Share

Bab 63

Author: Cancer Girl
last update Last Updated: 2024-11-21 21:04:50
Pagi itu, udara terasa lebih dingin dari biasanya. Rumah mereka yang biasanya penuh kehangatan kini terasa sunyi dan hampa. Arya duduk di ruang tamu, memandangi cangkir kopi yang hampir habis diminumnya. Ia tak tahu harus berbuat apa. Ia mencintai Anisa, tetapi akhir-akhir ini ia merasa terjebak dalam dilema yang tidak bisa ia pahami sepenuhnya. Tentu saja, ia masih ingin menjaga pernikahannya, tetapi tekanan yang datang dari berbagai arah, terutama dari orang tuanya, menyebabkan semuanya semakin sulit.

Anisa sudah beberapa kali meminta penjelasan dari Arya tentang sikapnya yang semakin menjauh. Namun, Arya lebih sering diam, berusaha mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan-pertanyaan yang begitu sulit dijawab. Sikapnya yang dingin membuat Anisa semakin merasa tidak dihargai.

Mereka masih bersama, tapi rasanya seperti dua orang yang terjebak dalam hubungan yang hampa. Setiap percakapan mereka semakin terasa seperti perdebatan tanpa akhir yang tak kunjung menemukan jalan keluar.
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Bayangan Kelam   Titik Balik

    Malam itu, rumah terasa lebih sunyi dari biasanya. Setelah perbincangan panjang mereka sebelumnya, baik Arya maupun Anisa tenggelam dalam pikiran masing-masing. Arya masih duduk di sofa ruang tamu, menggenggam telepon genggamnya dengan tangan gemetar. Ia ingin menelepon ibunya, ingin meminta ibunya berhenti mencampuri urusan rumah tangga mereka. Namun, bayangan kemarahan dan rasa kecewa sang ibu membuatnya bimbang.Di kamar, Anisa duduk di tepi ranjang dengan tatapan kosong. Hatinya masih berat, tetapi percakapan mereka tadi memberikan sedikit harapan. Ia mulai bertanya-tanya apakah Arya benar-benar bersedia berubah. Apakah pernikahan mereka masih bisa diselamatkan, atau ini hanyalah usaha terakhir yang akan berujung pada kekecewaan yang lebih dalam?Beberapa hari berlalu dengan keheningan yang canggung. Arya mulai menunjukkan usahanya untuk memperbaiki diri. Ia pulang lebih awal dari biasanya, menghabiskan waktu di rumah bersama Anisa. Namun, sikapnya yang canggung sering kali membua

    Last Updated : 2024-11-26
  • Bayangan Kelam   Bab 65

    Hari-hari tenang yang sempat tercipta antara Anisa dan Arya ternyata tak bertahan lama. Hubungan mereka kembali diterpa badai, kali ini lebih berat dari sebelumnya. Sebuah panggilan telepon misterius pada tengah malam menjadi awal dari konflik yang tak terhindarkan.Arya sedang di ruang tamu saat ponselnya berbunyi. Ia menatap layar, ragu untuk menjawab karena nama yang muncul di sana adalah “Citra.” Anisa, yang baru saja keluar dari kamar, melihat ekspresi gugup Arya dan mendekat dengan alis terangkat.“Siapa yang telepon malam-malam begini?” tanya Anisa curiga.“Ah, nggak penting. Cuma klien kantor,” jawab Arya buru-buru sambil mematikan panggilan.Namun, Anisa tidak mudah percaya. Ia meraih ponsel Arya dan memeriksa riwayat panggilannya. Ketika melihat nama Citra, jantungnya berdegup kencang. Nama itu bukan nama asing baginya. Citra adalah rekan kerja Arya yang sering disebut-sebut di masa lalu.“Citra? Jadi dia masih kontak sama kamu?” Anisa menatap Arya dengan sorot mata tajam.A

    Last Updated : 2024-11-28
  • Bayangan Kelam   Bab 66

    Anisa duduk di tepi ranjang kamarnya, memandangi berkas-berkas yang baru saja ia ambil dari laci meja. Sebuah dokumen pengajuan perceraian tergeletak di hadapannya, belum ia isi. Jemarinya gemetar, sementara matanya nanar memandang kertas yang menjadi simbol keputusan besar dalam hidupnya.Sudah hampir dua minggu sejak ia meninggalkan rumah Arya. Selama itu, Anisa berusaha keras untuk merenungi semuanya. Namun, setiap kali ia berpikir, perasaan sakit, marah, dan kecewa selalu kembali menghantui.Ia mencintai Arya, itu tak dapat ia pungkiri. Namun, cinta itu kini terasa seperti pisau bermata dua, satu sisi memberi kebahagiaan, sisi lain melukai lebih dalam dari yang ia sangka.Ibunya mengetuk pintu dan masuk, membawa secangkir teh hangat. “Kamu belum makan apa-apa dari pagi, Nak. Mau Ibu bawakan makanan ke sini?”Anisa hanya menggeleng lemah, senyum kecil terpaksa terukir di wajahnya. “Nggak, Bu. Anisa nggak lapar.”Sang ibu meletakkan teh di atas meja dan duduk di samping Anisa. Ia me

    Last Updated : 2024-12-01
  • Bayangan Kelam   Bab 67

    Ruang sidang terasa sunyi, meskipun di dalamnya dipenuhi oleh orang-orang yang sibuk dengan pikiran masing-masing. Anisa duduk di salah satu bangku, menunduk dengan wajah yang sulit ditebak. Tangannya gemetar ringan, menggenggam map berisi dokumen perceraian yang akan segera disahkan. Di seberangnya, Arya duduk dengan wajah datar, namun mata yang kosong mengisyaratkan perasaan tertekan.Ini adalah hari yang tidak pernah mereka bayangkan akan datang. Pernikahan yang dimulai dengan cinta yang besar kini harus diakhiri di ruang sidang ini. Sebuah keputusan yang berat, tetapi tak terhindarkan.“Sidang akan dimulai,” suara hakim memecah keheningan.Anisa mengangkat wajahnya, memaksakan diri untuk terlihat tegar. Ia merasa seperti batu besar sedang menekan dadanya, membuat setiap tarikan napas terasa berat. Di sampingnya, pengacaranya memberikan tatapan menenangkan, seolah mengisyaratkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Namun, Anisa tahu, tidak ada yang benar-benar baik-baik saja dalam s

    Last Updated : 2024-12-03
  • Bayangan Kelam   Bab 68

    Matahari bersinar cerah di luar jendela, tetapi bagi Anisa, hari itu terasa kelabu. Baru beberapa hari sejak perceraian resminya dengan Arya, dan perasaan campur aduk terus menghantui pikirannya. Ia mencoba menyesuaikan diri dengan kehidupannya yang baru, tetapi luka yang Arya tinggalkan masih terasa segar.Anisa sedang duduk di sofa apartemen kecilnya ketika ponselnya berbunyi. Nama Lia muncul di layar. Teman dekatnya itu terus memastikan Anisa tidak merasa sendiri sejak perceraiannya.“Lagi apa, Nis?” tanya Lia setelah Anisa menjawab panggilannya.“Enggak ngapa-ngapain. Cuma duduk aja, mikir.”“Mikirin apa?”Anisa terdiam sejenak. “Mikirin... apa aku udah buat keputusan yang benar. Perceraian ini... aku nggak tahu, Lia. Kadang aku merasa lega, tapi di sisi lain, aku juga merasa kosong.”“Itu wajar, Nis,” jawab Lia dengan nada lembut. “Kamu baru saja keluar dari hubungan yang penuh konflik. Kamu butuh waktu untuk menemukan dirimu lagi.”“Kadang aku merasa gagal,” ujar Anisa pelan. “A

    Last Updated : 2024-12-06
  • Bayangan Kelam   Bab 69

    Hari-hari Anisa mulai terasa lebih ringan. Setelah pertemuan terakhirnya dengan Lia, ia mencoba membuka diri terhadap kehadiran Malik. Meskipun masih ada bayangan masa lalu yang mengintip dari sela-sela pikirannya, kehangatan yang ditawarkan Malik membuatnya perlahan melangkah maju.Malam itu, Malik mengundang Anisa untuk makan malam bersama. Ia memilih restoran kecil dengan suasana yang nyaman, tidak terlalu ramai, dan memiliki pemandangan taman yang indah. Malik mengenakan kemeja biru langit, sementara Anisa tampil sederhana dengan blouse putih dan celana kain hitam. Saat Anisa tiba, Malik berdiri dan membukakan kursi untuknya, sesuatu yang membuat hati Anisa terasa hangat.“Makasih, Malik. Kamu nggak perlu repot-repot ngajak makan di tempat begini,” kata Anisa sambil tersenyum canggung.“Kenapa nggak? Kamu pantas mendapat sesuatu yang spesial,” jawab Malik sambil tersenyum.Percakapan mereka mengalir dengan mudah. Malik selalu tahu bagaimana membuat Anisa merasa nyaman. Ia tidak pe

    Last Updated : 2024-12-12
  • Bayangan Kelam   Bab 70

    Anisa menatap layar ponselnya dengan ragu. Pesan dari Malik masih terpampang jelas di sana."Aku serius sama kamu, Nis. Aku harap kita bisa lanjut ke tahap yang lebih baik." Malik tidak pernah mendesak, tetapi Anisa tahu bahwa ia perlu membuat keputusan. Hatinya sudah mulai membuka diri, tetapi luka-luka masa lalunya masih membuatnya bimbang.Namun, malam itu, dengan keberanian yang terkumpul, Anisa mengetikkan balasan singkat. ”Kita coba jalani, ya.”Pagi berikutnya, Malik langsung menghubungi Anisa. Suaranya terdengar penuh semangat di telepon. “Aku nggak bisa berhenti senyum sejak baca pesan kamu semalam,” katanya dengan nada ceria.Anisa tertawa kecil, merasa malu tapi juga senang. “Kamu ini lebay,” balasnya, mencoba menyembunyikan rasa gugupnya.“Serius, Nis. Aku pengin ketemu kamu hari ini. Ada waktu?”Anisa berpikir sejenak. Hari Minggu itu ia memang tidak punya rencana apa-apa. “Boleh. Tapi jangan di tempat yang terlalu ramai, ya.”“Setuju. Aku jemput kamu jam sebelas, ya.”Ke

    Last Updated : 2024-12-15
  • Bayangan Kelam   Bab 71

    Pagi itu, Anisa membuka matanya dan menemukan dirinya tersenyum tanpa sadar. Ia memikirkan percakapan panjang yang ia dan Malik miliki semalam. Mereka berbicara tentang banyak hal, dari kenangan masa kecil hingga mimpi-mimpi yang ingin mereka capai di masa depan. Malik memiliki cara untuk membuatnya merasa didengar dan dipahami, sesuatu yang tidak pernah benar-benar ia rasakan sebelumnya.Saat sedang menyesap kopi di balkon apartemennya, telepon Anisa berdering. Nama Malik muncul di layar.“Halo?” Anisa menjawab dengan nada lembut.“Selamat pagi, Nisa. Aku harap aku nggak ganggu waktu tenangmu,” kata Malik di ujung sana.“Nggak, kok. Ada apa?”“Aku lagi di kafe dekat apartemenmu. Kalau kamu ada waktu, aku ingin ajak kamu sarapan.”Anisa tersenyum. “Baiklah, beri aku lima belas menit.”Setelah bersiap-siap, Anisa melangkah keluar dan menemukan Malik menunggunya di sebuah meja di sudut kafe. Ia mengenakan kemeja putih yang digulung hingga siku, terlihat santai tetapi tetap rapi. Ketika

    Last Updated : 2024-12-15

Latest chapter

  • Bayangan Kelam   Bab 112

    Anisa menghela napas panjang saat melihat pantulan dirinya di cermin apartemen kecilnya. Sudah beberapa minggu sejak ia mulai mengenal Adrian, dan harus diakui, pria itu membawa warna baru dalam hidupnya. Tidak ada kesan terburu-buru atau tekanan dalam hubungan mereka. Adrian tidak pernah memaksanya untuk bercerita tentang masa lalunya, dan itu membuat Anisa merasa nyaman.Ia merapikan rambutnya lalu mengambil tas kecil sebelum keluar dari apartemen. Hari ini adalah hari liburnya, dan ia memutuskan untuk berjalan-jalan ke taman kota. Tidak ada tujuan khusus, hanya ingin menikmati udara segar dan menenangkan pikirannya.Saat sampai di taman, ia memilih duduk di bangku dekat air mancur. Beberapa anak kecil berlarian, bermain bola, sementara pasangan muda duduk berdua di bawah pohon rindang. Anisa mengamati mereka dengan tatapan kosong, bertanya-tanya apakah ia masih bisa merasakan kebahagiaan seperti itu.“Sendirian lagi?”Suara itu membuatnya tersentak. Ia menoleh dan melihat Adrian be

  • Bayangan Kelam   Bab 111

    Anisa duduk di tepi tempat tidurnya, menatap langit-langit kamar apartemennya yang sederhana. Setelah pertemuan dengan Roy tadi malam, ia merasa lega, tetapi juga ada sedikit perasaan hampa yang sulit ia jelaskan. Mungkin karena ini pertama kalinya ia benar-benar menutup pintu bagi seseorang yang pernah mengisi hatinya, meskipun kenyataannya pahit.Hari ini, Anisa berencana untuk menghabiskan waktu sendiri. Ia ingin pergi ke tepi pantai yang tidak terlalu jauh dari kota, hanya sekitar satu jam perjalanan dengan bus. Ia butuh udara segar, butuh ketenangan yang hanya bisa ia temukan saat mendengar suara ombak dan angin laut.Setelah bersiap-siap, ia mengenakan dress berwarna krem dan membawa tas kecil berisi buku dan air minum. Anisa selalu merasa nyaman dengan membaca, seolah-olah dunia dalam buku bisa membantunya melupakan kenyataan yang kadang terlalu menyakitkan.Saat tiba di halte bus, ia duduk sambil menunggu kendaraan yang akan membawanya ke pantai. Cuaca hari ini cukup cerah, de

  • Bayangan Kelam   Bab 110

    Anisa menatap ke luar jendela kamar apartemennya yang kecil. Lampu-lampu kota berkelap-kelip seperti bintang yang jatuh ke bumi. Angin malam bertiup pelan, menyelinap masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Ini adalah tempat tinggal barunya, jauh dari tempat lama yang menyimpan begitu banyak kenangan pahit.Sudah dua minggu sejak dia menjual rumah peninggalan orang tuanya. Rumah yang dulu penuh dengan canda tawa, berubah menjadi tempat yang hanya membuatnya terjebak dalam kenangan yang menyakitkan. Anisa tahu, jika ia ingin benar-benar melanjutkan hidup, ia harus meninggalkan semua itu dan memulai kembali dari nol.Dia kini bekerja di sebuah restoran asing yang cukup terkenal. Pekerjaan itu tidak mudah, tapi setidaknya membuatnya sibuk dan tidak punya waktu untuk memikirkan masa lalu. Ia mengisi harinya dengan memasak, melayani pelanggan, dan berbincang dengan rekan kerja barunya.Namun, malam ini, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Sejak siang tadi, ia merasa seperti a

  • Bayangan Kelam   Bab 109

    Setelah beberapa bulan berlalu sejak kepindahannya ke kota baru, Anisa mulai terbiasa dengan ritme kehidupannya yang sekarang. Ia sudah tidak lagi merasa asing dengan lingkungan tempat tinggalnya, dan pekerjaannya di restoran asing membuatnya semakin sibuk hingga perlahan-lahan bisa melupakan luka-luka masa lalunya. Meskipun kadang-kadang kenangan tentang Roy masih menghantui pikirannya, ia berusaha untuk tidak terjebak dalam perasaan itu lagi.Namun suatu hari, Anisa mengalami sesuatu yang membuatnya kembali mempertanyakan kehidupannya. Hari itu, restoran tempatnya bekerja sedang ramai karena ada acara perayaan ulang tahun dari pelanggan tetap mereka. Anisa yang bertugas di bagian pelayanan sibuk bolak-balik mengantar pesanan makanan dan memastikan semua pelanggan mendapatkan pelayanan terbaik.Saat ia sedang mengambil pesanan dari meja pelanggan, seorang pria memasuki restoran. Ia mengenakan kemeja putih dan celana panjang hitam, terlihat rapi dan elegan. Anisa tidak terlalu memperh

  • Bayangan Kelam   Bab 108

    Waktu berjalan semakin cepat, dan Anisa merasa hidupnya seperti berputar dalam lingkaran tanpa akhir. Meski hubungan dengan Roy tampak menyenangkan di awal, semakin lama ia merasa ada sesuatu yang tak beres. Meskipun Roy selalu memberikan perhatian yang penuh, Anisa merasa ada jarak yang tak bisa dijembatani. Kadang, ada hal-hal kecil yang membuatnya curiga, meski ia mencoba untuk mengabaikannya.Hari itu, seperti biasa, Roy menjemput Anisa di rumahnya untuk makan malam bersama. Anisa sudah terbiasa dengan kebiasaan itu. Roy selalu berusaha menyenangkan hati Anisa dengan cara-cara sederhana, tetapi yang terkadang membuatnya merasa aneh adalah cara Roy selalu menghindari topik-topik pribadi. Ia tidak pernah membahas keluarga, masa lalunya, atau apapun yang bersifat pribadi. Ketika Anisa menanyakan sesuatu tentang dirinya, Roy selalu mengubah topik dengan alasan yang terkesan canggung.“Roy, aku sudah lama ingin tahu lebih banyak tentangmu,” ujar Anisa suatu malam saat mereka duduk di r

  • Bayangan Kelam   Bab 107

    Malam itu, Anisa duduk di sofa dengan mata bengkak setelah menangis. Yasmin yang baru datang langsung memeluknya erat, memberikan kehangatan yang selama ini terasa begitu jauh dari hidup Anisa."Aku di sini," ujar Yasmin lembut, mengusap punggung sahabatnya dengan penuh kasih.Anisa terisak di pelukan Yasmin. "Kenapa hidupku selalu seperti ini, Yas? Kenapa aku selalu jatuh cinta pada orang yang salah?"Yasmin menarik napas panjang. "Kamu nggak salah, Nisa. Mereka yang salah karena menyia-nyiakan perempuan sebaik kamu."Anisa menarik diri, menghapus air matanya dengan punggung tangan. "Aku merasa begitu bodoh. Aku percaya Roy sepenuh hati, dan ternyata dia sudah punya istri dan anak."Yasmin menggeleng. "Bukan kamu yang bodoh, tapi dia yang brengsek. Kamu cuma seorang perempuan yang ingin bahagia, tapi selalu dipertemukan dengan laki-laki yang nggak bisa menghargai ketulusan."Anisa menghela napas panjang. "Aku sudah blokir nomornya, Yas. Aku nggak mau lagi ada hubungan dengan dia."Ya

  • Bayangan Kelam   Bab 106

    Anisa duduk diam di meja kafe, masih berusaha mencerna semua yang baru saja ia dengar. Fakta bahwa Roy ternyata sudah menikah dan memiliki anak membuatnya merasa muak. Semua kenangan yang semula terasa manis kini berubah menjadi racun yang menyakitkan.Tangannya gemetar saat ia meraih ponselnya. Ia ingin segera menghubungi Roy, ingin menuntut penjelasan atas semua kebohongannya. Tetapi, di detik terakhir, ia menahan diri. Tidak, ia tidak akan membiarkan emosinya menguasai dirinya. Ia harus menghadapi ini dengan kepala dingin.Malam itu, Anisa tidak bisa tidur. Ia berbaring di tempat tidur, memandang langit-langit kamar dengan pikiran berkecamuk. Ia mencoba mengingat semua hal tentang Roy, mencari petunjuk yang mungkin selama ini ia abaikan.Kenapa ia tidak menyadarinya lebih awal?Ponselnya bergetar di atas nakas. Nama Roy muncul di layar.Untuk sesaat, Anisa hanya menatapnya tanpa berniat mengangkat. Tetapi kemudian, ia memutuskan untuk menjawab.“Halo.”“Hai, sayang. Kenapa tidak me

  • Bayangan Kelam   Bab 105

    Hujan turun rintik-rintik malam itu. Anisa duduk di dalam mobil Roy, menatap butiran air yang menempel di jendela. Udara dingin merayap ke dalam, tetapi ia merasa hangat dengan kehadiran Roy di sebelahnya.“Kamu nggak kedinginan?” tanya Roy sambil menyodorkan jaketnya.Anisa menggeleng. “Nggak, aku suka hujan.”Roy tersenyum. “Aku juga.”Obrolan mereka mengalir begitu saja, tanpa beban. Anisa merasa nyaman, sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan. Namun, jauh di dalam hatinya, ada perasaan aneh yang sulit ia jelaskan.Sejak menjalin hubungan dengan Roy, hidupnya terasa lebih ringan. Roy selalu ada untuknya, memberikan perhatian yang ia butuhkan. Tetapi, semakin lama mereka bersama, semakin banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.Ia tidak tahu banyak tentang kehidupan Roy di luar pertemuan mereka. Roy tidak pernah mengajaknya ke rumah, tidak pernah bercerita banyak tentang masa lalunya.Tapi Anisa menepis pikirannya. Mungkin, Roy hanya butuh waktu. Lagipula, ia sendiri juga tidak i

  • Bayangan Kelam   Bab 104

    Hari-hari Anisa mulai terasa lebih ringan setelah pertemuan terakhirnya dengan Roy. Tidak ada lagi bayang-bayang pria itu dalam pikirannya. Ia merasa seakan sudah melewati fase terburuk dalam hidupnya, dan kini saatnya untuk melangkah ke depan.Namun, hidup tidak selalu berjalan sesuai harapan.Malam itu, setelah pulang kerja, Anisa duduk di balkon apartemennya sambil menatap langit yang dipenuhi bintang. Ia menghela napas panjang. Sepi. Itulah satu-satunya kata yang bisa menggambarkan perasaannya saat ini.Sejak kehilangan orang tuanya dalam insiden kebakaran beberapa tahun lalu, Anisa sudah terbiasa hidup sendiri. Namun, entah mengapa malam ini kesepian itu terasa lebih menyakitkan.Ia mengambil ponselnya, membuka kontak, lalu menatap nama Roy yang tersimpan di sana.Ia ragu-ragu. Haruskah ia menghubunginya? Sejak mereka resmi berpacaran, Roy memang selalu ada untuknya. Namun, ada sesuatu yang mengganjal di hati Anisa—sesuatu yang tidak bisa ia pahami sepenuhnya.Sebelum sempat berp

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status