Setelah Zara pergi, Farrel berbicara lebih lama dengan Yannie.Tanpa disadari, angin malam berhembus di langit yang gelap. Ketika mereka menyadarinya, banyak waktu telah berlalu.Setelah mereka menyelesaikan kumpulan tugas terakhir, Farrel berbicara, “Cukup sampai di sini kita akhiri. Tolong lebih perhatikan perkembangan di Italia.”Tangannya yang indah, sedikit melengkung. Farrel mengetuk meja sebentar-sebentar.Wajah Yannie bersinar dengan rasa percaya diri. Dia membusungkan dadanya saat dia berkata, “Oke, Bos. Jangan khawatir, aku akan menanganinya dengan baik.”Setelah selesai, dia menatap Farrel dengan tatapan ingin mengatakan sesuatu."Ada yang lain?" Farrel mengangkat alisnya.Di bawah tatapannya, Yannie merasakan ada sesuatu yang tak tertahankan.Dia ragu-ragu sejenak sebelum dia memberi tahu Farrel, “Bos, aku akan kembali ke Italia besok. Namun, aku ingin meninggalkan seseorang di sebelahmu sehingga akan lebih mudah untuk memberikan tugas kepadanya.”Melihat mata Yann
Ada senyum yang terukir di wajah Farrel. Putranya benar-benar mirip dengannya.“Ayah, aku bosan. Bisakah kita pergi mencari Ibu dan adik Kecil?” Xander meletakkan pipinya di tangannya dan berkedip polos saat dia bertanya pada Farrel.Farrel menahan senyumnya dan menolak mentah-mentah, "Tidak."Ekspresi Xander langsung runtuh. “Hah, tapi kenapa?” dia bertanya, tidak mau mundur.“Ibu sibuk dan aku masih bekerja. Aku tidak bisa meluangkan waktu.”Kata-kata Farrel membuat Xander kesal, tetapi Xander tahu bahwa bagian kedua dari kalimat itu adalah alasan utamanya.Xander memikirkan rencana yang bagus dan dengan cerdik berkata, “Kalau begitu, biarkan pengemudi membawaku ke sana. Aku tidak akan tersesat.”Farrel tertegun sejenak, tetapi kemudian menolak, “Tidak, kau akan mengganggu ibumu. Patuhlah dan tetap di sini. ”Mendengar ini, Xander menatap Farrel saat ekspresinya berubah cemberut.Ayahnya melakukan ini dengan sengaja!Ayah tidak bisa pergi menemui Ibu jadi dia melarangnya pe
Ekspresi Zara berangsur-angsur berubah suram.Sally bisa merasakan bahwa seseorang sedang memelototinya.Mengikuti tatapan itu, dia menemukan ada rasa kebencian yang terpancar dari tatapan Zara, yang berdiri di kejauhan.Sebelum dia bisa merenungkan apa itu semua, suara Xander menyadarkannya kembali. "Bu, jangan selalu memarahi adik Kecil."Karena Xander membelanya, gadis kecil itu segera mengungkapkan keluhannya dengan menganggukkan kepalanya."Aku tidak memarahinya." Sally memutar matanya ke arah gadis kecil itu.Sekarang anak kecil perempuan itu sudah ada yang membelanya, jadi dia tahu bagaimana mengungkapkan keluhannya.Kedua anak itu tetap diam, tetapi dengan ekspresi yang mengatakan 'Ya, kau' terlukiskan di wajah mereka.Sally benar-benar mulai berpikir bahwa dia terlalu galak sekarang. Dia tanpa sadar menatap Farrel. "Memangnya aku seperti memarahinya tadi?"Farrel, yang tiba-tiba terikat pada situasi itu, tertegun untuk sementara waktu. Setelah mendapatkan kembali
Pria itu menghela nafas berat, suaranya dalam dan di puncak ketidakberdayaan.“Jangan memaksakan diri. Kalau kau ingin merawat orang sakit, kau harus merawat diri sendiri dulu, kalau tidak kau akan kelelahan.”Sally menatap ke bawah seperti anak kecil yang telah melakukan kesalahan.Farrel berpikir sejenak, lalu mengusulkan, “Biarkan Tina tinggal di rumahku untuk saat ini. Dia masih anak kecil. Tidak baik baginya untuk tinggal di rumah sakit sepanjang hari.”Dengan tidak adanya Tina, setidaknya Sally tidak akan begitu terbebani.Sally menatap tatapan tulus Farrel, hatinya tersentuh."Tidak perlu menyusahkan diri sendiri, Tuan Jahn!"Sebuah suara yang familiar bergema dari belakangnya. Sally berbalik dan bertemu dengan ekspresi suram James.Dia telah muncul dari kamar. Kemungkinan besar, dia telah mendengar seluruh percakapan.Dia segera melingkarkan tangannya di bahu Sally, seolah bersikap protektif terhadap Sally.Dia berkata, dengan nada permusuhan kepada Farrel, “Kau urus
George hanya bisa melihat saat dia pergi, tidak bisa mengejar.Farrel melaju ke rumah Fughort dengan mobilnya.Pintu utama ke rumah Fughort terkunci. Dia mengetuk dengan keras, "Sally, apa kau di dalam?"Setelah berteriak sebentar tanpa jawaban, Farrel menjadi cemas. Dia melihat sekeliling dan pandangannya jatuh pada jendela di lantai dua.Jendela itu terletak di sebelah balkon luas yang relatif dekat dengan tanah.Jendelanya juga cukup besar dan dia bisa langsung mengakses lantai dua jika tidak dikunci.Seandainya pun terkunci, dia akan menghancurkannya!Matanya menyipit. Dalam sekejap, Farrel mengambil tindakan.Beberapa menit kemudian, suara yang jelas mengagetkan pasangan ibu-anak di dalam ruangan.Gadis kecil itu sangat terkejut sehingga dia berhenti menangis.Detik berikutnya, Farrel muncul di hadapan mereka. Jasnya yang sempurna sedikit tertutup debu. Dengan satu tangan di belakangnya, wajahnya yang tampan tampak sangat khawatir.Melalui penglihatannya yang kabur, Sal
Setelah menyelesaikan administrasi kepulangan Sally, Farrel membawanya pulang.Ketika dia mendengar bahwa Farrel telah meninggalkan kantor dengan terburu-buru kemarin, Zara telah berjaga di dekat pintu rumah Jahn sejak saat itu.Dia berpikir bahwa sesuatu telah terjadi pada Xander, tetapi Xander kembali ke rumah tepat waktu tadi malam.Saat dia melihat orang dalam pelukan Farrel, semuanya menjadi jelas.Apapun alasannya, Sally lah yang selalu memenuhi isi hati Farrel.Zara melihat kekhawatiran dan penderitaan di mata Farrel.Kecemburuan dan kebencian yang tak dapat dia elak muncul di hatinya. Meskipun bertahun-tahun, dia masih kalah dari wanita ini.Sally tidur mengantuk selama setengah hari. Suara samar di telinganya dan rasa lembap di lehernya membangunkannya.Dia membuka matanya, berkedip saat dia melihat sekeliling.Farrel sedang meremas handuk basah. Air menetes ke dalam baskom, membuat riak halus.Melihat Sally membuka matanya, dia tersenyum dan meletakkan handuknya ke
Berpikir bahwa dia masih sangat lemah, Farrel menyarankan, “Apa kau bisa melakukannya sendiri? Atau haruskah aku meminta seorang pelayan untuk datang dan membantumu?”Sally dengan cepat menggelengkan kepalanya ketika dia mendengarnya mengatakan ini. "Tidak perlu."Farrel mengangguk dan tidak melanjutkan masalah ini.“Aku akan di luar. Panggil saja jika kau butuh sesuatu.”Dia menyerahkan pakaian yang dia beli, lalu berbalik dan pergi. Setelah menutup pintu kamar mandi, Sally mandi cepat.Merasa tubuhnya tidak lengket lagi, dia merasa jauh lebih baik.Ketika dia membuka tas pakaian, dia menemukan bahwa Farrel bahkan telah menyiapkan pakaian dalam untuknya.Dengan mukanya yang tersipu, dia memakainya dan menyadari bahwa pakaian dalam itu ternyata pas di badannya. Bagaimana Farrel bisa tahu ukurannya?Apakah pria ini…Sudah lah, uap panas menyebabkan wajahnya memerah, kini ditambah lagi dengan hal ini. Alhasil wajahnya sudah seperti orang mabuk.Selama beberapa hari berikut
Bagaimanapun, sebelum dia bisa menyentuh Tina, Xander tiba-tiba berteriak dari belakang."Berhenti di sana! Kau tidak boleh menyentuh adikku!”Menoleh ke arah Xander, Zara melihat bocah kecil itu sedang memegang botol air, dengan cepat berlari ke arahnya.Dia berdiri di depan gadis kecil itu dan memelototinya dengan waspada."Apa yang sedang kau coba lakukan?"Tatapan yang menantang Zara membuat situasinya menjadi canggung. Dia tidak menyangka Xander akan melawannya seperti ini.Zara dengan kaku berkata, “Bibi tidak berusaha melakukan apa pun. Bibi hanya ingin bermain dengannya.”“Kita tidak memerlukanmu. Aku yang akan menemani adikku. Kau turun ke bawah saja sana.”Xander jelas-jelas menolak Zara, menatapnya dengan tidak suka.Dia memang tidak menyukai wanita suruhan ayahnya ini.Dia juga pernah mendengar Farrel secara tidak sengaja menyebutkan apa yang terjadi bertahun-tahun yang lalu.Meskipun dia tahu itu bukan salah Zara, dia masih membencinya.Ditambah dengan emosinya