Beranda / Horor / Bayangan Dalam Pandang / Shadow at School #7

Share

Shadow at School #7

Penulis: Louisa Reign
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-19 16:37:17
“WAA!”

Aku tersentak, seperti orang yang terbangun dari mimpi buruk. Nafasku agak kacau dan degup jantungku berpacu dengan cepat.

“Apa yang barusan terjadi...?”, tanyaku dalam hati, sambil menyeka dahi yang sudah basah kuyub karena keringat.

Yang kuingat terakhir kali adalah Si Gadis Banshee menjentikkan jari, kemudian telingaku menjadi sangat sakit akibat suara yang dihasilkan. Setelah itu... Aku hanya melihat kegelapan. Tapi telingaku, entah karena jentikan jari Banshee atau bukan, aku jadi mendengar berbagai ungkapan sumpah serapah yang entah dari mana sumbernya. Semuanya serapah itu mengharapkan bahwa aku mati. Tak berselang lama, aku terbangun dalam keadaan seperti ini.

...

Tarik nafas...

Buang...

Bebarengan dengan permainan napas, kupaksa batinku untuk berulang kali mengucapkan,“Tenanglah, Miki... Suara itu sudah tidak terdengar lagi.”. Usai lewat beberapa waktu, aku baru mulai berada dalam kendali. Kini aku baru menangkap bahwa aku sudah tidak lagi ada di rumah sakit.

“A
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Bayangan Dalam Pandang   Shadow at School #8

    Aku menceritakan segala yang terkait pertemuanku dengan Banshee pada Satoru-san. Tidak ada satu pun yang aku tutupi. Usai kuceritakan, Satoru-san langsung kembali ke kamarnya untuk bersiap. Aku juga melakukan hal yang sama, tapi aku tidak bisa cepat. Butuh waktu yang lebih lama bagiku untuk bersiap karena kakiku yang masih sakit. Untungnya Satoru-san sangat tolerir dengan itu. Dia bahkan membawakan sarapan ke kamarku dan kami makan bersama terlebih dahulu. Kami berdua menggunakan meja dan sofa mewah yang berada tepat di depan ranjang. ... Aku jadi tidak enak hati... Dalam batin aku berkata, “Harusnya aku yang membawakan makanan-makanan ini padanya, bukan sebaliknya.”. Aku adalah asistennya, tapi selama 30 hari bersama Satoru-san, aku sangat jarang memberikan bantuan yang berarti. Sebaliknya, kurasa aku lebih sering merepotkan dirinya. Lihat yang belakangan ini saja, berapa banyak uang dan perhatian sudah dia keluarkan hanya untuk mengurusku? Kamar hotel bintang 4, biaya rumah saki

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-25
  • Bayangan Dalam Pandang   Shadow at School #9

    Mobil sport hitam yang ditumpangi olehku dan Satoru-san telah sampai di depan bangunan sekolah megah dengan papan nama bertuliskan SMA Sendai no Kibou. Kali ini bukan Satoru-san yang menyetir, tapi seorang pria paruh baya berkemeja biru terang. Perawakannya tidak begitu tinggi dan ekspresinya secerah kemeja yang ia kenakan.“Toru tidak tidur semalaman ya?”, tanya pria itu, sambil menatap Satoru-san yang terlelap di kursi belakang. Pria itu memiliki hubungan dekat dengan Satoru-san, sampai dirinya memanggil Satoru-san dengan sebutan ‘Toru’. Tak heran, rupanya pria paruh baya itu adalah paman Satoru-san yang kebetulan sedang berada di Sendai. Namanya adalah Hongo Yuma.“Apakah kalian sedang menangani kasus yang sulit hingga dia kerepotan seperti ini?”, tanyanya lagi.Aku ingin sekali menjawab dengan, “Yuma-san, yang merepotkan itu aku, bukan kasusnya.”. Namun aku memilih untuk mengangguk saja, kemudian menambahkan, “Terima kasih sudah mengantar kami sampai di sini, Yuma-san. Kuharap kam

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-02
  • Bayangan Dalam Pandang   Shadow at School #10

    Hari ini begitu cerah. Matahari nampak menggantung di langit biru tanpa ada sedikit pun kapas yang menghalangi. Beberapa burung saling beradu lagu dan kupu-kupu asyik melintas mencari bunga termanis di taman sekolah milik SMA Sendai no Kibou. Alam seakan tidak sudi bersimpati meski seseorang telah diculik di depan mataku dan Yuma-san....Ya?Aku ada di mana?Aku ada di taman terkutuk itu. Aku berada tepat di jantung taman, di bawah pohon sakura yang terkenal horor di SMA Sendai no Kibou. Makanya aku bisa tahu aktivitas satwa-satwa yang kusebutkan tadi, karena semuanya aku lihat di taman ini. Aku dan Yuma-san sedang beristirahat sebentar di sana. Kami habis berkeliling mengitari lingkungan SMA Sendai no Kibou yang super luas.Tenang, kali ini aku berjalan sendiri kok. Aku tidak enak hati jika terus merepotkan orang tua. Kami sempat mendatangi UKS, dan untungnya mereka memiliki krak dan bersedia meminjamkannya kepadaku sampai aku selesai berkeliling sekolah.Aku duduk di bangku yang ad

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-09
  • Bayangan Dalam Pandang   Shadow at School #11

    SRAAAAK!BRAK!Rasa sakit segera menghunjam bagian punggung dan belakang kepalaku. Usai tubuhku ditarik paksa oleh shadow ke dalam ruang kebersihan, bagian belakangku berbenturan dengan sesuatu yang keras hingga aku sempat hilang kesadaran.…Aku terbangun kembali dan mendapati bahwa tubuhku masih terjerat tali tambang. Tubuhku diseret menembus lorong sebuah sekolah yang terlihat kotor dan berantakan. Tak jarang aku bertabrakan dengan benda-benda seperti kayu atau runtuhan plafon di sepanjang lorong. Kurasa itu yang membantuku untuk siuman.…Ada cahaya bernada kehijauan yang memancar dari kaca jendela di sepanjang lorong. Itu artinya aku telah berpindah ke alam supranatural.“Oh? Kamu terbangun?”Bangunku saat itu diketahui oleh shadow yang menyeretku. Wujud shadow itu berbentuk seperti kumpulan awan hitam. Dia hadir tanpa wajah, tetapi aku dapat merasakan dia tengah memandangiku sambil memajang seringaian bengis. Dari bagian sentral tubuhnya menjulur tali-tali t

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-09
  • Bayangan Dalam Pandang   Shadow at School #12

    Sebuah kaca jendela di lantai tiga Gedung C telah pecah. Suaranya begitu nyaring, sehingga tidak mungkin tidak didengar oleh orang yang berada di sekolah, apalagi yang memang berada di gedung tersebut. Tidak heran ketika aku dan Yuma-san ke sana, banyak siswa kelas 12 yang harusnya sedang dalam proses ajar di lantai dua, ingin menelik apa yang terjadi di lantai tiga. Namun akibat dihalangi oleh segelintir guru, mereka tidak dapat ke sana dan tertumpuk pada tangga yang menuju lantai tiga. “Sudah! Sudah! Bubar! Kembali ke kelas kalian!”, ucap seorang guru laki-laki, meminta para siswa untuk kembali. Aku dan Yuma-san dengan susah payah menembus barisan para siswa yang masih menggerombol di tangga. Seraya berteriak, “Permisi! Permisi! Kami mau lewat!”, akhirnya kami pun sampai juga di depan guru laki-laki itu. Yuma-san menjadi yang pertama melayangkan pertanyaan kepadanya. “Sumimasen*, Sensei. Apa yang telah terjadi di ini?”, tanya Yuma-san. *Permisi Guru itu mempe

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-12
  • Bayangan Dalam Pandang   Shadow at School #13

    Aku telah berpindah ke sebuah ruangan kelas bernuansa putih. Sebelumnya, Satoru-san sempat memberitahuku kalau ada Banshee yang muncul di hotel. Aku juga sudah mulai merasakan kantuk yang sama persis dengan yang aku rasakan ketika berada di rumah sakit. Oleh karena itu, aku sudah tahu kepindahanku kali ini merupakan ulah dari Banshee, bukan shadow. Itu artinya, aku tidak dalam kondisi yang membahayakan. ... Ya, tapi... Tetap saja, kepindahanku yang sekonyong-konyong bukanlah sesuatu yang dapat aku biasakan dengan mudah. Aku sangat kaget sewaktu lingkungan sekitarku berubah menjadi sebuah ruang kelas dalam hitungan detik. Saking kagetnya, aku terkinjat dan jatuh ke belakang. “Hahaha. Kinjo-oneesan, kalau oneesan terus-terusan kaget setiap bersinggungan dengan hal-hal supranatural, jantung oneesan tidak akan tahan lama lho.”, terdengar seseorang melantingkan kalimat tersebut sambil diselingi dengan tawa kecil. Siapa itu? Ya, tentu ia adalah gadis Banshee yang kemarin bertemu dengan

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-16
  • Bayangan Dalam Pandang   Shadow at School #14

    Srak! Srak! Srak! Srak! Beberapa orang, yaitu aku, Satoru-san, Yuma-san, dua orang petugas keamanan, dan dua orang petugas kebersihan, tengah sibuk di area belakang gedung D, tepatnya 100 meter dari gedung tersebut. Kami menyisir hamparan ilalang yang telah tumbuh setinggi dadaku. Tubuhku terasa gatal-gatal akibat berada di tengah ilalang selama sepuluh menit. “Miki, kamu boleh mundur dulu. Nanti kalau sudah ketemu, kamu akan kupanggil.”, ucap Satoru-san yang berjarak dua meter dariku. “Ini cuma gatal-gatal sedikit kok. Aku masih bisa mencari.”, balasku. “Kamu juga harus memikirkan kakimu. Istirahatlah sebentar.” “Kakiku baik-baik saja. Ini juga aku sudah bisa berjalan tanpa alat bantu.” “... Baiklah.” Sebenarnya untuk apa kami berada di sana? Kalian tentu sudah dapat menebak. Ya, kami di sana untuk mencari sebuah pintu batu yang ditunjukkan Banshee kepadaku. Awalnya, aku mengira kami akan dapat menemukan pintu itu dengan mudah. Habisnya waktu aku bertemu B

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-16
  • Bayangan Dalam Pandang   Shadow at School #15

    Gelak mengerikan yang datangnya dari arah belakangku menggaung nyaring memekakkan indera pendengaran. Jika mau dideskripsikan, suaranya lebih mirip biola yang digesek asal-asalan, tetapi kamu tahu bahwa sang sumber suara tengah tertawa terbahak-bahak. Bunyinya sungguh menusuk telinga dan menggetarkan nyali tiap orang yang mendengarnya. Perasaan gamang segera hadir menyelimutiku. Bagaimana tidak? Teror yang datang bukan berasal dari tawa mengerikan itu aja! Tubuhku tak bisa digerakkan sesuai kehendakku, begitu pula dengan Satoru-san dan Yuma-san! Kami semua dipaksa berjalan keluar ruang bawah tanah, akibat berada di dalam kontrol shadow. Kami bertiga segera melantunkan mantera yang diminta Satoru-san, namun shadow itu menggagalkan kami. “Kalian mau melawanku? Sudah kubilang, kalian sudah jadi mainanku! Mainan akan menuruti perintah tuannya. Sekarang tutup mulut kalian!”. Kalimatnya penuh dengan nada remeh, tetapi mengandung kekuatan absolut yang mampu mengontrol kami. Mulut kami lan

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-20

Bab terbaru

  • Bayangan Dalam Pandang   Aku Juga Siap

    Langit-langit polos yang begitu familiar. Pemandangan yang selalu menyambutku setiap kali terbangun dari tidur. Bersama itu, seberkas cahaya matahari akan mencoba menerobos masuk melalui celah yang terdapat pada tirai, demi menerangi setiap sudut ruanganku.Aku mengedipkan mata beberapa kali secara perlahan, memberikan kesempatan bagi netraku untuk menyesuaikan diri.“Ponselku di mana ya...?”Aku meregangkan badanku sebentar, kemudian bangkit dan meraih ponsel yang ada di samping bantal.Tuk, tuk, tuk. Aku mencoba menyalakan ponsel dengan mengetuk lembut layarnya dengan jari telunjuk. Namun, ponselku tetap saja bergeming. Layar hitamnya tidak kunjung memproyeksikan tampilan yang lain.“Aduh... Baterainya mati. Aku lupa lagi untuk mengisi dayanya.”Aku pun bergerak untuk menyambungkan ponselku dengan kabel charger. Sambil menunggu daya ponselku terisi, aku melirik ke arah jam dinding.“Masih jam empat pagi... Berarti aku bisa tidur lagi, tapi... kenapa rasanya ada yang tidak beres? Sep

  • Bayangan Dalam Pandang   Satoru's Request

    “Uh... ada apa...?” tanyaku ketika melihat reaksi Satoru dan Paman Yuma. “Mengapa ekspresi kalian seperti itu?” Satoru diam sebentar, kemudian menjawab, “Tidak. Tidak ada apa-apa.” Paman Yuma di sisi lain, hanya tertawa dan berkata, “Takdir memang bekerja secara misterius, Toru.” Aku yang tanpa ide di tengah-tengah mereka berdua, sekadar bisa bertanya-tanya dalam benak, “Apa yang mereka bicarakan?” Aku melirik kepada amplop merah yang aku genggam. Jelas, benda tersebut merupakan sumber masalahnya. Apakah seharusnya aku tidak menerima surat undangan ini? “Jika boleh tahu, undangan apa ini?” Satoru menatapku seperti orang ganar. Pria itu lantas menarik napas dalam dan menjawab, “Undangan untuk menghadiri acara hari jadi Serikat Spiritualis Dunia.” “EH!? Serikat Spiritualis Dunia!? Buat apa mengundang amatiran sepertiku!?” “Memangnya kamu tahu organisasi apa itu?” Satoru bertanya balik. “Tidak, tapi dari namanya kedengaran penting.” “Yah... tidak salah,” bala

  • Bayangan Dalam Pandang   Two Invitations

    Dalam satu malam, kondisi tubuhku membaik dengan sangat pesat sampai dokter mengatakan bahwa aku sudah bisa keluar rumah sakit. Ditambah dengan penglihatanku yang sudah hampir pulih seutuhnya, aku pun memilih untuk tidak berlama-lama di sana. Sejak beberapa saat yang lalu, aku sudah bersiap untuk pulang. Di tengah persiapan itu, ponselku bergetar singkat, tanda seseorang mengirimkan pesan kepadaku.[Satoru, Shiroyama-san memberi kabar gila hari ini! Gawat! Ketika kita bertemu, kamu harus mendengarnya!]Brrrrrrrt! Ponselku bergetar lagi, sebab Miki mengirimkan pesan lanjutan.[Tapi sebelumnya, aku perlu pergi ke makam terlebih dahulu. Hanya sebentar saja kok! Setelah itu, aku akan segera meluncur ke rumah sakit!]...Benar juga. Aku lupa memberi tahu Miki kalau aku akan pulang.[Aku sudah berkemas untuk keluar rumah sakit. Jika kamu ingin bertemu denganku, langsung saja ke kantor.]Brrrrrrrt![EH!? Kamu sudah diperbolehkan keluar rumah sakit!? Usai dua hari kamu ti

  • Bayangan Dalam Pandang   Unexpected Invitation

    “Hah...” aku melepas napas panjang sambil mengupas buah apel yang kubeli tadi pagi. Bukan untukku, tapi untuk pria yang sedang tertidur pulas di atas ranjang rumah sakit. Kalian bertanya siapa pria itu? Oh, kalian pasti tahu... Pria itu adalah orang sinting yang berhasil memenangkan permainan petak umpet dengan shadow. Tak lain dan tak bukan, Hongo Satoru.Ya, kami semua—aku, Satoru, Yuma-san, Shiroyama-san, dan tiga polisi—berhasil keluar dari dimensi shadow dengan selamat. Lebih dari itu, kami—atau lebih tepatnya Satoru—berhasil membawa pulang bagian kepala yang selama ini dicari-cari oleh semua orang.Mukjizat... bisakah aku bisa menyebutnya seperti itu? Entahlah... Satoru sudah mempersiapkan alat-alat yang dia bawa sebelum berangkat ke rumah terbengkalai. Dia bisa saja sudah memiliki suatu rencana, yang lagi-lagi, tidak dia bagikan kepadaku maupun Yuma-san....Kurasa dia tidak akan membagikan idenya. Jika tahu endingnya akan seperti ini, aku jelas tidak akan se

  • Bayangan Dalam Pandang   Look for The Head #16

    “... Ayo mulai, Shadow! Hitung sampai sepuluh!”, seruku.Shadow menyeringai, dan dengan penuh semangat, dia mulai berhitung. Aku pun tak buang-buang waktu, segera memasukkan tangan ke saku jas, mengeluarkan sebuah cermin bundar seukuran telapak tangan, dengan empat buah batu kaca tertanam pada bingkainya. Tentunya bukan cermin biasa, melainkan alat supranatural yang dapat digunakan untuk memindahkan tubuh penggunanya ke suatu tempat.Aku memejamkan mata, lalu memusatkan konsentrasi untuk membentuk sebuah visual dalam pikiran, mengenai satu bagian di dimensi ini yang sempat kulewati. Setelah visual terbentuk, aku mengalirkan energi ke dalam salah satu batu pada cermin itu, sehingga sebuah gambar yang aku pikirkan muncul pada cermin. Selanjutnya, aku hanya perlu menjentikkan jari agar tubuhku dapat berpindah seutuhnya.CTIK!...Sunyi.Suara shadow yang tidak mengenakkan di telinga itu sudah tak lagi terdengar.Aku kembali membuka mata, mendapat area di sekelilingku

  • Bayangan Dalam Pandang   Look for The Head #15

    “Dengan seluruh elemen dan energi abadi Sang Pencipta itu sendiri, gunakanlah itu untuk meruntuhkan barrier yang melingkupi shadow yang ingin melukai kami. Nama shadow itu-” KRAK! Sebuah pola yang membentuk jaring laba-laba telah muncul pada kubah pelindung, mulai dari bagian barat, melebar hingga separuh bagian kubah. Munculnya pola tersebut disertai dengan suara “Krak!”, bak tembikar yang meretak dindingnya. “A-apakah ini ilusi juga?” tanya Miki. Aku hanya bungkam ketika mendengar pertanyaan itu. Sekedar menoleh pun tidak, demi menyembunyikan senyum kecut yang terbit pada bibirku. “Aku tahu shadow ini adalah shadow yang kuat dan berumur sangat tua. Aku pun sudah memprediksikan, dari antara shadow-shadow yang pernah kuhadapi, shadow ini mungkin memiliki kekuatan yang paling dekat dengan kekuatan Ouroboros. Namun tetap saja, melihatnya merusak dinding kubah pelindung terkuat, membuat bulu di sekujur tubuh berdiri.”, gumamku dalam hati. Shadow itu, seakan menyadari bahwa aku sedik

  • Bayangan Dalam Pandang   Look for The Head #14

    KRAK!Shadow itu memperkuat lilitan, sehingga retakan pada dinding kubah pelindung tak dapat terelakkan. Semua orang yang berada di dalam kubah, bahkan Yuma-san dan Satoru pun menjadi tegang dan mengeraskan rahang. Aku sendiri sampai memejamkan mata, bersiap dengan kemungkinan terburuk yang akan menimpa kami semua. Akan tetapi, shadow itu tertawa dan berkata, “Aku bercanda!”“B-bercanda?”, batinku seraya membuka perlahan kedua mataku.Makhluk supranatural yang melilit kubah kami itu tertawa terbahak-bahak, lantas kembali melontarkan beberapa kalimat, “Aku baru saja mengatakan bahwa kalian patut diapresiasi! Bentuk apresiasi kami, makhluk yang kalian sebut shadow, adalah dengan membuat yang diapresiasi untuk merasakan emosi yang paling sulit kami alami. Dengan kata lain, membuat mereka ketakutan! Hahaha!”“Namun dalam bahasa manusia, sepertinya tidak begitu. Apa yang aku lakukan barusan, tidak terhitung dalam bentuk apresiasi. Jika aku tidak salah, aku harus berlaku ‘baik’ terhadap kal

  • Bayangan Dalam Pandang   Look for The Head #13

    Kami melintasi jalan berair dengan penuh kehati-hatian. Sebab, jalur yang awalnya hanya dipenuhi air hitam dan rambut panjang, kini juga diisi oleh tubuh buaya dengan jumlah yang tak terhitung. Ukurannya pun bervariasi, mulai dari yang sebesar bus hingga buaya dengan ukuran yang dapat kita temui di alam manusia.Kami dapat dengan mudah menghindari buaya dengan ukuran masif, tentu karena tubuhnya yang tidak dapat disembunyikan oleh air yang setinggi pinggang. Justru buaya-buaya yang lebih kecil lah yang membuat kami was-was. Tubuh mereka cukup ‘kecil’, membuat mereka dapat diselimuti air hitam dengan sempurna. Kami jadi tidak tahu apakah tubuh yang ada di bawah sana benar-benar sudah mati, atau belum. Maka ketika kaki kami tidak sengaja bertabrakan dengan moncong mereka, jantung rasanya hampir keluar dari badan.“Toru, apakah mungkin jika mereka adalah hewan biasa yang diambil dari alam manusia?” tanya Yuma-san dari barisan paling belakang.Pertanyaan yang dilontarkan Yuma-san sontak m

  • Bayangan Dalam Pandang   Look for The Head #12

    “... Tempat ini benar-benar persis dengan penglihatan yang saya dapatkan ketika menggunakan POD.”, ujar Satoru dengan nada yakin. Pria itu menggunakan pilihan kata yang sopan, menandakan bahwa kalimatnya itu dialamatkan kepada Shiroyama-san. Sang detektif pun langsung paham apa maksud Satoru berkata demikian dan menimpali, “Jika benar seperti itu, apakah saya dapat mengambil kesimpulan bahwa saya akan segera bertemu dengan buah yang saya nanti-nantikan?”.Tentu saja orang selain aku, Satoru dan Shiroyama-sanakan memasang raut wajah bingung karena tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Maka seperti biasa, Satoru memintaku untuk memberi penjelasan secara singkat kepada mereka yang tidak paham.“Sebelumnya kami menggunakan alat bernama pendant of the deaduntuk mencari tahu di mana keberadaan bagian kepala korban yang hilang. Saat itu informasi yang didapat adalah bagian kepala korban berada di suatu tempat di Higashi Shinagawa,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status