Mengetahui Xander yang tidak akan membuka pintu dalam waktu dekat, Sally pasrah pada takdirnya dan menemukan tempat duduk untuk dirinya sendiri.Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menatap Farrel. Pria itu sedang memejamkan matanya. Dia bertanya-tanya apakah dia tertidur.Dia tidak berani mengucapkan sepatah kata pun. Yang dia lakukan hanyalah menatap wajahnya untuk waktu yang lama. Melihat dia tidak menunjukkan reaksi apapun, dia pasti tertidur.Ini hanya membuatnya merasa lebih tidak berdaya dari sebelumnya. Pertama-tama, Felix membuatnya mabuk tadi malam untuk mendapatkan jawaban darinya. Sekarang, Xander menguncinya di sebuah ruangan dengan Farrel, yang sedang beristirahat dengan damai di sana. ‘Benar-benar keluarga yang aneh! Bisakah mereka mempertimbangkan perasaanku?’Sally ingin membangunkan Farrel dan membuatnya menemukan cara untuk membuka pintu, tetapi ketika dia ingat Felix memberitahunya betapa kakaknya telah lembur, dia menebak bahwa Farrel tidak sempat tidur se
Melihat Sally kembali berusaha menghindarinya, Farrel menghela nafas pasrah, lalu berkata, "Beri aku waktu sebentar. Aku akan mengantarmu kembali setelah aku mandi."Vila itu berada di pinggiran kota dan tidak mungkin Sally bisa kembali sendiri. Dia mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan melihat Farrel pergi ke kamar mandi.Farrel menuju ke pintu setelah dia keluar dari kamar mandi dan pintu terbuka hanya dengan disentuh. Sally menatap pintu yang terbuka dengan takjub. Baru setelah itu dia tersadar bahwa Farrel tidak mengunci pintu sebelumnya!Pintu vila terbuka ketika mereka mencapai lantai pertama. Charlotte dan Ibu Jin ada di sana.Baik Charlotte atau Nyonya Jahn tidak mengharapkan pemandangan pasangan ini muncul di depan mereka. Dan pemandangan ini menjadi canggung. Terlebih lagi bagi Sally yang seketika gelisah saat melihat Nyonya Jahn disana. Hanya beberapa hari yang lalu dia berjanji kepada wanita itu bahwa dia akan menjaga jarak dari Farrel, tetapi di sanalah dia
Farrel mungkin sedang dalam suasana hati yang buruk, tetapi dia tidak kehilangan akal sehatnya begitu saja. Dia berkata dengan nada tidak tergesa-gesa, "Aku mungkin frustasi sekarang, tetapi aku yakin masih ada harapan untukku. Aku tidak pernah menyerah pada wanita yang aku cintai."Memang benar dia tidak akan pernah menyerah, tidak peduli apa yang dikatakan Sally. Karena dia yakin mereka ditakdirkan untuk bersama.Sean terkekeh. "Kau memang begitu, tapi itu bukan berarti kau tidak terlihat frustasi sekarang. Aku yakin kau pasti masih merasa kecewa sekarang, iya, ‘kan?"Dia dan Farrel berteman selama bertahun-tahun dan dia tahu betapa gigihnya dia. Tampaknya tidak ada kesulitan yang mampu menghentikan Farrel, dan karena karakter yang tidak mudah menyerah inilah yang membuat Jahn Group begitu sukses.Namun, ini adalah pertama kalinya Sean melihat Farrel berperilaku seperti ini terhadap seorang wanita.Setelah beberapa keraguan, Sean melanjutkan. "Jika kau benar-benar menyukainya,
Sebagai salah satu universitas terbaik di negeri ini, Universitas J adalah salah satu universitas bergengsi di kalangan siswa sekolah menengah dan telah terbukti menghasilkan cukup banyak alumni terkenal.Peringatan hari jadi tahun ini akan menjadi spektakuler seperti yang diharapkan, mengingat perayaan itu akan banyak mengundang tamu terhormat yang akan hadir.Tidak terkecuali Lynd. Dia akan hadir untuk memberikan kuliah, sebagai wakil pengusaha muda lulusan sana.Adapun Sally, dia hanya ingin datang sebagai alumni saja.Tentu saja dia juga akan menghadiri kuliah yang akan dibawakan Lynd untuk dukungan moral.Setelah makan malam, Sally dan Lynd saling berpamitan dan berpisah....Sementara itu, di Jahn Group ...Farrel sedang bekerja di mejanya ketika asistennya mengetuk pintu sebelum memasuki kantornya. Ada undangan di tangannya."Tuan Presiden, Universitas J mengadakan perayaan hari jadi lusa dan kau diundang untuk memberikan pidato penutupan."Untuk diketahui, Farrel telah
Sehari sebelum perayaan, Sally pulang kerja lebih awal dan langsung ke apartemennya.Pemandangan kamar kosong membuatnya sedih. Entah kenapa, dia tidak bisa berhenti memikirkan Farrel ketika dia sedang lowong.Dia harus mengakui, kehampaan selama beberapa hari terakhir ini membuat hidupnya tenteram tetapi juga kesepian dan menyedihkan. Seakan-akan Farrel dan Xander telah menghilang dari muka bumi ini. Dia juga tidak tahu apakah dia akan pergi menemui mereka lagi?Dia sadar dialah yang mengawali ini, tapi tentu ini tidak akan membuat hidupnya jadi lebih mudah.Di tengah lamunannya, telepon genggamnya tiba-tiba berdering. Jauh di lubuk hatinya, Sally selalu berharap kalau itu Xander atau Farrel.Namun, itu bukan lah keduanya, tapi Lynd. Sally berusaha mengeluarkan diri dari lamunannya dan menjawab telepon."Hai, Senior Lynd.""Sally, aku hanya menelepon untuk mengingatkan kau untuk perayaan besok. Ohya, kau tinggal di mana? Bagaimana kalau aku menjemputmu besok?"Sally tersenyum.
Setelah berkeliling kampus, Sally memeriksa waktu dan melihat bahwa sudah hampir waktunya untuk pergi ke auditorium. Namun, dia bertemu Nathalie dan Landom dalam perjalanan ke sana.Mereka lulusan Universitas J juga jadi tidak aneh jika bertemu mereka di sini, namun yang dia tidak sangka adalah melihat mereka dari jarak dekat. Landom dan Nathalie belum melihat Sally. Yang sedang mereka lakukan adalah bernostalgia kenangan manis mereka semasa kuliah dulu. Nathalie berkata dengan suara malu-malu, "Kakak Landom, apakah kau ingat tempat itu? Disitulah kau menciumku untuk pertama kalinya.""Tentu saja," kata Landom dengan lembut sambil tersenyum."Saat itu aku cuma seorang mahasiswa baru dan hampir tidak tahu apa-apa. Kau sangat baik padaku dan menjagaku dengan segala caramu. Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Tidak lama lagi kita akan punya anak. "Mereka tersenyum satu sama lain dan terlihat sangat bahagia.Sally tersenyum sinis. Nathalie setahun di bawah Sally, dan saat itu,
Sally tidak punya pilihan selain memberinya anggukan, dengan canggung.Farrel tersenyum. Dengan lengan yang masih melingkari pinggang Sally, dia berkata dengan lembut, "Haruskah kita pergi ke tempat lain?"Semakin banyak orang berkumpul, dan ketika Sally dan Farrel pergi berpegangan tangan, sikap para penonton yang semula menghinanya menjadi iri. Mengingat apa yang dikatakan Farrel, pendapat mereka berubah 180 derajat."Wah, pria itu sangat seksi! Dia berjalan sungguh gagah! Astaga, kuharap aku bisa punya kekasih seperti dia!""Sama! Tapi pasangan yang satu laginya itu tidak tahu malu, ya! Padahal sang adik lah yang telah merebut kekasih kakaknya, tapi dia mencoba membuatnya terdengar sebaliknya.""Dia begitu pasti karena iri! Tidak ada yang pantas memiliki saudara perempuan seperti itu. Untung saja kakaknya tidak bersamanya lagi. Dia kini bahkan telah mendapatkan pria yang jauh lebih baik.""Kudengar pasangan tak tahu malu itu lulus dari sini juga. Sayang sekali, mereka berdua a
Charlotte seketika mengepalkan tinjunya dan menatap Sally dengan tatapan sinis.‘Ternyata itu semua karena dia. Pantas saja Farrel telah menunda janji kerja untuk menghadiri acara peringatan ini. Itu semua karena Sally.’‘Bisa-bisanya dia mengabaikanku dan bergegas ke sini untuk menemui Sally,’ gerutu Charlotte dalam hati.Bagaimana tidak, dia kesal karena bisa menemukan Sally di mana-mana. Tak heran dia yakin bahwa Sally dilahirkan untuk menyabotase hidupnya. Dia seharusnya menikmati hari itu bersama Farrel, tetapi rencananya itu tidak berjalan dengan lancar karena Sally ada dengannya.Charlotte tahu bahwa Sally telah menolak Farrel tempo hari. Dan dengan hati Farrel yang melunak, Charlotte tidak bisa memahami kenapa dia masih saja mau berbicara dengan wanita itu.Menggertakkan giginya, Charlotte cemburu setengah mati.Di sisi lain, Farrel masih tidak mau melepaskan tangan Sally. Mengambil napas dalam-dalam, Sally menatap pria itu dan berkata pelan, "Farrel, aku mohon padamu. To