Sally pergi meninggalkan kerumunan itu dengan rasa iba padanya. Sebaliknya, mereka kini membicarakan keluarga Sack dan Jacob. "Betapa kejamnya keluarga itu! Bisa-bisanya seorang ayah memperlakukan putrinya begitu?""Ya, benar! Adiknya pun bermuka dua! Dia memanfaatkan kehamilannya untuk menjebak kakaknya! Aku rasa dia tidak pantas menjadi seorang ibu! Apalagi dia sudah merebut kekasih kakaknya. Dasar tidak tahu malu!""Sama saja dengan Tuan Muda Sack. Dia berselingkuh dari kakaknya dengan adiknya sendiri.""Kupikir mereka pasangan yang sempurna. Ternyata mereka lebih cocok dipanggil dua bajingan. Sungguh menjijikan, seumur hidup, aku belum pernah ketemu dengan orang-orang seperti mereka!” "Ya! Lebih baik kita jauh-jauh saja dari orang seperti mereka. Apalagi untuk urusan berbisnis. Kita tidak akan pernah tahu kan tipuan apa yang mereka lakukan pada kita!”...Merasa dipermalukan oleh ocehan para tamu, keluarga Jacob dan Landom berharap acaranya cepat-cepat selesai agar mereka
Mendengar masa lalunya itu, Farrel turut prihatin dan berempati. Dia baru menyadari bahwa selama ini Sally telah memikul beban kehidupan yang cukup berat dari apa yang dia bayangkan.Dia berpikir kalau saja dia bertemu Sally lebih awal, dia pasti akan membuat hidupnya lebih mudah. Spontan Farrel menarik Sally ke dalam pelukannya."Semuanya sudah berlalu sekarang. Kenangan-kenangan itu tidak layak kau pikirkan. Lupakan saja.", katanya dengan nada suara yang dalam.Sally tersenyum, lalu menyesap anggurnya. "Memang benar! Semuanya sudah berlalu. Tapi aku hanya tidak mengerti, kenapa mereka tidak mau melepaskanku? Kenapa mereka terus berbuat jahat padaku? Apakah aku terlihat seperti sasaran empuk? Apakah mereka ingin melihat aku menderita? "Entah ini sudah yang keberapa kalinya mereka mencelakai Sally sejak dia meninggalkan Keluarga Jacob.Apakah mereka hanya akan berhenti jika Sally mati? Farrel memegang Sally lebih erat lagi."Aku disini untukmu. Tidak ada yang bisa mengganggu
Ciuman itu secara tidak langsung membuat suhu di ruangan meningkat. Terbawa nafsu yang membara, ciuman Sally membanjiri bibir dan rongga mulut Farrel, mendorongnya untuk menjadi pasif dan membiarkan wanita itu mendominasi. Keduanya kini menjatuhkan diri perlahan ke tempat tidur dan berguling, membuat Farrel berada diatas tubuh Sally. Melalui pakaian tipis, hawa panas semakin terasa di antara mereka. Sepertinya ciuman saja tak cukup memuaskan Farrel. Tangannya mulai menjelajahi tubuh Sally, begitu juga ciumannya yang semula di bibir berpindah ke cuping telinga lalu turun perlahan ke lehernya.Sally hampir tidak berbalut busana. Dan ketika Farrel menyentuh tubuhnya di area yang sangat sensitif, dia mulai mendesah.Selangkah lagi membuat Farrel melampaui batasnya.Namun, di saat yang hampir klimaks, Sally tertidur.Mata wanita itu terpejam dan hanya suara nafas berat yang terdengar. Menyaksikan ini, Farrel berharap bisa membangunkannya namun dia memilih membiarkannya.Akhirnya di
"Baik, Pak."Farrel mulai sibuk dengan pekerjaannya pada hari itu. Ketika dia ingin memberikan Su tugas, asistennya melaporkan kalau Charlotte tidak masuk hari ini."Presiden, Nona Stewart sakit hari ini."Mendengar itu, Farrel jadi merasa sedikit bersalah karena semalam dia telah meninggalkannya sendirian di pesta. "Tolong belikan dia makanan dan vitamin. Kirimkan ke kediaman keluarga Stewart.""Ya, Tuan," asisten itu menjawab, lalu meninggalkan kantor....Sementara itu, Charlotte mengenakan piyama, sedang duduk di sofa sambil menonton TV.Dia sebenarnya tidak sakit. Dia hanya sedikit kecewa.Bagaimana tidak? Farrel meninggalkannya sendirian tadi malam untuk pergi bersama Sally. Dan para tamu bergosip di pesta bahwa Farrel telah jatuh cinta dengan wanita lain. Dia malu karena dia dengan percaya diri dapat meyakini para tamu kalau mereka akan segera bertunangan. Namun itu tidak pernah terjadi. Charlotte pulang dalam suasana hati yang buruk. Dia pikir dia akan memiliki kesem
Nyonya Stewart kembali dari kediaman keluarga Stewart dengan rasa amarah. Menyadari wajah istrinya, Tuan Jahn yang sedang duduk di sofa menegurnya."Kau kenapa? Apakah kau jadi pergi ke kediaman Stewart?""Iya, aku baru saja dari sana. Aku dengar anak kita meninggalkan Charlotte di pesta sendirian dan dia malah pergi bersama Sally. Dia bahkan tidak masuk kerja hari ini karena itu!"Tuan Jahn sedikit mengernyit."Betulkah?""Buat apa aku bercanda? Sally padahal sudah janji padaku kalau dia akan mengakhiri segalanya dengan Farrel dan Xander. Tapi ternyata dia mengingkari janjinya. Tentu saja aku kesal."Tuan Jahn bisa menarik kesimpulan dari apa yang diucapkan istrinya. "Jadi kau pernah bertemu dan bicara padanya langsung?"Tidak ada yang tahu Nyonya Jahn telah menemui Sally secara pribadi. Tapi sekarang, dia tidak perlu menyembunyikannya lagi."Iya. Itu semua karena anak kita tidak mau meninggalkannya. Jadi, aku memutuskan aku lah yang menemui dan berbicara padanya agar dia
Nyonya Jahn masih tidak habis pikir bagaimana bisa Farrel jatuh cinta dengan Sally, seorang wanita yang masa lalunya tidak jelas.“Ibu, kenapa kau selalu berprasangka buruk dengan Nona Jacob? Latar belakang keluarganya memang tidak seperti keluarga Stewart, tapi banyak hal yang lebih baik darinya jika dibandingkan dengan Charlotte.”Nyonya Jahn mencibir. “Aku meragukannya.”Sally yang dia tahu adalah wanita biang onar dan pembohong.“Contohnya, dia bekerja keras, sangat teliti juga ambisius. Dia dan ibunya diusir dari rumah, namun saat ibunya jatuh sakit, dia yang merawatnya seorang diri. Dia juga menyelesaikan kuliahnya meskipun keluarga Jiang mempersulitnya. Tidak ada yang bisa melakukan hal seperti itu, tapi dia bisa.” lanjut Felix.“Lagipula, Sally yang kau tahu adalah Sally yang diceritakan oleh keluarga Jacob dan Sack, kan? Kau tahu mereka sangat membencinya. Apakah kau hanya akan mempercayai kata-kata mereka begitu saja? Ibu, kau tidak bisa menyimpulkannya begitu saja. Kau
Sally menenangkan dirinya sebentar di kamar.Saat dia mencari selimut tambahan, dia berpikir apa yang terjadi dengan Farrel sebenarnya. ‘Kenapa dia sangat murung hari ini? Apa perusahaannya bangkrut? Apa dia bertengkar dengan keluarganya?’Sally masih belum menemukan jawabannya. Dia merasa bersalah karena Farrel harus tidur di sofa, tapi dia hanya punya satu kamar tidur. ‘Lalu kalau tidak di sofa, dimana lagi dia tidur? Apa iya di kasurku?’Tiba-tiba adegan film yang ditontonnya tadi muncul lagi di kepala Sally. Dia mengesampingkan pikirannya dan cepat-cepat membawa selimut keluar.Filmya kini sudah selesai. Farrel mengambil selimutnya dan mengucapkan terima kasih.“Kau yakin tidak apa-apa tidur disini?” Tanya Sally.“Kau mau aku tidur di kamarmu?”Farrel menatap Sally sambil menggodanya. Dia gugup mendengarnya dan langsung kabur ke kamar.Setelah mandi, Sally berniat melihat Farrel di ruang tamu tapi akhirnya tidak jadi. Dia membenamkan dirinya di kasur dan tertidur.Mala
Sally sadar dia secara tidak langsung membuat Yale terkesan dan hal itu membuatnya lega. “Suatu kehormatan bagiku untuk menikmati teh dan belajar dari Tuan Yale. Ini hanya tinggal ketidaksabaranku saja!”“Kau pandai bicara. Baiklah, kita telah menikmati tehnya. Sekarang, mari kita bicara mengenai bisnis.”Yale merasa puas. Dapat dikatakan dia suka dengan perusahaan Sally bekerja. Mencari perusahaan yang tulus seperti ini di masa sekarang tidaklah mudah.Sally senang melihat perkembangannya, dan mereka akhirnya mulai membicarakan mengenai bisnis. Dia mengambil kesempatan untuk memperlihatkan betapa dia sangat mengenal produknya dan rencana promosi yang sudah disiapkannya sebelumnya.Sebagai pengusaha yang mumpuni, Yale bisa melihat seberapa usaha yang sudah dikerahkan Sally dalam pekerjaannya. Dia tahu setiap aspek dari produknya dan juga promosi yang dijabarkan terdengar menjanjikan.“Nona Jacob, aku suka penjabaranmu. Bagaimana kalau begini saja, kau tulis semua rencana bisnism