Home / Pernikahan / Bayangan Cinta / Pendekatan Garvin

Share

Pendekatan Garvin

Author: Azura One
last update Last Updated: 2021-06-09 20:53:07

"Mengapa aku harus kehilangan sesuatu, saat aku berpikir sudah berada di genggaman," dengus Kara kesal. 

"Kehilangan? suatu hal yang harus mengajarkan arti menghargai," sahut Feli dengan bijak seakan menceramahi remaja yang baru putus cinta.

"Huh... aku kesal sekali," sungut Kara, dia mengaduk-ngaduk spagheti tanpa minat.

"Aku berani taruhan, kamu pasti segera mendapat ganti dengan mudah,"

"Hmmm..."

Sejak pertemuan terakhir di kafe sore hari, Elang tidak pernah menghubungi Kara. Berapa kali Kara menghubungi Elang tapi tidak mendapatkan respon. Dia dan Feli juga mendatangi coffe shop Elang di mall 'Paradita' tetapi sudah tutup.

Kara mendengus, Dia kehilangan kesenangan. Elang tampan, muda dan aromanya wangi. Jauh sekali dengan aroma Bastian. Seringkali bau keringat dan alkohol, Menyebalkan.

"Mengapa. dia tidak pernah menghubungi ku lagi?" tanya Kara kembali. Feli memandang sesaat temannya lalu mengaduk teh di depannya.

"Mungkin kamu ketuaan bagi Elang, Haha...." tawa Feli, yang justru membuat Kara berpikir. Elang memang lebih muda darinya, Dia baru tahu Kara sudah bekerja.

"Benar juga, Oh ya... Aku baru berkenalan dengan seorang chef muda," bisik Kara pada Feli. Suara kafetaria yang ramai pada saat jam makan siang. Menenggelamkan suara mereka, Kara harus mendekatkan diri pada Feli agar suaranya jelas.

"Huh, Kamu senang 'bermain' ya?" tanya Feli seakan Kara memang senang berganti pria. Baru saja dia berkata berani taruhan, Kara akan segera mendapat gantinya. Andai Feli tahu sebenarnya. Kara justru sangat bodoh dengan pria di masa lalu.

"Tidak juga, aku hanya senang menikmati perhatian mereka," jawab Kara sambil memamerkan senyuman menawan.

"Pria akan selalu baik saat pertama mendekatimu, Tapi pria yang baik akan bertahan sampai kapanpun dengan sikap yang sama," kata Feli sambil merapikan cepolnya. 

"Begitukah ....?" respon Kara, pikirannya melayang kepada sosok bapaknya. Dia juga baik dan itulah yang membuat dia berpikir masih ada pria baik selain Bastian. "atau karena bapak tidak memiliki kekuasaan, pria berkuasa merasa dia memiliki kendali atas wanitanya.

Malam ini Kara mengenakan dress ketat berwarna hitam, Sedikit terbuka di bagian bahu. Memperlihatkan bahu putih mulus miliknya. Dress itu menonjolkan kecantikan seorang Kara. Arjuna sang chef muda, di kenal Kara tanpa sengaja dari laman sosial media.

Dia mengomentari pembukaan restoran Arjuna dan sengaja mengirim direct message pada Arjuna, Tanpa di duga pria itu membalas Kara. 'Suatu kesempatan tak akan datang dua kali'. Tentu Kara merespon dengan antusias, Arjuna merupakan pemenang dalam perlombaan chef di TV Nasional. Dia populer saat ini dan Kara menyukainya.

Tetangga kost Kara takjub melihat penampilan Kara, Di kost-nya dengan harga standar ini memang Kara paling menonjol. Arjuna menjemput Kara di kost-an. Dia tampak memperhatikan bangunan kost tapi untuk sekejap kemudian gadis di sebelahnya menarik perhatian. Seseorang dengan aura memancar kuat, Cantik, tinggi ramping. Cukup mengagetkan dia bukan seorang selebritis.

"Selamat atas pembukaan restoran mu, Sayang sekali kita belum mengenal saat itu," ucap Kara ketika mereka tiba di restoran milik Arjuna. Restoran berkelas dengan standar tinggi, Semua pengunjung berpenampilan elegan dan menawan, "Untung saja aku mendapatkan pembekalan table manner saat training, Kalau tidak aku bisa linglung makan disini. Biasa makan di warung. Angkat kaki saja tidak ada yang peduli," batin Kara.

"Tentu saja, Aku terlewati sesuatu berharga di kota ini," rayu Arjuna, Dia tampak seksi mengatakan itu.

Kara menikmati perhatian dari Arjuna, Rasa hormat pegawai restoran dan tamu. Ya... Kara menikmati apa yang dia dapat sekarang.

"Kamu beruntung Bastian melepaskan mu, pada banyak kasus korban KDRT bahkan kesulitan melarikan diri dari belenggu pelaku," kata bu Mila pada suatu sore. Dia memberi wejangan pada Kara ketika gadis itu selalu bermimpi buruk.

Tahun-tahun awal berpisah dengan Bastian, Kara sering bermimpi buruk. Bahkan terbangun panik. Dia takut kesiangan karena Bastian tak sungkan menendang Kara untuk membangunkannya.

Sekarang Kara aman dari jeratan Bastian, tak apa dia membuang Kara. Siapa yang tahu bahwa Kara bisa mempesona bagi pria tampan dan mapan. 

"Apakah dia tidak pernah kekurangan, Pria?" dengus Garvin kepada Leonard. 

Asisten Leonard hanya diam, Tidak tertarik merespon Garvin. Dibandingkan wanita lain yang rela melempar diri pada kaki Garvin, Kara tidak mempunyai kelebihan apapun. Dia hanya memiliki kemiripan dengan Amara, Selain itu tidak ada yang menonjol dari dirinya.

Andai saja Leonard adalah Garvin, Dia akan memilih Berlian Diatresa. Seorang artis baru yang sedang menuju puncak karier. Garvin adalah putra salah satu pemilik mall terbesar, dia juga CEO muda yang masuk daftar 150 pimpinan muda berpengaruh di Asia.

Garvin memang pantas bersanding dengan Amara, Latar keluaga mereka tidak berbeda jauh, tapi dengan Kara? Leonard mendengus sinis. Gadis itu tidak memiliki kedudukan sepadan dengan Garvin. Bukan tanpa sebab Leonard menjadi sinis, Karena sejak Kara memasuki pikiran Garvin. Leonard memiliki pekerjaan tambahan. Mengawasi gerak-gerik Kara, sungguh tugas tidak penting bagi Leonard.

"Kamu harus memperingati Arjuna," tarikan senyuman Garvin jelas menandakan Leonard ada 'pekerjaan' lagi. Setelah Leonard menendang Elang di coffe shop yang berada di mall Paradita. Anak muda itu dengan menahan geram, terpaksa mengemas usahanya. Hanya karena dia mendekati wanita yang bahkan ia sendiri belum tahu Garvin menginginkannya.

"Apakah harus mengatakan kepada Kara bahwa aku ingin memilikinya?" tanya Garvin yang mengembalikan pikiran Leonard pada saat sekarang.

"Sebaiknya begitu, Pak," jawab Leonard. Dia mengatakan sambil menganggukkan kepala. Menyakinkan Garvin, "Jika itu kamu pilih maka hidup ku lebih berguna daripada mengawasi Kara pacaran, Itu jelas memuakkan," gerutu Leonard dalam hati.

Kara memandang pesona pada apartemen baru yang di sewa Arjuna selama setahun untuk Kara. "Maaf, Aku belum bisa membeli untukmu," Arjuna memeluk Kara. Sebulan lalu Arjuna dan Kara telah menjadi sepasang kekasih.

Tubuh Kara meremang mendapatkan pelukan Arjuna, Bayangan pelukan Bastian yang menyakitkan kembali teringat. Pelukan Arjuna memang berbeda, tapi membangkitkan kenangan lama.

"Kenapa, Kamu tidak menyukai apartemen ini?" tanya Arjuna ketika Kara tidak merespon.

"Tentu saja, Aku menyukainya," jawab Kara. Dia memberi senyuman sensual yang membuat Arjuna menciumnnya dengan ciuman hangat. Pertama kali Kara merasakan ciuman lembut, hangat dan menenangkan. 

Trrttttt... Trrtttttt...

Suara dering handphone Arjuna membuyarkan ciuman intens mereka, Arjuna mengangkat telpon. Ekspresinya tampak serius, Dia menjauhi Kara. Gadis itu bisa mengamati Arjuna di balkon, Kerutan dan ekspresi serius di kening Arjuna menandakan ada hal penting yang dibicarakan.

Setelah sekian menit kemudian Arjuna menghampiri Kara, " Aku pulang dulu, Kara," wajahnya tampak gusar.

"Ada apa Arjuna? apa yang terjadi?" tanya Kara yang tidak di respon Arjuna. Tampang tampan dan seksi pria itu mengelap memandang Kara. Membuat gadis itu terdiam, Dia membiarkan Arjuna pergi.

Kara mengantarkan kepergian Arjuna dengan hati masygul. "Mengapa bisa berubah sedrastis ini?" tanya dalam hati.

Garvin tersenyum lebih menyerupai seringai, "Kapan, Kara akan keluar dari apartemen itu?" tanyanya pada Leonard.

"Secepatnya!" jawab Leonard.

"Siapkan, Apartemen Paradise Place. Aku akan menempatkan Kara di sana agar lebih mudah mengawasinya," perintah Garvin.

"Baik," 

Duta menyenderkan diri di kursi, "Si narcissus ini tak lelah menebar pesona. Mengapa dia tidak menebar pesona pada ku? apakah aku tak semenarik pria muda itu," dia mendengus kesal, "aku bahkan baru berusia 32 tahun,"

Kali ini Garvin akan membatasi pergerakan Kara, si narcissus yang sedang senang memperangkap pria mapan dengan pesonanya. Tentu saja Gavin tidak tahu kalau Kara baru menyadari mempesona dirinya.

Anugrah lahir yang pernah tak disadari dan terabaikan. Kali ini Kara tahu apa yang menjadi asetnya, Pesona fisik yang menawan. Ya... pesona fisik yang membuat dia terjerat dalam bayang-bayang seseorang. Sebuah jeratan yang akan mengubah hidup seorang Kara.

Related chapters

  • Bayangan Cinta   Bertemu Bastian

    "Pria itu seperti devil bertopeng angel. Mereka mengangkatmu tinggi ke angkasa lalu menghempasmu ke bumi, bahkan tanpa rasa ampun," kata Kara sinis. Di sebelahnya Feli menyimak sambil menikmati makan siang. Kafetaria ramai seperti biasa, Kara tak memperdulikan suaranya akan terdengar oleh pengunjung lain. "Jadi kamu keluar dari apartemen itu tadi malam?" tanya Feli dengan nada rendah. Dia mengamati wajah Kara yang tampak kesal. "Ya ... security apartemen mengatakan aku diminta keluar oleh penyewa, Arjuna bahkan memutuskan hubungan kami begitu saja. Apakah ciuman ku begitu buruk sampai dia mengambil keputusan ketika kami selesai berciuman?" "Menyedihkan," kata Feli mencoba bersimpati walau dia merasa geli. "mungkin Kara lupa menggosok gigi ketika mereka berciuman," batinnya dalam hati. "Padahal dia begitu tampan." ujar Kara sambil memegang kedua pipinya membuat Feli menggelengkan kepala melihat temannya. Feli memutar bola mata. "Kamu memang tak

    Last Updated : 2021-06-13
  • Bayangan Cinta   Paradise Palace

    "Dia terluka?" "Sedikit...." "Sedikit, katamu? dia sampai pingsan... bahkan siput pun bisa lebih lincah darimu, Leonard! sampai hal seperti ini harus terjadi," hardik Garvin membuat Leonard tertunduk. Tak ada kalimat pembelaan yang sudi di dengar Garvin dari mulutnya. "Maaf, Pak," mohonnya sekedar menyudahi kemarahan Garvin. "Cari rumah mantan suaminya, berikan pelajaran!" "Baik, Pak." Leonard bergegas keluar dari apartemen mewah tersebut, Dia menggerutu sambil mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Dia berhasil menghajar suami Kara tapi justru di hajar Garvin, Hanya karena menggendong Kara yang pingsan masuk ke apartemen. "Aku memerintahmu menjemput Kara bukan menyentuhnya, Tolol!" maki Garvin. Garvin menatap cermat wajah rupawan yang terbaring tak berdaya. Edward, dokter pribadi Garvin baru saja memeriksa Amara dan tidak menemukan hal yang mengkhawatirkan. Garvin bernapas lega, dia tidak mau Kara terluka. Kara

    Last Updated : 2021-06-18
  • Bayangan Cinta   Garvin mulai bertindak

    Keesokan harinya Kara berangkat ke kantor lebih awal, dia memilih menggunakan ojek online. Pemandangan yang tidak biasa untuk penghuni Paradise Place menggunakan ojek online, Terlebih dalam balutan pakaian kerja. Tentu saja Kara harus berhemat karena jarak Paradise Place cukup lumayan jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki. "Shit, dia memiliki pria lain lagi Leonard!" Leonard mengusap wajahnya ingin memaki, "Dia menggunakan ojek online, pak. Perhatikan jaket dan tulisan besar di jaket tersebut!" sebuah makian yang hanya sanggup keluar dalam benak. "Itu... ojek online, Pak," sahut Leonard sebelum Garvin menyuruhnya memberi perintah untuk menjauhkan pria tersebut dari Kara. "Atur penjemputan untuk Kara, besok!" "Maaf... apakah tidak terlalu mencolok bagi seorang karyawan baru, pak?" Garvin menatap sangar Leonard, membuat pria berkulit putih itu harus memutar otak mencari alasan, "lebih baik menggunakan jemputan komersil yang bisa di bay

    Last Updated : 2021-06-24
  • Bayangan Cinta   Tawaran Gavin

    "Mendiang istrimu?" Kara menatap Garvin, dia menuntut lebih dari sekedar jawaban kali ini. Garvin pernah bersumpah di depan makam Amara untuk menutup rapat hatinya, namun ketika melihat Kara. Dorongan untuk memilikinya merenggut setiap waktu dalam kesehariannya, dia tersiksa ketika gadis itu bersama pria lain. Keinginan itu semakin mencuat ketika Kara berada dalam apartemen bersama Arjuna. Kini dia harus mengambil keputusan, Garvin akan menikahi Kara. Dalam hatinya dia tidak melanggar sumpah tapi 'membangkitkan' Amara dalam diri Kara. Cintanya yang tak pernah pergi dalam hidup Prabu Garvin. "Ya, dia mirip sekali denganmu Kara," tangan Garvin terulur memegang dagu Kara, membelai dengan punggung tangan. Refleks Kara mundur, instingnya merasakan ada sesuatu berbeda yang di rasakan Garvin. Ruangan tempat Kara berada saat ini dalam suhu normal, tapi gadis itu bergidik merasakan ketakutan samar yang belum mampu dijelaskan. Bagaimana pun melihat orang lain y

    Last Updated : 2021-06-24
  • Bayangan Cinta   I won the Jackpot

    "I won the jackpot." teriak Kara sekuat tenaga. Lamaran atau tawaran yang sebenarnya disampaikan Garvin tak menjadi soal bagi Kara. Bahkan tanpa cincin pengikat, Kara tak perduli. Detik berikutnya, dia melompat kegirangan di atas ranjang dalam kamarnya yang bernuansa modern di apartemen Paradise Place. Seperti menemukan Oase bagi pengembara yang telah di dera haus berjam-jam, perasaan Kara saat ini. 26 tahun hidup dalam serba kekurangan, hari ini deretan nol di belakang angka tertera di saldo rekening Kara. Tubuhnya bergetar karena serangan bahagia, perasaan ini tak pernah hadir sebelumnya. Aroma uang terasa menggelitik hidungnya, aku rasa sekarang terkena serangan panik. Aku tak sabar, tak sabar ingin menghamburkan uang. Berbelanja tanpa melihat price tag, selamat tinggal flash sale, diskon, apalah itu. Sekarang dia merasa asing dengan kata-kata yang dulu bagai kata keramat bagi dirinya. Selanjutnya Kara menyambar pouch makeupnya, "apakah Garv

    Last Updated : 2021-06-28
  • Bayangan Cinta   Keluarga Garvin

    "Apa? bertemu dengan orangtuamu?" mata Kara membulat. Detak jantungnya berpacu secepat kuda balapan. aduh, aku harus bersikap seperti apa? ah sudahlah, pernikahan selain mendatangkan suami maka sepaket dengan mertuanya. Semoga kali ini dia normal tidak sama dengan mertua Bastian. "Malam ini, aku akan menjemputmu pukul tujuh malam" bisik mesra Garvin di telinga Kara. Hembusan hangat dan wangi aroma Garvin membuat gadis itu merinding, dia menjulurkan kepala melihat meja Laura tapi si belut listrik tidak ada. Kara khawatir ada Laura atau Leonard yang mempergoki mereka berdua di kantor "Iya, pak," "Jangan panggil 'pak' jika kita hanya berdua, Amara biasa memanggil sayang atau honey," "Baik, sayang," jawab Kara. Panggilan sayang tanpa makna, dia tidak merasakan apapun selain suara yang berputar di kepalanya.Aku akan melakukan apa pun yang kamu minta, Jika itu syarat menjadi kaya. Selamat tinggal hidup serba kekurangan yang

    Last Updated : 2021-07-02
  • Bayangan Cinta   Kara atau Amara

    Sore hari di kafe Black and White, kafe kasual dengan nuansa hitam putih laksana bidak catur. Membuat pengunjung serupa pion yang siap digerakkan oleh pemainnya. Di sanalah selepas pulang kantor, Kara dan Feli duduk berhadapan dengan secangkir kopi dalam genggaman jari-jari lentik mereka. "Jadi kamu akan resign?" tanya Feli, dia mendekatkan wajahnya ke arah Kara. Seakan ada yang akan menguping pembicaraan mereka, "apakah kamu menemukan tempat menarik dibandingkan Paraduta Group?" "Bisa dikatakan ya tapi bisa juga tidak, aku ha-nya. Ada hal yang menarik membuat ku memutuskan mengajukan resign," Kara teringat ucapan Garvin, dia tidak boleh menceritakan pada siapapun. "Kamu tidak mempercayai ku?" Feli menyesap kopi perlahan, menikmati setiap tegukan yang mengalir di tenggorokan. Intuisi dirinya mengatakan Kara menyimpan rahasia, rasa penasaran dalam dirinya meluap menginginkan sebuah jawaban. Di sisi lain dia sadar Kara mempunyai hak untuk tidak berbagi.

    Last Updated : 2021-07-03
  • Bayangan Cinta   Tiga Wajah

    “The Japanese say you have three faces. The first face, you show to the world. The second face, you show to your close friends, and your family. The third face, you never show anyone. It is the truest reflection of who you are.”Kara menggumam pepatah tersebut dalam hatinya, menancapkan dalam pikiran, Mengulang dalam benak. Mengalirkan dalam aliran darahnya, memastikan akan menjadi denyut nadi dalam hidupnya, tiga wajah dalam kehidupan.Seorang wanita yang sepanjang hidupnya serba kekurangan, sekarang mengenggam kesempatan menjadi kaya dalam sekejap. Dia hanya perlu menggunakan 'topeng', maka kekayaan akan menyentuh dirinya. Menanggalkan jubah kemiskinan yang menyelimuti dirinya selama ini."Aku begitu merindukanmu," Garvin memegang wajah Kara dengan kedua tangannya. Netra coklat gelap itu memandang Kara dengan rasa rindu tak terbendung, meluap menutupi logika yang ada. Menciptakan bayangan cinta yang membutak

    Last Updated : 2021-07-04

Latest chapter

  • Bayangan Cinta   Undangan untuk mantan mertua

    Kara memandang kediaman mendiang Bastian. Ia tak menyangka akan kembali lagi ke sini. Bayangan masa lalu menghampiri kala diperlakukan bagai pembantu oleh keluarga suami pertamanya. Ibu mertua yang kerap menghina habis-habisan terlihat sedang menyapu teras rumah. Gerakan terhenti saat mobil Reinhard berhenti di depan pintu pagar rumah. "Parkir di sini saja, Sayang, kita hanya mengantarkan undangan untuk mantan mertuaku dulu," kata Kara yang diamini Reinhard yang memang tak berniat berlama-lama, tak ada kenangan yang menyenangkan bagi Kara di kediaman dengan cat yang mulai kusam.Reinhard turun pertama kali, tubuh tegap menjulang terlihat dari pagar sebatas pinggang, lantas ia membuka pintu mobil untuk Kara. Leher ibu Bastian memanjang melihat ke arah tamu yang datang, bola matanya nyaris keluar ketika melihat kedatangan mantan menantu dan calon suaminya, pria kaya yang terkenal di media. Gigi wanita itu gemertak menahan marah. Tangan ibu Bastian mengenggam sapu kuat, kebencian mengua

  • Bayangan Cinta   Di belakang layar

    Reinhard memasang kancing lengan kemejanya. Tersenyum sendiri di depan cermin. Sebentar lagi dia tidak sendirian di pagi hari. Ada seorang istri yang akan menemani. Tergiang kembali kalimat yang keluar dari bibir Kara malam tadi, ketika mereka dalam perjalanan pulang.“Rein. Kamu malu tidak menjadi suamiku?”“Kenapa harus malu?”“Aku dua kali menjanda. Kasus terakhir bahkan berapa bulan bertengger menjadi headlines media. Selain itu orang-orang masih menganggap kamu sahabat Garvin. Belum lagi gosip yang meluas.”“Hidupku tidak disetir pendapat orang lain, Kara. Secara garis besar tidak mempengaruhi kehidupan keluarga kami.”Reinhard tahu Kara tidak mempercayai sepenuhnya. Memang Reinhard mengakui ada benar kekhawatiran sang calon istri, hanya saja Reinhard dan Jemmi sudah menganalisa secara bisnis. Tidak terlalu signifikan masalah yang timbul karena urusan pribadi.Selain memperkirakan pengaruh

  • Bayangan Cinta   Persiapan penikahan

    Gosip tentang rencana pernikahan Kara dan Reinhard meluas. Pernikahan ketiga dirinya dengan bujangan sekaligus pengusaha sukses. Menjadi pembicaraan tanpa henti di kalangan banyak orang.Kara bukannya tidak tahu ketika nada-nada sumbang terdengar. Janda tanpa anak dengan dua kali kegagalan pernikahan. Begitu seksi untuk dibicarakan para wanita yang iri karena bukan mereka pendamping Reinhard. Bumbu mengenai pernikahan yang dijalankan juga menambah panas gosip. Termasuk juga kekerasan dalam rumah tangga yang dijalani.Entah darimana mereka mengetahui cerita, yang bisa Kara lakukan menggunakan kedua tangannya menutup telinga. Atau mencurahkan isi hati pada Feli ketika kekesalan mulai merambah. Seperti ketika dia membaca status di sosial media mantan iparnya, saudari Bastian.[Dua kali gagal di pernikahan dengan kasus sama. Alasan si K karena suami ringan tangan. Aduh harusnya ngaca ya, kalau sampai ke dua kali. Belum lagi tidak punya anak. Jangan-jangan dia yang m

  • Bayangan Cinta   Pertemuan dengan Carolina

    Carol mengamati Kara seksama. Sebagai wanita, dia pun mengakui Kara memang cantik. Namun dalam penilaian Carol bukan itu poin pentingnya. Kara memiliki aura berbeda dengan kebanyakan wanita cantik.Dia mempunyai kemampuan membuat orang menyediakan waktu menoleh untuk mengagumi. Sudah terbukti juga dalam hidupnya Kara mendapatkan lelaki yang secara sosial jauh diatasnya. Meski harus diakui mereka juga menghancurkan hidup Kara.Begitulah alam bekerja, terkadang ada keistimewaan diri yang membuat hidup individu lebih mudah. Entah kekayaan, keberuntungan, kecerdasan atau kecantikan. Dalam hal ini Carol menganggap Kara beruntung memiliki wajah rupawan. Mirip dengan Amanda dalam aura berbeda.Mengenai nasib pernikahan Kara sendiri. Carol tak memahami sepenuhnya. Hanya saja dia mengambil kesimpulan. Kara menilai pasangan bukan dari kepribadian. Dia mengantungkan finansial pada pendamping hidupnya. Bisa jadi itulah ihwal masalah yang dibuat Kara. Butuh dua kali untuk Ka

  • Bayangan Cinta   Semua mulai membaik

    Udara sejuk masih enggan beranjak. Berpadu matahari yang mulai menghangat. Di beranda teras sepasang suami istri dalam usia senjanya menatap ke jalanan.Mereka baru saja mendapatkan kabar mengenai keluarga calon suami putrinya. Anak pertama kebanggaan dalam keluarga.Di pundak perempuan itu harapan semua anggota keluarga berada. Bukan maksud mereka menempatkan Kara turut bertanggung jawab. Kadang keadaan memaksa seorang gadis belia berinisiatif membantu."Pak, Ibu harap kali ini suami Kara berbeda dengan Bastian dan Garvin.""Bapak juga berpikir sama, Bu. Dua kali gagal semoga kali ini yang terakhir.""Keluarga dan tetangga terus menerus membicarakan Kara. Kesal Ibu, Pak.""Sudah

  • Bayangan Cinta   Makan malam keluarga

    Sorot mata Feli berkilauan. Dia tertular kebahagiaan mendengar kabar dari Kara. Sahabatnya sekarang menjalin hubungan dengan Reinhard. Artinya Kara telah berani melangkah keluar dari masa lalu dan Reinahard tak akan merongrong Feli lagi.“Wow, selamat Kara. Aku turut senang mendengar kabar ini. Selera Reinhard memang bagus. Berlian hitamnya persis dengan warna matamu.”“Seperti itulah yang dia katakan.”“Melihat proses perjalanan kalian mencapai sekarang. Kurasa tak lama lagi kabar gembira akan didengar.”Kara meletakkan cangkir kopi di meja. Dia dan Feli sedang duduk di balkon rumah Kara. Area yang di desain asri dengan penempatan pot tanaman, ayunan gantung serta rumput sintetis menutupi lantai.Dia tahu pertanyaan Feli merujuk pada jenjang lebih serius, pernikahan. Dua hal yang pernah gagal dalam hidup Kara. Meski dia menerima Reinhard, Kara masih merasakan kegamangan di hati.Apabila menikah dengan Rei

  • Bayangan Cinta   Semua sudah usai, Garvin

    Pendingin udara gagal mengatasi aura panas di ruangan. Dua orang yang pernah sepakat menjalani komitmen saling tatap. Tidak seorang pun memulai percakapan. Ada riak keterkejutan di mata lelaki melihat lawannya tidak memalingkan wajah seperti biasa.Sudut mulut Garvin terangkat. Di luar dugaan Kara berani membalasnya. Sorot mata mantan istrinya jauh lebih tegas dari terakhir mereka bertemu. Garvin tahu dia harus menggunakan muslihat lain."Kara, aku paham kalau kamu membenciku atau mungkin tidak mau bertemu lagi."Deheman Kara lebih awal menjawab. "Diluar dugaan kamu menebak dengan baik apa yang kurasakan. Meski begitu aku akan meralat untuk bagian 'membencimu' ....""Jadi kamu tidak membenciku?" Sambar Garvin memotong pembicaraan."Benar semua kebencianku sudah hilang. Bagiku benci sama dengan toksin dan aku tidak tertarik menyimpannya.""Benar Kara ... kamu benar." Mata Garvin berkilat senang. Dia menatap liar wanita di hadapannya. Lebih be

  • Bayangan Cinta   Dia datang

    “Tunggu … Papa rasanya pernah mendengar nama ‘Kara Garvita.” Pria dengan guratan ketampanan masa muda yang masih tersirat memejamkan mata. Menggali ingatan mendengar nama keluar dari mulut putranya.“Kara yang itu. Mantan istri Garvin Paraduta Group?” Lanjutnya setelah teringat pemberitaan yang ramai berapa bulan lalu. Aku semakin lekas lupa karena tua, batinnya dalam hati.“Benar, Papa. Dia lah pilihan putra tampanmu.”“Wajahnya mengingatkan pada Amanda.”“Papa berpikir karena itulah aku menaruh hati pada Kara?”“Coba katakan berapa alasan yang membuat Papa akan berubah pikiran.”Reinhard mencondongkan tubuh ke arah Jemmy, Papanya. Sejenak otak Reinhard berpikir memilah informasi yang akan diberikan.“Pertama iya pada awalnya karena kemiripan wajah dan keinginan melindungi. Papa tahu aku mencintai Amanda. Sempat terpuruk ketika dia meninggalkan

  • Bayangan Cinta   Jawaban untuk Reinhard

    Reinhard mencoba membaca mimik Kara. Dia sudah terlatih memperhatikan perubahan setiap gerakan wajah. Hal tersebut memberinya gambaran perasaan lawan bisnis, kolega atau orang-orang terkait hubungan dengan dirinya.Dalam hal ini Reinhard hampir selalu bisa memperkirakan kepribadian orang lain. Membuatnya dapat menentukan sikap memperlakukan mereka. Hanya segelintir orang yang melesat atau tak bisa dia tebak, dan Kara merupakan segelintir orang tersebut.Jemari lentik Kara mengambil kotak cincin di atas meja. Menimang dengan senyuman menawan. Semua gerakannya dalam pengawasan Reinhard. Detak jantung pria itu berkali lipat lebih kencang. Mengalahkan kecepatan ketika maratahon.“Aku akan menyimpan cincin pemberianmu dan menggunakan setelah siap. Kamu tidak keberatan, kan?”“Ti-dak Kara … aku akan menunggu.”Kara menarik napas dalam. Meraih pouch hitam miliknya lalu menyimpan cincin berlian hitam. Dia memperlakukan dengan

DMCA.com Protection Status