, wajah cerianya berubah menjadi muram.“El? Kenapa kamu berhenti? Ayo masuk, teman-temanmu sudah menunggu,” ucap Ros lembut sambil berlutut di depan El.Anak itu hanya menggeleng tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dia memalingkan wajah, menatap ke arah lain sambil memainkan ujung seragamnya.“El, ada apa? Apa kamu sakit?” Ros mulai khawatir, tangannya menyentuh dahi El, memastikan anak itu baik-baik saja.El tetap diam, hanya menggeleng perlahan.Ros menarik napas panjang, mencoba mengendalikan kesabarannya. “Sayang, kamu bisa cerita sama Sus Ros. Kenapa kamu nggak mau masuk kelas? Apa ada yang mengganggumu?”Mata El mulai berkaca-kaca, tapi dia tetap tidak mau bicara. Ros, yang menyadari ada sesuatu yang mengganggu pikiran anak

    Last Updated : 2025-01-29
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Tentang Ros lagi

    Nicolas menghela napas panjang, menyandarkan tubuhnya ke kursi.“Lebih baik aku makan malam dengan Ros daripada dengan Bu Maya. Wanita yang sudah berusia, tapi belum mau menikah.”Alex yang sedang mencatat sesuatu di mapnya langsung terhenti. Dia menatap Nicolas dengan ekspresi bingung sekaligus tertarik. “Hah, Ros? Anda tertarik dengan suster El?”Nicolas mendengus, mengambil pulpen di mejanya, lalu memutar-mutarnya di antara jari-jarinya. “Jangan mengada-ada, Alex. Aku hanya bercanda.”Namun, Alex mengenal bosnya dengan baik. Nicolas jarang bercanda, terutama dalam urusan perempuan. “Bercanda atau tidak, saya tetap penasaran. Anda selalu bersikap dingin dengan semua orang, tapi Ros tampaknya menarik perhatian Anda, bukan?”Nicolas terdiam sejenak. Pikirannya kembali ke kejadian semalam, saat dia tanpa sadar mengamati Ros yang tengah malam mencari makan di dapur, lalu pagi ini saat dia menyindirnya di meja makan. Dia bahkan pulang lebih awal kemarin hanya karena El menyebut nama Ros

    Last Updated : 2025-01-30
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Hanya Ibu bohongan

    "Sa--saya tidak mengajarkan apa pun pada Tuan Muda El.""Oma, Cus jahat. Dia bilang tidak bisa jadi mama aku. Aku kan mau cus jadi mama aku di acara hari ibu. Masa hari ibu yang datang Papa," ocehan El yang sudah pandai bicara. "El sayang kan ada Oma. Nanti Oma yang datang, bagaimana?"Sementara Nyonya Sandrina membujuk El, Ros malah sejak tadi merasa cemas. Apalagi Tuan Nicolas tak henti memandangnga dengan tatapan sulit diartikan. Ros merasa gelisah. Tatapan Nicolas padanya semakin intens, seolah pria itu mencoba membaca pikirannya. Dia menggenggam jemarinya sendiri, berusaha menenangkan diri.“El, Sayang.” Nyonya Sandrina mengusap kepala cucunya dengan lembut. “Oma bisa datang ke acara Hari Ibu, ya? Jadi, El tidak perlu bersedih.”“Tapi, aku maunya Cus!” El bersikeras, bibir mungilnya mengerucut kesal.Ros menelan ludah. “El, Sayang, aku bukan mamamu. Aku hanya pengasuhmu.”“Tapi Cus baik, Cus sayang sama aku. Aku mau Cus jadi mama aku di acara itu!” rengek El sambil menarik tang

    Last Updated : 2025-01-31
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Keraguan Nicolas

    Setelah Ros menghilang dari pandangan, Nicolas masih berdiri di tempatnya, memandangi punggung wanita itu yang sudah menghilang. Entah kenapa, ada sesuatu yang mengganggunya. Perasaan tak nyaman yang enggan dia akui.Menghela napas panjang, dia melangkah menuju ruang keluarga, di mana ibunya masih duduk sambil menyesap teh hangat. Setelah Suster Ana membawa El ke kamarnya, suasana rumah terasa lebih tenang.Nicolas duduk di sofa berhadapan dengan ibunya, menyandarkan tubuh dengan kelelahan yang tak hanya datang dari fisiknya, tetapi juga pikirannya.“Ma…” Nicolas memecah keheningan.“Hm?” Nyonya Sandrina menoleh, menatap putranya dengan tenang.“Apa aku salah?”Sang ibu menaikkan alisnya. “Salah dalam hal apa?”Nicolas mengusap wajahnya. “Aku tidak tahu bagaimana harus menghadapi El kalau dia ngambek seperti tadi.” Suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya, nyaris putus asa.Nyonya Sandrina meletakkan cangkir tehnya dan menatap putranya dengan lembut. “Anak kecil memang begitu, Ni

    Last Updated : 2025-02-01
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Menolak Rasa

    Nicolas menyandarkan tubuhnya ke sofa, kedua tangannya bertaut di depan dada. Tatapan tajamnya tertuju pada sang ibu yang terlihat santai menyeruput teh sore mereka. “Ma, berhenti mengatakan hal aneh seperti itu,” katanya dengan nada dingin. Nyonya Sandrina mengangkat alis. “Hal aneh seperti apa?” “Seperti aku akan mencintai Ros suatu saat nanti.” Ibunya tersenyum kecil, jelas menikmati ekspresi tegang putranya. “Memangnya kenapa? Ros itu gadis yang baik. Dia perhatian pada El, dan aku lihat dia juga cukup tangguh menghadapi kamu.” Nicolas mendengus. “Itu tidak akan mungkin terjadi, Ma.” “Oh?” “Aku tidak mungkin mencintai Ros,” ucapnya tegas. “Itu hal yang tidak masuk akal.” Nyonya Sandrina meletakkan cangkirnya ke meja, menatap Nicolas dengan penuh arti. “Kenapa tidak masuk akal?” Nicolas mengusap wajahnya, frustasi dengan pembicaraan ini. “Aku sudah pernah bilang, aku tidak tertarik menikah lagi. Aku tidak butuh pasangan, tidak butuh wanita lain dalam hidupku. Fokusku hanya

    Last Updated : 2025-02-01
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Teringat seseorang

    Suster Ana tersenyum penuh arti. “Buktinya, dia tidak memecatmu seperti suster-suster sebelumnya. Dan dia bahkan membiarkanmu terlibat dalam hidup El lebih dari siapa pun.” Ros terdiam. Dia tidak pernah berpikir sejauh itu. Nicolas memang menyebalkan, tapi dia juga belum pernah benar-benar mencoba menyingkirkan Ros. “Aku hanya ingin mengingatkan satu hal, Ros,” Suster Ana berkata dengan lembut. “Kamu mungkin menganggap ini hanya pekerjaan, tapi hati manusia itu rumit. El menyukaimu, dan mungkin… ada orang lain di rumah ini yang mulai memerhatikanmu lebih dari yang dia sadari.” Ros merasakan dadanya sedikit berdebar. Dia cepat-cepat berdiri. “Aku harus kembali ke atas, Suster Ana.” Suster Ana tersenyum tipis, seolah mengerti sesuatu yang Ros sendiri belum sadari. “Baiklah, Ros. Jangan terlalu dipikirkan, ya.” Ros berjalan keluar dari dapur, tapi pikirannya penuh dengan kata-kata Suster Ana. Apa mungkin Nicolas memang mulai memerhatikannya? Ah, tidak mungkin! Itu hal yang tidak mas

    Last Updated : 2025-02-02
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Hal yang tidak mungkin

    Nicolas berjalan melewati koridor lantai atas dengan langkah santai, tapi gerakannya terhenti saat mendengar suara El dari dalam kamar. Pintu kamar itu tidak tertutup rapat, dan suara anaknya yang polos terdengar jelas di telinganya. "Suster Ana, kalau acara di sekolah sudah selesai, Cus Ros masih jadi mama aku, kan?" tanya El dengan suara penuh harap. Nicolas mengernyit. Jantungnya berdegup lebih cepat tanpa alasan yang jelas. Suster Ana terkekeh lembut. "El sayang, Cus Ros tetap akan ada di sini untuk menjaga kamu. Tapi soal menjadi mama..." "Apa dia bisa jadi mama aku lagi kalau sudah di rumah?" El memotong dengan cepat. "Papa bisa menikah sama Cus Ros, kan?" Nicolas membelalakkan mata di balik pintu. Anak kecil ini benar-benar serius dengan keinginannya. Suster Ana tampak sedikit ragu untuk menjawab. "Itu semua tergantung Papa kamu, sayang." Tiba-tiba, Nicolas mendorong pintu dan melangkah masuk. El yang sedang duduk di tempat tidur langsung menoleh, wajahnya berbinar melih

    Last Updated : 2025-02-02

Latest chapter

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Flash Back

    Nyonya Sandrina menatap Ros dengan penuh harap. Suaranya tegas namun tetap lembut, mencoba meyakinkan wanita muda di depannya."Tidak masalah, Ros. Dan aku mau kamu menikah dengan Nicolas."Ros terkejut mendengar pernyataan itu. Hatinya mencelos, ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan perasaan yang berkecamuk di dalam dadanya. Pernikahan? Dengan Nicolas? Itu terdengar mustahil baginya.Ros menggeleng pelan. "Nyonya… aku tidak pantas untuk Tuan Nicolas."Matanya mulai memanas, ada begitu banyak luka yang belum sembuh, begitu banyak beban yang masih ia pikul. Bagaimana bisa ia menjadi istri pria itu? Seorang pria yang bahkan tidak mencintainya? Seorang pria yang dulu, tanpa sadar, telah menghancurkan hidupnya?Nyonya Sandrina mendekat, menggenggam tangan Ros erat.Nyonya Sandrina menatap Ros dengan penuh harap, berharap wanita muda itu menerima keputusannya.Nyonya Sandrina berkata lembut namun tegas. "Nicolas harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Aku tahu menjadi dirimu sa

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Dugaan

    "Ada apa denganmu, Nic?" Bu Sandrina bingung dengan wajah penuh cemas sang anak. Apalagi saat sekarang Nico berbicara sangat pelan. Apa yang dia takutkan? Ini rumahnya kenapa seolah-olah takut ada yang mendengar. "Katakan ada apa?" Tidak sabar, Bu Sandrina kembali memaksa Nicolas "Rosalia, adalah wanita yang pernah aku ceritakan pada Mama saat enam tahun lalu sebelum aku menikahi Erika." Bu Sandrina terkejut lalu menutup mulutnya dengan telapak tangan. Apa ini pikirnya, sebuah kebetulan ataukah.... "Dan, aku baru tahu hari ini dan juga Rosalia pernah hamil anakku sepertinya. Tapi, dia bilang anak itu sehat saat dilahirkan. Akan tetapi, setelah itu tidak lama mereka mengatakan bayi Ros meninggal." Nicolas berkata dengan suara pelan. Lagi-lagi dia takut ada yang mendengar walau sudah tertutup pintu ruangan kerja miliknya. "Ada yang aku heran, kenapa Ros bertanya padaku tentang El? Apa dia kira El adalah anaknya?""Kalau El anaknya, ya berarti El anak kandung kamu juga." Sontak uc

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    sesuatu yang mustahil

    "Tuan, Anda tidak bisa menggunakan anak kecil untuk kepentingan anda. Tidak adil itu," ujar Ros. "Saya tidak memanfaatkan siapa pun, dia anak saya. Anak kandung saya, paham." "El, anak kandung Anda?" Ros menatap Nicolas dengan mata yang melebar. Kata-kata pria itu baru saja menghantamnya seperti petir di siang bolong. Ia menelan ludah, memastikan bahwa ia tidak salah dengar.Rosalia terkejut, dengan suaranya sedikit bergetar. "El… anak kandung Anda?"Nicolas menatapnya tajam, sorot matanya penuh ketegasan, tapi juga menyimpan sesuatu yang lebih dalam—rasa bersalah, mungkin."Ya. El anak kandung saya. Ada yang salah?"Ros menggelengkan kepalanya perlahan. Ini terlalu banyak untuk dicerna dalam satu waktu. Ia menatap El yang masih berada di pelukannya, kemudian kembali menatap Nicolas seolah mencari kebenaran di wajah pria itu.Tidak mungkin… kalimat itu menggema di hatinya. Nicolas menghela napas panjang. Ia melangkah lebih dekat, suaranya lebih lembut, tapi tetap penuh keyakinan.

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Maaf yang terlambat

    Nicolas menatap Rosalia yang masih terisak, tubuhnya sedikit gemetar. Ada banyak hal yang ingin ia katakan, tapi yang keluar dari bibirnya hanya satu kalimat sederhana—sebuah permintaan maaf yang terasa begitu hampa dibandingkan luka yang telah ia goreskan."Ros, maafkan aku…" Suara Nucolas pelan dan sangat lembut. Ros terdiam sejenak. Ia menatap Nicolas dengan mata yang penuh luka, seolah baru kali ini ia benar-benar mendengar kata maaf yang selama ini ia harapkan. Namun, apakah kata maaf itu cukup? Apakah itu bisa mengubah apa yang telah terjadi?Rosalia tertawa pahit, suaranya serak karena menahan tangis. "Kata maaf Tuan tidak bisa mengubah semuanya."Nicolas tertegun. Matanya semakin dalam menatap Ros, tapi wanita itu justru mengalihkan pandangan, seolah tak sanggup lagi melihat wajah pria yang telah menghancurkan hidupnya."Harga diriku sudah tidak ada artinya, Nicolas. Mereka semua menganggapku wanita malam… wanita yang hamil karena pelanggannya sendiri."Nicolas mengepalkan ta

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Sebuah Kenyataan

    "Jawab aku Rosalia! " Nicolas berucap pelan tapi begitu tegas hingga menyentak Ros. Tangan besar itu menarik kasar Ros hingga tersudut di tembok.Ruangan terasa mencekam. Nicolas menatap Rosalia dengan intens, dadanya naik turun menahan emosi. Wajahnya tegang, rahangnya mengeras. Ia tidak suka perasaan yang mengganggu pikirannya sejak tadi, dan satu-satunya cara untuk memastikan semuanya adalah dengan mendengar kebenaran langsung dari mulut Ros.Nicolas kembali bersuara rendah, tapi tajam."Jawab aku, Rosalia!"Ros terkejut, tubuhnya sedikit gemetar saat tangan besar Nicolas menariknya dengan kasar hingga tersudut di tembok. Nafasnya tercekat, dadanya berdebar hebat. Mata pria itu penuh tuntutan, tak memberinya ruang untuk menghindar.Rosalia merasa gugup, mencoba tetap tenang. "Tuan N-Nicolas, apa maksudmu?"Nicolas semakin mendekat, wajah mereka hanya berjarak beberapa inci. Matanya menyelidik, seolah mencoba membaca pikirannya.Nicolas menggertakkan gigi. "Aku tanya sekali lagi. Apa

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Api Cemburu

    Mobil Tian berhenti beberapa meter dari rumah Nicolas. Rosalia menghela napas panjang sebelum membuka pintu.Tian menatap Ros dengan sedikit khawatir. "Apa perlu aku antar sampai dalam rumah?"Rosalia menggeleng cepat, suaranya lirih tapi mantap. "Tidak perlu. Aku takut mereka banyak bertanya. Aku cukup mengatakan kalau aku diantar taksi online."Tian terkekeh, matanya berbinar geli.Tian tertawa ringan, "Taksi online setampan aku? Yang benar saja, Ros."Ros hanya tersenyum tipis sebelum turun dari mobil. Tian pun ikut keluar sebentar untuk memeriksa mobilnya. Namun, saat ia sedang memastikan semuanya baik-baik saja, sesuatu yang tak diinginkan terjadi.Nicolas berdiri di teras rumah dengan ekspresi dingin dan tajam. Begitu matanya menangkap sosok Tian, api emosi langsung membakar dadanya. Wajahnya mengeras, rahangnya mengatup erat.Nicolas melangkah mendekat, suaranya tajam penuh sindiran. "Jadi…siapa pria itu?"Ros menoleh cepat, wajahnya sedikit tegang. Tian yang masih berdiri di s

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Sebuah Kebenaran

    Nicolas membuka pintu rumah dengan tergesa, langkahnya cepat menuju kamar El begitu mendengar suara tangisan anaknya yang semakin melemah. Tanpa ragu, ia mendorong pintu kamar dan melihat putranya duduk di tempat tidur, wajahnya basah oleh air mata, sementara Suster Ana berusaha menenangkannya."El… Papa di sini." Suaranya sangat lembut. El mengangkat kepalanya, matanya bengkak dan sembab. Begitu melihat Nicolas, bocah itu langsung mengulurkan tangannya, meminta dipeluk. Nicolas segera mendekat dan menarik tubuh kecil itu ke dalam dekapannya."Mau Cus Ros… Cus Ros di mana?"Nicolas menghela napas panjang, menahan emosinya. Ia mengusap punggung El dengan lembut, mencoba menenangkannya, tetapi hatinya terasa panas. Nama Ros terus disebut, seolah dirinya tak cukup untuk anaknya sendiri.Nicolas menahan kesal. "El, Ros tidak di sini sekarang. Tapi Papa ada di sini. Papa akan menemani kamu."El tetap terisak, tidak menjawab. Tangannya tetap menggenggam erat baju Nicolas, seolah takut keh

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Tangis El

    Rosalia dan Tian sudah sampai di rumah Oma Agata. Melihat banyaknya keluarga Oma juga beberapa pengacara keluarga dan tentunya Aldo dan keluarganya yang serakah."Ros akhirnya kamu datang." Oma Agata langsung memeluk Ros."Oma, untuk apa Oma menunggu cucu angkat Oma. Enggak ada gunanya, toh semua harta Oma jatuh ke tangan aku yang memang bisa membuat perusahaan lebih maju." Aldo dengan bangganya mengatakan hal yang sangat memuakkan."Jangan percaya diri dulu kamu Aldo," ujar Tian."Tian, jangan ikut campur.""Ini urusan aku juga, aku juga keluarga Oma Agata!"Suasana ruang keluarga terasa tegang. Semua mata tertuju pada Tian yang dengan tegas membalas Aldo. Ros menggenggam tangan Tian, mencoba menenangkan, tapi ia sendiri merasa dadanya sesak mendengar kata-kata Aldo yang begitu angkuh.Oma Agata menarik napas panjang, lalu menatap Aldo dengan sorot mata tajam. "Aldo, jangan pernah menganggap Ros bukan bagian dari keluarga ini."Aldo mendengus, menyilangkan tangan di dadanya. "Oma, ki

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Kecemasan

    Pak Bagaskara terdiam. Hatinya berkecamuk, tetapi wajahnya tetap tak menunjukkan emosi apa pun.“Ros,” katanya akhirnya dengan suara tenang, “beberapa hal dalam hidup lebih baik dibiarkan seperti adanya. Apa yang sudah terjadi, biarkan berlalu.”Mata Ros berkaca-kaca. “Papa menyembunyikan sesuatu, bukan?”Pak Bagaskara tidak menjawab. Ia hanya menatap Ros dengan pandangan yang sulit diartikan. Hening memenuhi ruangan, menciptakan jarak yang lebih dalam di antara mereka.Tanpa menunggu jawaban, Ros melangkah pergi. Pak Bagaskara hanya menatap punggung putrinya yang menjauh, perasaan bersalah mulai menghantui hatinya.Tak lama setelah Ros pergi, Bu Haniva masuk ke ruang tamu. Wanita itu mendekati suaminya dan duduk di sebelahnya. “Pa, kamu tidak perlu cemas,” katanya pelan. “Ros tidak akan pernah menemukan kebenarannya.”Pak Bagaskara menghela napas berat, lalu menatap istrinya. “Aku takut, Haniva. Jika suatu saat dia tahu segalanya, bagaimana?”Bu Haniva menggenggam tangan suaminya, me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status