Sontak Sally melihat Farrel berdiri di belakangnya saat dia berbalik."Benar-benar kebetulan," katanya dengan canggung.Tidak ada yang bisa memahami perasaannya selain yang diinginkannya adalah hanya ingin mati. Padahal, alasan dia bangun pagi-pagi sekali dan mencoba meyakinkan Zaden Group untuk memilih platform periklanan lain selain Jahn Group adalah karena dia tidak perlu bertemu Farrel.Dia tidak menyangka kalau Farrel akan menghampiri mereka di restoran dan bahkan tidak sengaja mendengar percakapan mereka.Farrel mengenakan setelan hitam. Wajah tampannya terlihat datar saat dia menatap Sally. Dia mengerucutkan bibirnya. "Kenapa kau di sini?"Sally mengumpulkan akal sehatnya dan mengeluarkan gelak tawa tanpa humor. "Untuk membahas sebuah proyek, tentu saja!" Dia berhenti sejenak sebelum menambahkan, "Ini Presiden Zaden Group, Lynd. Dia klien baru kita."Lynd juga ikut terkejut, karena dia mengenali pria itu sebagai Presiden Jahn Group, Farrel. Zaden Group adalah perusahaan y
Sally memandang Farrel dengan ekspresi defensif di wajahnya. Dia bertanya, "A-apa yang kau lakukan di sini?"Farrel bergerak selangkah lebih dekat kemudian dia berkata dengan suaranya yang dalam dan karismatik, "Aku di sini untuk bertanya padamu kenapa kau harus bertingkah seakan kita tidak saling kenal? Kenapa kau tidak ingin bekerjasama dengan Jahn Group? Kenapa kau berasumsi bahwa kami tidak akan menyediakan ruang iklan untuk proyekmu? ""Kita tidak sedekat itu untuk memulai, dan aku hanya tidak ingin mengganggu kau dengan proyek periklanan ini."Keduanya berdiri sangat dekat satu sama lain. Sally merasa agak tidak nyaman jadi dia sedikit menjaga jarak dengan mundur beberapa langkah.Mendengar "tidak sedekat itu" membuat Farrel menyipitkan mata padanya, dan dari bibir tipisnya keluar ucapannya yang bernada pelan, "Lalu bagaimana dengan sekarang?"Dia menundukkan kepalanya dan merangkul bagian belakang kepalanya dan menciumnya.Ciuman itu sangat tidak terduga sehingga Sally ter
Sally masih merasa linglung ketika dia kembali bekerja. Apa yang terjadi di restoran, terutama yang terjadi di dekat kamar kecil, masih terngiang. Jantungnya masih berdebar-debar saat teringat ciuman itu.Sally harus cepat-cepat menghilangkan pikiran itu dengan fokus pada pekerjaannya.Dia menyelesaikan pekerjaannya untuk hari itu sekitar pukul lima. Dia memberi tahu Selene bahwa dia ingin pulang lebih awal karena pekerjaannya sudah selesai."Sally, apa yang terjadi? Apa ada sesuatu?" Selene bertanya.Sally menggelengkan kepalanya. "Tidak ada yang mendesak, tapi aku akan pergi dan menemui ibuku di rumah sakit."Tetapi kenyataannya, dia hanya pulang lebih awal untuk menghindari Farrel, mengingat dia berkata akan menemuinya nanti. Sally takut dia akan menunggunya di tempat kerja, jadi untuk menghindari bertemu dengannya lagi, dia memutuskan untuk keluar dari kantor lebih awal. Sebenarnya dia ingin langsung pulang tetapi dia khawatir Farrel menemuinya disana, jadi dia memutuskan untu
Keluarga Sack dan Jacob boleh saja berhasil mempertahankan perusahaan mereka. Tapi mereka masih harus menanggung beban reputasi mereka yang buruk di mata publik dan membutuhkan waktu untuk memulihkan itu. Rasanya tidak mungkin bagi mereka untuk muncul depan Farrel dan terlalu berisiko melewatinya.Nathalie sangat kesal karena dia benar-benar berpikir bahwa Sally telah ditinggalkan. Tapi nyatanya dia seperti sedang menelan ludahnya sendiri dengan asumsinya itu. Wajahnya yang padam, seakan-akan menyiratkan perasaannya. ‘Mengapa jadi aku yang harus menderita karena semua gosip ini? Bahkan kakakku tidak pernah menganggapku ada dan tidak pernah menghiraukanku.’‘Sementara itu, Sally masih memiliki kehidupan damai dengan Farrel masih mendekatinya.’Nathalie menggertakkan gigi. ‘Mari kita lihat berapa lama seorang Farrel menganggap dirinya menarik. Dia pasti akan segera bosan, dan aku akan membalas dendam ketika dia meninggalkannya.’...Setelah keduanya meninggalkan rumah sakit, S
Felix berjalan ke mejanya dan bertanya, "Kakak, apa yang terjadi?"Dengan kepala tetap tertunduk, Farrel tidak menjawab pertanyaannya. Sebaliknya, dia bertanya tanpa ekspresi, "Apa kau memiliki sesuatu yang belum kau selesaikan? Berikan padaku."Felix tercengang mendengarnya. ‘Apa dia memakai narkoba?’"Jangan khawatir, Kak. Aku bisa mengatasinya, memang tidak terlalu banyak. Tapi aku mengkhawatirkanmu. Kau sepertinya perlu istirahat."Felix berjalan mendekatinya dan mengambil rokoknya dengan hati-hati.Farrel menatapnya dan berkata dengan suara dingin, "Keluar."Felix, melihat wajahnya yang suram, mencium jejak bahaya, dan dia terlalu takut untuk mengatakan apapun, sehingga keluar adalah satu-satunya pilihan dia.Dia merasa lega saat menghirup udara segar di sisi lain pintu. ‘Apa yang terjadi sehingga bisa membuatnya seperti ini?’‘Aneh. Dia tidak biasanya seperti ini. Biasanya dia mau membicarakannya padaku. Tapi sekarang ... dia benar-benar tidak mau mengatakan apa-apa.
Ketika Sally meninggalkan gedung kantornya, hanya Maybach hitam lah yang dia lihat sedang terparkir di luar. Tanpa firasat apa-apa, jantungnya berdetak kencang. Jendela sisi pengemudi diturunkan, memperlihatkan wajah Felix yang mempesona."Halo, Nona Jacob." Felix menyapanya dengan seringai sebelum keluar dari mobil.‘Ternyata buka Farrel.’Sally menghela napas lega, mengutuk dirinya sendiri dalam hati karena reaksi berlebihannya.Dia pergi ke pria itu dan bertanya, "Tuan Muda Kedua, apa yang membawamu ke sini?""Tentu saja, Kau! Ayo. Mari kita makan diluar.""Undangan makan malam?" Sally merasa malu. "Tuan Muda Kedua, aku rasa itu bukan ide yang bagus."Sally memiliki gagasan yang cukup bagus tentang untuk apa Felix ada di sini."Jangan begitu. Kau lupa, ya? Bagaimana aku telah banyak membantumu” Sudahlah..ayo kita pergi."Felix mempersilahkan Sally masuk ke dalam mobilnya saat dia berbicara, tidak menyisakan waktu baginya untuk menolak tawaran itu.Begitu berada di dalam
Ketika Sally mendengar pertanyaan Felix tentang masa lalunya, dia mendapatkan kembali kewarasannya entah datang dari mana. Dia mengerutkan bibirnya dan berkata, "Aku tidak tahu, aku tidak bisa mengatakan…"Dia tidak bisa memberitahu siapapun tentang insiden itu. Dan tiba-tiba, tubuhnya ambruk begitu saja di atas meja dan tertidur.Felix awalnya sangat bersemangat, berpikir siapa tahu dia akan mendapatkan jawaban. Sekarang, melihat wanita ini tertidur membuatnya jadi tidak bersemangat. ‘Kenapa rasanya sangat sulit untuk mendapatkan jawaban dari seseorang yang sedang mabuk?’Tetap saja, dia bisa melihat bahwa Sally telah menutupi hatinya. Dia menyukai kakaknya tapi merasa mereka tidak bisa bersama.‘Apa sebenarnya alasannya? Apa yang membuat Sally berpikir bahwa mereka tidak bisa bersama?’‘Apa yang sebenarnya terjadi di masa lalunya?’Felix sangat ingin menemukan jawaban atas pertanyaannya, tetapi ketika dia mempertimbangkan bahwa kakaknya dan kakak iparnya akan marah, dia men
Sally melihat ke luar pintu kantornya, khawatir Farrel juga akan ada di sana.Namun hatinya kembali tenang saat dia tidak melihat Farrel disana. Tiba-tiba, mata Xander mulai berkaca-kaca. Dia berkata dengan cemas, "Ayah sakit, sangat sakit. Dia juga menolak minum obat. Bibi Sally, tolong tengok dia!"Mata Sally mengejap-ngejap karena terbawa perasaan. Apakah dia benar-benar sakit? Hanya karena itu?Betapa campur aduk perasaannya, dia berhenti sejenak sebelum menjawab, "Bagaimana dia bisa sakit? Bagaimana dengan pelayan keluargamu? Kenapa kita tidak mencari pamanmu?""Pelayan kita sedang cuti hari ini, dan Paman tidak menjawab teleponnya. Bibi Sally, tolong lihat dia. Sebentar saja kumohon."Xander sangat gigih sehingga yang bisa dilakukan Sally hanya mengalah. Dia semakin serba salah. Sepertinya akan aneh baginya kalau dia mengunjunginya sekarang!"Xander ...""Kau tetap tidak mau pergi, ya, Bibi Sally? Kalau begitu tidak apa-apa. Aku akan menjaga Ayah sendiri!" Xander men