Share

Bab 56

Author: rara elhasan
last update Last Updated: 2022-02-12 18:54:39

"Adik-adik mendengarnya?" tanya Pak RT, saat sebagian mahasiswa KKN bertandang ke rumahnya. Dua lelaki dan empat perempuan, satu di antaranya Tiara.

Pak RT duduk di kursi bersebelahan dengan mahasiswa KKN putra, sedang yang lainnya menempati kursi seberangnya.

Tujuan mereka datang ke rumah Pak RT selain meminta izin untuk menjalankan proker serta meminta pendampingan, pun ingin menanyakan terkait suara gonggongan anjing dan juga derap kaki yang rupaya didengar pula oleh mahasiswa laki-laki yang menempati rumah berlainan.

Dua rumah yang ditempati mahasiswa KKN tersebut, milik saudara Pak Lurah. Rumah yang ditingali mahasiswi perempuan milik adik Pak lurah yang sedang merantau ke malaysia. Anak satu-satu

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 57

    Hantu SekolahSembari menunggu Sidang Skripsi, Tiara mengajar di salah satu sekolah swasta di Surabaya. Memanfaatkan waktu yang ada. Pun menguntungkan bagi dirinya, jika lulus kuliah nanti tak perlu lagi susah mencari pekerjaan.Sekolah yang kini menjadi tempatnya mengais rezeki, menerapkan sistem full day. Tiara harus berangkat pagi sekali dan pulang di sore hari.Seperti sore ini. Kebetulan motor miliknya dipinjam Hasan karena harus melakukan bimbingan ke rumah dosen. Tiara harus menunggu. Untunglah ada teman guru yang menemaninya. Sebenarnya jika sore begini, dia enggan di atas terlalu lama. Katanya seram. Apalagi kondisi begitu sepi. Hanya tersisa mereka berdua.Tiara tak menanyakan lebih jauh penyebabnya. Sejak tadi pun dia dibuat empot-empotan jantung dengan kehadiran sosok yang terus saja mondar mandir di depann

    Last Updated : 2022-02-14
  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 58

    KKN MISTERI B a y i B u n g k u s 58 Pov Sahira Jaket kurapatkan. Dinginnya udara sore begitu menusuk kulit. Sisa hujan tak jarang menitik dari dahan pohon yang kulewati dan menimpa jilbabku. Ragu rasanya hendak pergi. Namun, KKN yang diadakan kampus hukumnya wajib diikuti semua mahasiswa tahun ke empat. Termasuk aku. Semalam aku masih bergelut dengan demam dan flu yang melanda. Ditambah sakit perut karena hari pertama masa datang bulan. Rasa engganku makin menebal. Ingin rasanya tetap bergumul dengan kasur di tempat kos-an. Apadaya, rasa tak nyaman itu mesti kutepis karena KKN menjadi salah satu persyaratan untuk dapat mengikuti sidang skripsi. Ramai. Kesan pertama saat aku melangkah melewati ger

    Last Updated : 2022-02-14
  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 59

    Aku terbangun, sedikit berjingkat karena Sahira menepuk lenganku lumayan keras."Bangun, Fi! Bangun.""Ha, ya! Sudah sampai, ya?" Aku celingukan. Menegakkan badan lalu menoleh ke deretan bangku depan dan belakang. Sepi. Hanya ada aku dan Sahira di dalam mobil."Sampai apa! Mobil kita bannya kempes." Raut wajah Sahira lumayan kesal.Waduh! Pekikku dalam hati. Bakal lama nahan pusing dan wajah yang rasanya sudah seperti terbakar ini. Seketika itu juga aku membuka kaca di sebelahku. Niatnya, udara yang menerpa wajah, semoga bisa meredakan rasa panasnya.Kemelontang besi beradu nyaring terdengar. Pak sopir mulai mengganti ban bocor dengan ban serep yang ada. Hujan pun masih betah menyirami bumi, meski curahnya tak serapat saat berangkat. Sayangnya, dinginnya udara sukses membuat badanku menggigil. Berabe, jangan sampai kondisiku makin parah.

    Last Updated : 2022-02-15
  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 60

    "Maaf, loh ini ... maaf. Kebetulan rumah yang biasa dipakai anak KKN, pemiliknya sedang berduka. Ibu pemiliknya baru meninggal kemarin. Jadi, untuk sementara, sampai menunggu warga yang bersedia, adik-adik ini tidur di balai desa dulu, ya? Kebetulan di sana ada posyandu. Ada dua kamar biasa buat pemeriksaan. Terus di dalam balai desanya juga ada kamar kosong biasanya buat rapat. Lumayan, besar."Entah kenapa, Nabila yang barusan datang dari kamar mandi, langsung duduk dan merapatkan tubuhnya padaku. Sisa air di tangannya tercetak di bajuku."Kenapa, Na?"Pak Lurah, Rahmad, dan Faris langsung diam. Semua orang di ruangan itu, menatap Nabila, menuntut penjelasan. Ek

    Last Updated : 2022-02-15
  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 61

    Pukul delapan malam. Aku dan Bu Lurah duduk di teras rumah. Memandang Arif dan Resti, cucu bu lurah yang sedang bermain pasaran. Peneman kami jangkrik serta kicau burung perkutut milik pak lurah--yang berbunyi lumayan konstan. Jalan raya lengang. Hanya beberapa penduduk yang kebetulan ingin ke toko kelontong di samping rumah ini, atau mengecek pengairan di sawah--itu yang mereka katakan ketika bu lurah menyapa, dan menayakan ke mana mereka pergi malam-malam begini.Iseng, aku ikut memainkan mainan milik Resti yang berupa kompor plastik dan penggorengan ukuran mini. Biji mataku tak bisa diam pada satu pandangan saja. Beberapa kali aku mencuri ke sudut di mana sosok lelaki menyeramkan itu muncul. Ya, meski aku tak bisa melihat pohon mangganya. Letaknya di dalam gang yang terhalangi pagar bambu setinggi dada.

    Last Updated : 2022-02-15
  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 62

    "Ini bukan sapu ijuk, Dek Faris. Ini itu rambut kuntilanak."Detik selanjutnya yang terjadi, kami saling pandang dengan raut wajah tak percaya. Benarkah apa yang dikatakan Pak Lurah, ataukah itu hanya cara agar kami tak seenaknya nanti. Agar kami bisa menjaga sopan santun. Jika itu hanyalah cara untuk mengikat tingkah laku kami, bagiku sangatlah tak lucu. Pak Lurah telah membangun rasa takut, setidaknya padaku. Jika ada tempat lain selain di balai ini untuk ditinggali, aku pasti menjadi orang pertama yang setuju.Rahmad mundur tanpa komando. Begitu pun dengan Faris yang langsung meloncat ke belakang tubuh Subur.

    Last Updated : 2022-02-15
  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 63

    "Dia berdiri di sana, mengawasimu." Sahira menunjuk sosok itu.Aku tergemap. Seperti terserap dalam dimensi berbeda. Kerja jantungku mendadak melemah. Ya Allah! pekikku dalam hati. Lamat-lamat kekosongan di depan mataku memudar. Sosok yang digambarkan Sahira termanifestasikan. Tergelak. Melambaikan tangannya--seolah memanggilku. Sosoknya pucat. Membungkuk dengan tangan kanannya diletakkan di punggung. Ketika tersenyum, deret gigi hitamnya terselimut liquit warna pekat. Darah, ya ... itu darah."Tutup mata, Fi!"Teriakan itu amat kukenal ... Sahira. Kumenoleh ke arahnya. Oh, pandanganku jadi kabur. Sahira tertelan dalam kabut merah yang pekat.Sekali lagi ...,"Fi! Tutup mata!"Tutup mata, Fi?Dan aku pun menutup mataku perl

    Last Updated : 2022-02-16
  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 64

    "Ono opo, Sah? Ojo meden-medeni." (Ada apa, Sya? Jangan menakuti) Nabila langsung menarik pergelangan tanganku, menggenggamnya erat."Sah, siapa Makhluk itu?" tanyaku penasaran. Pikiranku sudah menduga-duga.Bibir Sahira tertarik cepat. Garis masamnya terganti lengkung yang tersungging lebar."Nggak ada apa-apa, aku hanya salah bicara," tepisnya."Oh, kukira ada apa." Nabila melepas cekalannya. Mengelus dada yang kuyakini su

    Last Updated : 2022-02-16

Latest chapter

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Akhir Mata Batinku

    Tiara duduk di tepi ranjang mengusap perutnya yang kian membesar. Basri di sampingnya membuat racikan berupa spirtus dan jahe. Kaki Tiara mulai bengkak. Usia kehamilannya memasuki bulan ke delapan. Waktu menanti kelahiran sudah di depan mata. Dan, ramuan itulah yang dipercaya bisa mengempiskan bengkak kakinya. Selain bengkak rasanya sakit sekali. Tiara kesulitan berjalan dengan kaki seperti itu. Alas kaki tak ada yang muat. Menarik rambutnya ke belakang dan membuat sanggul kecil, lalu menyisipkan bulu landak untuk mengencangkan. Bulu landak penangkal makhluk halus. Pemberian ayah mertuanya. Seperti itu kepercayaan orang di sini. Tiara tak boleh meninggalkan bulu landak itu jika ingin berpergian kemanapun—kecuali ke kamar mandi. "Angkat kakinya," pinta Basri.Tiara mengangkat kedua kakinya yang bengkak ke atas ranjang. Sebelumnya Basri telah mengalasi kaki Tiara dengan kain yang tak dipakai. Basri mengoleskan ramuan itu di sekujur kaki Tiara. Rasanya dingin lalu hangat. Entah ini ber

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 90

    Undangan dari sahabat baik Basrilah yang membuat Tiara dengan perut buncitnya karena hamil pergi di malam hari. Tradisi di sini, jika masih hamil muda, tidak diperbolehkan keluar malam tanpa perlindungan. Tiara tak memiliki bulu landak yang menjadi keyakinan orang di desa Basri. Bulu landak itulah yang menjadi penangkal dari gangguan sihir dan makhluk halus. Adzan isya telah bekumandang. Motor Basri berderu menembus kelengangan. Sesaat lalu baru saja turun hujan, saat Tiara berangkat rintik kecil masih tertinggal—tetapi tak begitu mengkhawatirkan. Hujan itu tidak akan menjadi besar lagi, karena bintang-bintang mulai bermunculan di langit.Berbekal jaket tebal yang membungkus tubuhnya, Tiara melindungi calon bayi dalam perutnya agar tetap hangat. Mantra doa dan dzikir yang dia lantunkan sebagai tameng pribadi. Banyak cerita yang beredar, jika wanita hamil tanpa bulu landak sama saja cari mati. Ada yang mengatakan bayi dalam perut akan lahir dengan membawa godaan da

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 89

    Malam selanjutnya, setelah pembahasan tentang makhluk astral semalam, Basri jadi takut ke kamar mandi sendiri. Basri membangunkan Tiara yang lelah seharian bekerja rumah tangga, setelah mengajar di pagi harinya. "Kamu nggak mau ke kamar mandi?" tanya Basri langsung sesaat setelah Tiara terjaga dari tidur."Kan, tinggal ke kamar mandi?" Tiara tahu Basri takut. Saatnya balas dendam. Kemarin, saat Tiara meminta Basri mengantarkannya ke kamar mandi karena lampu kamar mandi sedang mati, Basri tak mau mengantarkan. Alasannya mengantuk. Tiara berakhir ke kamar mandi seorang diri. Hampir terpeleset karena tak ada penerangan sama sekali. Untung saja Tiara sigap, berpegangan pada pinggiran kamar mandi. Kalau sampai jatuh, kepala Tiara pasti berakhir membentur sumur.Sekarang giliran dia yang balas dendam. Tiara mendengar permintaan Basri itu, tetapi Tiara pura-pura tidak mendengar. Tetap memejamkan mata meski Basri memohon untuk diantar.

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 87

    Tiara baru saja sampai rumah, ketika ada dua orang yang duduk di ruang tamu, bersama nenek Basri. Itu paman Basri bersama istrinya. Tiara bergabung dalam obrolan. Duduk di sofa. Nenek Basri pergi ke dapur untuk menyiapkan makan. Adat di sini, ketika ada tamu yang berkunjung, mereka akan dijamu bak raja. Diperlakukan dengan sangat baik.Dua teh masih mengepul—pertanda jika mereka baru saja duduk. Sepiring roti rasa durian menjadi peneman mengobrol sembari menyesap minuman. Paman Basri merokok. Tembakau. Ini pertama kalinya Tiara mengetahui jenis rokok seperti itu. Rokok tembakau yang sebelum dinikmati, harus dibuat sendiri. Kata Basri, karena Tiara banyak melihat penjual tembakau itu di jalan-jalan, harga tembakau lebih murah dibandingkan rokok produksi pabrik.Obrolan berlanjut. Terkait bagaimana Tiara. Apakah nyaman di kota barunya. Tiara menjawab dengan senyum. Belum terbiasa jauh dari orang tua. Merasa rindu. Ada rasa canggung. Sedikit rasa tak nyaman. S

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 86

    B a y i B u n g k u s Makhluk di Tepi Jalan-------- ------- -------- -------------"Kita nggak mau pulang?" Pertanyaan itu Basri lontarkan pada Tiara yang masih asyik berkeliling alun-alun. Sudah beberapa kali Basri mengingatkan jika di sini berbeda dengan kota yang Tiara tinggali. Pulang terlalu malam akan sangat berbahaya. Jalanan sepi. Beberpa sudut jalan pun gelap.Tapi himbauan Basri itu tak Tiara gubris. Dia tetap saja asyik menikmati suasana yang baru yang dia jajaki. Hingga waktu menunjukkan pukul sebelas malam barulah Tiara meminta pulang. Dia sudah lelah bekeliling. Bahkan, matanya kini sudah mengantuk. Basri sempat mendumal dan terlihat kesal. Tak ada pilihan lain selain melewati jalan yang terkenal sepi. Coba Tiara bisa di

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 85

    B a y i B u n g k u s Kehidupan Baru-------- ------- -------- -------------Bulan memangkas hari dengan cepat. Tahun berlalu tanpa menunggu siapapun. Tibalah pada hari yang sangat Tiara dambakan. Pernikahan. Satu jam lalu, Tiara resmi menjadi istri Basri. Pria yang telah bersamanya sejak semester pertama masa perkuliahan. Lika-liku percintaan, sampai drama kurang setuju keluarga Basri karena Tiara berasal dari kota, hampir saja membuat hubungan Tiara dan Basri kandas di tengah jalan.Pesta pernikahan dua hari dua malam selesai digelar. Tiara tinggal bersama keluarganya satu minggu lagi sebelum akhirnya ikut Basri pulang. Sesuai perjanjian awal, Tiara akan diboyong ke kota Basri untuk akhirnya tinggal di sana.

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 84

    Motor Basri berbelok ke perempatan jalan. Tak jauh lagi mereka akhirnya sampai. Rumah Barada di tepi sungai. Halamannya luas. Ada surai dari anyaman bambu di depannya. Tiara disambut wanita muda dengan perawakan tambun dan berparas cantik. Dialah Airin, kakak Basri. Tak lama, keluar seorang nenek dengan jalan yang sedikit terseok, dialah pengganti orang Tua Basri. Dari kelas tiga sekolah dasar sampai sekarang, Basri tinggal dan dirawat oleh neneknya. Ibu Basri telah meninggal, sedangkan ayah Basri memilih menikah lagi. Besar jasa nenek Basri padanya. Biaya sekolah, mondok, sampai kuliah, neneknya-lah yang menanggung. Kedatangan Tiara telah ditunggu. Rasa cemas terpatri jelas. Tiara dan Basri pamit berangkat pagi, tetapi hampir pukul sepuluh malam mereka baru tiba di rumah.

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 83

    B a y i B u n g k u s Suara AsingTiara dan Basri resmi bertunangan. Hari ini Basri meminta izin pada Sri dan Sapardi untuk membawa Tiara merayakan idul fitri di kotanya. Sekaligus mengenalkannya pada keluarga besar. Sri dan Sapardi memperbolehkan, tetapi dengan syarat tak boleh lebih dari satu minggu. Tiara dan Basri betangkat pukul tujuh pagi dengan mengendarai motor. Jarak yang ditempuh lumayan jauh. Kira-kira sekitar empat jam jika menggunakan motor dan bisa lebih dari enam jam ketika menggunakan bus. Basri menerangkan bahwa mereka tak akan langsung pulang, Basri akan mengajak Tiara jalan-jalan lebih dulu.

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 82

    "Tiara, jaga rumah, ya?" Itu pesan Sri sebelum akhirnya meninggalkan Tiara seorang diri di rumah.Sri, Sapardi, dan Alif harus pulang ke desa karena salah satu kerabat ada yang meninggal dunia. Alhasil, Tiara jadi penunggu satu-satunya. Kumandang azan magrib terdengar. Setelah menunaikan salat, Tiara memasak mie instan untuk mengganjal perut yang seharian tak terisi nasi hanya camilan. Serial televisi favoritnya sudah masuk intro pembuka. Sembari mie instan matang, Tiara menikmati tayangan televisi. Sisa waktu sebelum isya itu dia habiskan bersantai.Kembali azan isya berkumandang. Tiara segera menunaikan salat. Di kamarnya. Televisi ada di ruang tamu. Rakaat pertama dan kedua berjalan mulus. Tak ada hal ganjil yang terjadi. Rakaat keempat, Tiara merasa ada tiupan angin tipis yang menerbangkan mukenah bagian belakang. Kondisi jendela kamar tertutup. Semua pintu tertutup. Pun cuaca tak sedang berangin. Dan anehnya, angin itu hanya di rasakan punggungnya.&nbs

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status