Share

Hal yang tidak mungkin

Penulis: Galuh Arum
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-02 23:12:09

Nicolas berjalan melewati koridor lantai atas dengan langkah santai, tapi gerakannya terhenti saat mendengar suara El dari dalam kamar. Pintu kamar itu tidak tertutup rapat, dan suara anaknya yang polos terdengar jelas di telinganya.

"Suster Ana, kalau acara di sekolah sudah selesai, Cus Ros masih jadi mama aku, kan?" tanya El dengan suara penuh harap.

Nicolas mengernyit. Jantungnya berdegup lebih cepat tanpa alasan yang jelas.

Suster Ana terkekeh lembut. "El sayang, Cus Ros tetap akan ada di sini untuk menjaga kamu. Tapi soal menjadi mama..."

"Apa dia bisa jadi mama aku lagi kalau sudah di rumah?" El memotong dengan cepat. "Papa bisa menikah sama Cus Ros, kan?"

Nicolas membelalakkan mata di balik pintu. Anak kecil ini benar-benar serius dengan keinginannya.

Suster Ana tampak sedikit ragu untuk menjawab. "Itu semua tergantung Papa kamu, sayang."

Tiba-tiba, Nicolas mendorong pintu dan melangkah masuk. El yang sedang duduk di tempat tidur langsung menoleh, wajahnya berbinar melih
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Wanita Kuat

    Ros mengangguk. "Bagus kalau begitu. Saya harap Tuan bisa menanganinya dengan baik tanpa membuatnya merasa terluka." Nicolas mendengus pelan. "Kau bicara seolah-olah aku ini ayah yang buruk." Ros menatapnya dengan sorot mata tenang. "Bukan ayah yang buruk, hanya terlalu kaku." Nicolas mendecak, tapi tidak membantah. Ia melirik ke arah Ros sekali lagi sebelum akhirnya mengalihkan pandangan. "Sudah cukup. Kau boleh pergi," Ucap Nicolas. Ros tidak berkata apa-apa lagi. Ia hanya mengangguk singkat sebelum berbalik dan keluar dari ruangan itu. Namun, bahkan setelah wanita itu pergi, Nicolas masih duduk diam, memikirkan sesuatu yang bahkan tidak ingin diakuinya sendiri. Setelah Ros menutup pintu, Nicolas menghela napas panjang. Ia menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap langit-langit dengan tatapan kosong. "Rosalia, kenapa kamu datang dan membuat aku kesulitan?" gumamnya lirih. Pria itu memijat pelipisnya, merasa kepalanya berat dengan segala pikiran yang berputar. Sejak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Sebuah Masalah

    Ros merasakan jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Ia menatap neneknya sekilas, mencoba mencari kepastian dalam tatapan sang wanita tua. Oma Agata tetap tenang, meskipun Ros tahu, di balik ketenangan itu, neneknya pasti juga merasa sedikit waspada."Loh, sepertinya saya mengenal Anda, tapi di mana ya?" tanya Nyonya Sandrina tiba-tiba, matanya menyipit seakan mencoba mengingat sesuatu.Ros buru-buru menegakkan tubuhnya, berusaha terlihat biasa saja. Namun, tangannya mengepal di pangkuan. "Mungkin Nyonya salah mengenali orang," ucapnya dengan nada seramah mungkin.Oma Agata tersenyum kecil, mengangguk setuju. "Bisa saja begitu. Saya memang banyak bepergian, mungkin kita pernah berpapasan di suatu tempat."Nyonya Sandrina mengangguk pelan, meski masih terlihat berpikir. "Ya, mungkin saya salah ingat. Tapi entah kenapa, wajah Anda sangat familiar di mata saya."Ros menelan ludahnya. Ia tidak boleh sampai ketahuan. Tidak sekarang."Apa Oma tinggal di kota ini?" tanya Bu Sandrina

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Sebuah Penghinaan

    “Pria mana yang sudah membayarmu, hah? Berapa yang kamu dapatkan!?”Rosa menggelengkan kepala kuat-kuat, tidak percaya kalimat merendahkan itu keluar dari calon ibu mertuanya.Seharusnya malam ini adalah malam yang bahagia untuk Rosa. Ia akan menikah dengan pacarnya setelah sekian lama menjalin hubungan dan Rosa diundang ke rumah Narendra, tunangannya, untuk membicarakan pernikahan. Namun, semuanya hancur sesaat ketika Rosa tiba-tiba pingsan di tengah-tengah makan malam dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit. Di sanalah, dokter yang memeriksanya kemudian menyatakan bahwa Rosa tengah hamil.Tepat ketika Rosa dinyatakan hamil, cacian langsung dilontarkan padanya secara bertubi-tubi dari keluarga tunangannya.Terutama sang ibu yang sebenarnya masih tidak menghendaki putranya menikah dengan Rosa.“Jujur, aku bahkan tidak terkejut,” ucap ibu Narendra, sekali lagi. “Tapi apakah menurutmu putraku masih sudi menikahi wanita murahan sepertimu?”Hati Rosa mencelos. Seperti baru tersadar akan k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Tangis Kesedihan

    Tanpa menunggu lama, Ros berbalik dan melangkah keluar dengan air mata mengalir di pipinya. Namun, langkahnya mantap, meski hatinya berantakan.Di belakangnya, Narendra hanya berdiri diam. Ada sesuatu di dalam dirinya yang terasa kosong, tapi egonya terlalu besar untuk mengakuinya.Dia melangkah perlahan, meninggalkan ruangan itu dengan hati yang hancur. Di balik keteguhan wajahnya, gadis itu menggenggam tangan erat, seolah mencoba menahan sesuatu yang ingin pecah.Dan di saat pintu tertutup, keheningan memenuhi ruangan, menyisakan dua hati yang sama-sama terluka."Mereka menghinaku dengan apa yang sama sekali aku tak pernah aku bayangkan. Bahan, hinaan dan makian keluar dari pria yang sangat aku cinta. Narendra, lebih percaya mereka. Argh!"Rosalia kembali ke rumahnya dengan hati hancur. Kemahamilan yang tak terduga membuat hidupnya hancur seketika. Mimpi indah merajut kebahagiaan bersama sang kekasih pun kandas. Dia melangkah gontai dengan hati remuk juga perasaan tak karuan untuk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Melahirkan

    "Ros! Kau gila! Kesialan apa lagi yang akan kita terima jika kau melahirkan anak sialan itu, hah?" tanya sang ayah."Ayah cukup, anak ini bukan anak pembawa sial," ucap Ros dengan tangis."Kamu bilang bukan pembawa sial? Lalu apa namanya kalau kehadirannya membuat semua berantakan. Pernikahan kamu dan Naren batal juga investasi yang keluarga Narendra janjikan di batalkan dan kamu tahu semua itu berdampak besar dalam bisnis ayah!" Pak Bagaskara meradang dengan apa yang di lontarkan sang anak.Ros memejamkan matanya erat, berusaha menahan tangis yang tak terbendung. Kata-kata ayahnya bagai belati yang menoreh luka baru di hatinya. Ia mengusap perutnya perlahan, mencoba menemukan ketenangan dari kehadiran kecil yang kini menjadi satu-satunya alasan ia terus bertahan.“Aku memang salah, Ayah, aku manusia yang penuh dosa. Tapi aku tidak akan membuang anak ini hanya karena kalian malu,” suara Ros bergetar, namun ada ketegasan yang baru tumbuh di dalam dirinya. “Aku akan melindungi dia, apa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Buang Bayi itu!

    Ros tersenyum lemah, kelelahan yang luar biasa terpancar di wajahnya. Tapi ketika ia melihat bayi mungil itu, hatinya seolah diselimuti rasa hangat yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Air matanya jatuh, bukan lagi karena sakit atau sedih, tetapi karena kebahagiaan yang luar biasa.“Anakku… laki-laki…” bisiknya dengan suara gemetar, tangannya perlahan terulur untuk menyentuh wajah kecil itu.Bayi itu menangis dengan keras, tubuhnya masih merah dan basah, namun terlihat sehat. Namun, perkataan asisten rumah tangga membuat Ros sedikit terkejut. “Tanda hitam?” tanyanya lemah, matanya mencari tanda yang dimaksud.Asisten rumah tangga menunjuk sebuah tanda hitam berbentuk seperti bulan sabit kecil di pinggang bayi itu. “Iya, Non. Tapi jangan khawatir, mungkin itu cuma tanda lahir,” ujarnya mencoba menenangkan Ros, meskipun ada sedikit keraguan di matanya."Non, bayi non kenapa berhenti menangis?""Ni, ada apa?"Ros panik, tapi dia kembali merasakan sakit luar biasa. Darah terus mengali

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Kesedihan

    "Bagaimana, BI? Kamu sudah membuang anak itu?" tanya Meria yang datang menghampiri sang asisten.Asisten rumah tangga itu menunduk dalam-dalam, menyembunyikan kegelisahan di wajahnya. Tangannya gemetar saat memberikan foto bayi yang ia ambil sebelumnya. Bayi itu terlihat sedang tidur dengan kain membungkus tubuh mungilnya, seolah-olah sudah tidak bernyawa.Meria memandang foto itu dengan puas, senyumnya penuh kepuasan. “Akhirnya masalah ini selesai. Kau melakukan pekerjaan yang sangat baik. Pastikan kau tidak mengungkit hal ini lagi, apa pun yang terjadi.”“Iya, Non. Saya mengerti,” jawab asisten rumah tangga, suaranya bergetar.Meria menyimpan foto itu di ponselnya, lalu beranjak pergi meninggalkan kamar dengan ekspresi penuh kemenangan. Di balik wajah tenangnya, ada rencana besar untuk menutupi skandal ini dari semua orang.Sementara itu, asisten rumah tangga berdiri mematung, napasnya tersengal. Ia tahu tindakannya berbahaya, tetapi hatinya tidak tega membuang bayi yang tidak bersa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Pemberontakan

    Semua terdiam mendengar ucapan Ros. Benar kata Ros, untuk apa dirinya yang menjadi korban keserakahan mereka. Walaikumsalam pada dasarnya hubungannya dengan Nicolas adalah murni atas dasar saling cinta, tapi ayahnya malah memanfaatkan hal itu. "Kenapa kalian diam? Atau memang aku sejak awal sudah unggul bukan dari anak sambung ayah?" Seulas senyum Ros membuat Haniva dan sang ayah menjadi tambah geram. Ros memegangi pipinya yang kini memerah akibat tamparan ayahnya. Namun, senyumnya tidak pudar. Ia menatap ayahnya dengan mata yang penuh luka, tapi juga keberanian yang selama ini tak pernah ia tunjukkan. "Kalau saja kamu tidak bodoh tidur dan hamil dari laki-laki tak dikenal. Mungkin, saat ini kamu sudah bahagia bersama Narendra." "Aku atau kalian yang bahagia? Lihatlah dirimu, Ayah,” ucap Ros dengan suara rendah namun tajam. “Tega sekali memukul anakmu sendiri hanya karena aku mengatakan kebenaran. Apa aku salah jika akhirnya aku sadar kalau kalian hanya peduli pada diri kalian sen

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02

Bab terbaru

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Sebuah Masalah

    Ros merasakan jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Ia menatap neneknya sekilas, mencoba mencari kepastian dalam tatapan sang wanita tua. Oma Agata tetap tenang, meskipun Ros tahu, di balik ketenangan itu, neneknya pasti juga merasa sedikit waspada."Loh, sepertinya saya mengenal Anda, tapi di mana ya?" tanya Nyonya Sandrina tiba-tiba, matanya menyipit seakan mencoba mengingat sesuatu.Ros buru-buru menegakkan tubuhnya, berusaha terlihat biasa saja. Namun, tangannya mengepal di pangkuan. "Mungkin Nyonya salah mengenali orang," ucapnya dengan nada seramah mungkin.Oma Agata tersenyum kecil, mengangguk setuju. "Bisa saja begitu. Saya memang banyak bepergian, mungkin kita pernah berpapasan di suatu tempat."Nyonya Sandrina mengangguk pelan, meski masih terlihat berpikir. "Ya, mungkin saya salah ingat. Tapi entah kenapa, wajah Anda sangat familiar di mata saya."Ros menelan ludahnya. Ia tidak boleh sampai ketahuan. Tidak sekarang."Apa Oma tinggal di kota ini?" tanya Bu Sandrina

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Wanita Kuat

    Ros mengangguk. "Bagus kalau begitu. Saya harap Tuan bisa menanganinya dengan baik tanpa membuatnya merasa terluka." Nicolas mendengus pelan. "Kau bicara seolah-olah aku ini ayah yang buruk." Ros menatapnya dengan sorot mata tenang. "Bukan ayah yang buruk, hanya terlalu kaku." Nicolas mendecak, tapi tidak membantah. Ia melirik ke arah Ros sekali lagi sebelum akhirnya mengalihkan pandangan. "Sudah cukup. Kau boleh pergi," Ucap Nicolas. Ros tidak berkata apa-apa lagi. Ia hanya mengangguk singkat sebelum berbalik dan keluar dari ruangan itu. Namun, bahkan setelah wanita itu pergi, Nicolas masih duduk diam, memikirkan sesuatu yang bahkan tidak ingin diakuinya sendiri. Setelah Ros menutup pintu, Nicolas menghela napas panjang. Ia menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap langit-langit dengan tatapan kosong. "Rosalia, kenapa kamu datang dan membuat aku kesulitan?" gumamnya lirih. Pria itu memijat pelipisnya, merasa kepalanya berat dengan segala pikiran yang berputar. Sejak

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Hal yang tidak mungkin

    Nicolas berjalan melewati koridor lantai atas dengan langkah santai, tapi gerakannya terhenti saat mendengar suara El dari dalam kamar. Pintu kamar itu tidak tertutup rapat, dan suara anaknya yang polos terdengar jelas di telinganya. "Suster Ana, kalau acara di sekolah sudah selesai, Cus Ros masih jadi mama aku, kan?" tanya El dengan suara penuh harap. Nicolas mengernyit. Jantungnya berdegup lebih cepat tanpa alasan yang jelas. Suster Ana terkekeh lembut. "El sayang, Cus Ros tetap akan ada di sini untuk menjaga kamu. Tapi soal menjadi mama..." "Apa dia bisa jadi mama aku lagi kalau sudah di rumah?" El memotong dengan cepat. "Papa bisa menikah sama Cus Ros, kan?" Nicolas membelalakkan mata di balik pintu. Anak kecil ini benar-benar serius dengan keinginannya. Suster Ana tampak sedikit ragu untuk menjawab. "Itu semua tergantung Papa kamu, sayang." Tiba-tiba, Nicolas mendorong pintu dan melangkah masuk. El yang sedang duduk di tempat tidur langsung menoleh, wajahnya berbinar melih

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Teringat seseorang

    Suster Ana tersenyum penuh arti. “Buktinya, dia tidak memecatmu seperti suster-suster sebelumnya. Dan dia bahkan membiarkanmu terlibat dalam hidup El lebih dari siapa pun.” Ros terdiam. Dia tidak pernah berpikir sejauh itu. Nicolas memang menyebalkan, tapi dia juga belum pernah benar-benar mencoba menyingkirkan Ros. “Aku hanya ingin mengingatkan satu hal, Ros,” Suster Ana berkata dengan lembut. “Kamu mungkin menganggap ini hanya pekerjaan, tapi hati manusia itu rumit. El menyukaimu, dan mungkin… ada orang lain di rumah ini yang mulai memerhatikanmu lebih dari yang dia sadari.” Ros merasakan dadanya sedikit berdebar. Dia cepat-cepat berdiri. “Aku harus kembali ke atas, Suster Ana.” Suster Ana tersenyum tipis, seolah mengerti sesuatu yang Ros sendiri belum sadari. “Baiklah, Ros. Jangan terlalu dipikirkan, ya.” Ros berjalan keluar dari dapur, tapi pikirannya penuh dengan kata-kata Suster Ana. Apa mungkin Nicolas memang mulai memerhatikannya? Ah, tidak mungkin! Itu hal yang tidak mas

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Menolak Rasa

    Nicolas menyandarkan tubuhnya ke sofa, kedua tangannya bertaut di depan dada. Tatapan tajamnya tertuju pada sang ibu yang terlihat santai menyeruput teh sore mereka. “Ma, berhenti mengatakan hal aneh seperti itu,” katanya dengan nada dingin. Nyonya Sandrina mengangkat alis. “Hal aneh seperti apa?” “Seperti aku akan mencintai Ros suatu saat nanti.” Ibunya tersenyum kecil, jelas menikmati ekspresi tegang putranya. “Memangnya kenapa? Ros itu gadis yang baik. Dia perhatian pada El, dan aku lihat dia juga cukup tangguh menghadapi kamu.” Nicolas mendengus. “Itu tidak akan mungkin terjadi, Ma.” “Oh?” “Aku tidak mungkin mencintai Ros,” ucapnya tegas. “Itu hal yang tidak masuk akal.” Nyonya Sandrina meletakkan cangkirnya ke meja, menatap Nicolas dengan penuh arti. “Kenapa tidak masuk akal?” Nicolas mengusap wajahnya, frustasi dengan pembicaraan ini. “Aku sudah pernah bilang, aku tidak tertarik menikah lagi. Aku tidak butuh pasangan, tidak butuh wanita lain dalam hidupku. Fokusku hanya

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Keraguan Nicolas

    Setelah Ros menghilang dari pandangan, Nicolas masih berdiri di tempatnya, memandangi punggung wanita itu yang sudah menghilang. Entah kenapa, ada sesuatu yang mengganggunya. Perasaan tak nyaman yang enggan dia akui.Menghela napas panjang, dia melangkah menuju ruang keluarga, di mana ibunya masih duduk sambil menyesap teh hangat. Setelah Suster Ana membawa El ke kamarnya, suasana rumah terasa lebih tenang.Nicolas duduk di sofa berhadapan dengan ibunya, menyandarkan tubuh dengan kelelahan yang tak hanya datang dari fisiknya, tetapi juga pikirannya.“Ma…” Nicolas memecah keheningan.“Hm?” Nyonya Sandrina menoleh, menatap putranya dengan tenang.“Apa aku salah?”Sang ibu menaikkan alisnya. “Salah dalam hal apa?”Nicolas mengusap wajahnya. “Aku tidak tahu bagaimana harus menghadapi El kalau dia ngambek seperti tadi.” Suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya, nyaris putus asa.Nyonya Sandrina meletakkan cangkir tehnya dan menatap putranya dengan lembut. “Anak kecil memang begitu, Ni

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Hanya Ibu bohongan

    "Sa--saya tidak mengajarkan apa pun pada Tuan Muda El.""Oma, Cus jahat. Dia bilang tidak bisa jadi mama aku. Aku kan mau cus jadi mama aku di acara hari ibu. Masa hari ibu yang datang Papa," ocehan El yang sudah pandai bicara. "El sayang kan ada Oma. Nanti Oma yang datang, bagaimana?"Sementara Nyonya Sandrina membujuk El, Ros malah sejak tadi merasa cemas. Apalagi Tuan Nicolas tak henti memandangnga dengan tatapan sulit diartikan. Ros merasa gelisah. Tatapan Nicolas padanya semakin intens, seolah pria itu mencoba membaca pikirannya. Dia menggenggam jemarinya sendiri, berusaha menenangkan diri.“El, Sayang.” Nyonya Sandrina mengusap kepala cucunya dengan lembut. “Oma bisa datang ke acara Hari Ibu, ya? Jadi, El tidak perlu bersedih.”“Tapi, aku maunya Cus!” El bersikeras, bibir mungilnya mengerucut kesal.Ros menelan ludah. “El, Sayang, aku bukan mamamu. Aku hanya pengasuhmu.”“Tapi Cus baik, Cus sayang sama aku. Aku mau Cus jadi mama aku di acara itu!” rengek El sambil menarik tang

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Tentang Ros lagi

    Nicolas menghela napas panjang, menyandarkan tubuhnya ke kursi.“Lebih baik aku makan malam dengan Ros daripada dengan Bu Maya. Wanita yang sudah berusia, tapi belum mau menikah.”Alex yang sedang mencatat sesuatu di mapnya langsung terhenti. Dia menatap Nicolas dengan ekspresi bingung sekaligus tertarik. “Hah, Ros? Anda tertarik dengan suster El?”Nicolas mendengus, mengambil pulpen di mejanya, lalu memutar-mutarnya di antara jari-jarinya. “Jangan mengada-ada, Alex. Aku hanya bercanda.”Namun, Alex mengenal bosnya dengan baik. Nicolas jarang bercanda, terutama dalam urusan perempuan. “Bercanda atau tidak, saya tetap penasaran. Anda selalu bersikap dingin dengan semua orang, tapi Ros tampaknya menarik perhatian Anda, bukan?”Nicolas terdiam sejenak. Pikirannya kembali ke kejadian semalam, saat dia tanpa sadar mengamati Ros yang tengah malam mencari makan di dapur, lalu pagi ini saat dia menyindirnya di meja makan. Dia bahkan pulang lebih awal kemarin hanya karena El menyebut nama Ros

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Sus, Jadi Mamaku ya?

    Ros mengantar El ke sekolah seperti biasa. Anak itu tampak ceria di sepanjang perjalanan, menceritakan teman-temannya di sekolah sambil memegang erat tangan Ros. Namun, semuanya berubah ketika mereka tiba di depan pintu kelas. El tiba-tiba berhenti melangkah, wajah cerianya berubah menjadi muram.“El? Kenapa kamu berhenti? Ayo masuk, teman-temanmu sudah menunggu,” ucap Ros lembut sambil berlutut di depan El.Anak itu hanya menggeleng tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dia memalingkan wajah, menatap ke arah lain sambil memainkan ujung seragamnya.“El, ada apa? Apa kamu sakit?” Ros mulai khawatir, tangannya menyentuh dahi El, memastikan anak itu baik-baik saja.El tetap diam, hanya menggeleng perlahan.Ros menarik napas panjang, mencoba mengendalikan kesabarannya. “Sayang, kamu bisa cerita sama Sus Ros. Kenapa kamu nggak mau masuk kelas? Apa ada yang mengganggumu?”Mata El mulai berkaca-kaca, tapi dia tetap tidak mau bicara. Ros, yang menyadari ada sesuatu yang mengganggu pikiran anak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status