Sambil menunggu update bab terbaru. Bisa baca juga cerita saya yang lainnya. 1 . Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya (tamat) 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku (tamat) 3. Maaf, Aku Pantang Cerai (tamat)
"Kau juga sama masih menyukai jenis cerita cengeng begitu."Kami tertawa menginggat hobbi yang sedikit aneh. Usia sudah tua tapi menyukai komik kartun.Aku tak sadar telah memakan banyak waktu berada di toko buku. Apalagi saat bertemu dengan gara seolah kembali ke masa sekolah dulu, hal itu membuatku tak melihat mas Malik ternyata datang kembali."Mas Malik!"Aku berteriak memanggil karena tampak dia memutar tubuh hendak pergi. Anehnya dia seolah tak mendengar suaraku, sedangkan di sekitar terlihat orang menatap seolah terganggu dengan suaraku."Ini toko buku bukan perpustakaan kenapa harus terganggu."Aku menatap orang-orang yang kembali mencari buku kesukaan mereka. Sedangkan mas Malik sudah menghilang dari pandangan.Dia kenapa tidak menyapa jika memang datang menjemput? Pria aneh dia bahkan pergi tanpa bicara dulu."Apa kau dan dia sudah jadian, Ris? Kalau memang sudah berarti dia cemburu."Kenapa harus cemburu apalagi dengan Sagara teman sekolahku. Apa dia tak bisa berpikir kalau
Plak ...."Masih bisa kau bercanda di saat seperti ini bikin malu. Di luar sana dua orang pria datang bersama keluarganya, Risma."Duar....Aku terkejut mendengarnya tapi masih bisa tertawa, pasti ibu ingin membuat kejutan karena bulan ini ulang tahunku, tapi masih seminggu lagi apa mungkin ibu lupa."Jangan tertawa kau lihat saja di bawah ada Malik dan Sagara. Mereka datang membawa keluarga masing-masing dengan banyak buah tangan."Aku bergegas keluar daripada penasaran, tapi sebelum membuka pintu ibu menarik tanganku kasar."Apa kau mau keluar seperti itu? Cepat ganti baju terus dandan sedikit."Aku baru sadar dan melihat di cermin sungguh penampilan yang mengerikan. Kalau benar ada lamaran, bisa di pastikan mereka semua akan kabur setelah melihatku.Apa benar mereka datang buat melamar tapi tak ada pembicaraan apapun. Dania juga tak berkata apapun soal ini, kenapa juga bisa bersamaan begini."Cepat keluar kau sudah terlalu lama di dalam, Ris. Mereka sudah lama menunggu di bawah."Ib
Hampir dua bulan sejak kejadian dua lamaran itu. Risma sudah menjalani kehidupan normalnya, Malik masih sering menjemput meski tak sesering dulu."Jangan merasa tak enak hati, anggaplah kita berteman dulu."Itu ucapan Malik ketika melihat Risma yang sedikit tak enak hati karena sudah menolak pria itu."Aku tak menyangka kau bisa menolak kedua pria sekaligus, Ris. Maaf karena saat itu membuatmu serba salah, aku terkejut sekaligus malu karena mengira kau juga menyukai Sagara daripada Malik."Dania juga sudah menemui Risma. Setelah malam itu dia pulang meninggalkan banyak tanda tanya kepada sahabatnya."Aku memang menyukai Sagara tapi bukan sebagai kekasih, hanya menganggapnya sahabat saja."Risma akhirnya menjelaskan perasaannya kepada Sagara, agar Dania tak lagi salah paham kepadanya. Sehingga hubungan mereka tak lagi merengang seperti hari itu."Lalu bagaimana perasaanmu kepada Malik? Apa tak ada kesempatan untuknya mengisi hatimu mengantikan Bayu?" tanya Dania"Tak ada, dia akan tetap
"Risma keluarlah, di bawah Malik menunggu. Mau sampai kapan kau berada di rumah dan menolak bertemu dengannya?"Risma menarik napas dan menatap ibunya. Kenapa wanita itu tak mengerti kalau dia masih malu, dengan kejadian beberapa hari yang lalu di restoran."Bu, tolong minta mas Malik pulang, saat ini aku belum siap bertemu dia."Risma berkata pelan seolah memohon agar ibunya mengerti. Tapi tampaknya wanita itu tak mau mengerti ucapan anaknya."Ibu sudah tak habis pikir denganmu. Pria sebaik Malik kau tolak, apa mau kembali dengan Bayu lagi?""Idih amit-amit jabang bayi, aku tak sudi."Risma mengetuk kepalanya lalu mengetuk meja, yang terbuat dari kayu sebagai tanda buang sial."Kalau begitu cepat terima Malik, ibu yakin dia terbaik untukmu."Risma menarik rambutnya kali ini dia kesal. Ibunya masih saja berkeras menjodohkan dia dengan Malik."Tolong jangan terus memaksa, Bu. Mas Malik bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih baik, bukannya janda sepertiku yang punya banyak masalah denga
Risma tak bisa mengorbankan banyak orang untuk mempertahankan keputusannya. Dia memilih untuk menerima lamaran Malik, pria itu yang masih bertahan dengan perasaan sedangkan Sagara sudah menghilang sejak dia menolak lamarannya."Kau benar-benar yakin dengan keputusanmu, Ris? Bapak tidak mau kau menerima Malik karena merasa tertekan dengan permintaan kami."Risma mengangguk walau dia belum sepenuhnya yakin, tapi dia tau Malik pasti akan menunggu agar dia bisa menata hati untuk menerimanya sebagai suami."Baiklah kalau begitu nanti ibu minta Malik datang ke rumah dan mengatakan keputusanmu.""Biar Risma saja, Bu. Ada hal lain yang harus kami bicarakan."Risma memberitahu ibunya dia harus bicara dengan Malik terlebih dahulu, sebelum mengatakan kalau dia menerima pria itu."Mau bicara apa lagi, Ris?""Bu, biarkan mereka bicara agar tak ada penyesalan di kemudian hari."Bapak Risma memberitahu agar ibunya tak ikut campur lagi. Dia tau anaknya masih dilema dengan keputusan yang hendak dia amb
"Tidak, Risma tetap akan menjadi milikku. Kau tak bisa memaksanya untuk menikah denganmu."Bayu berdiri dan berusaha memeluk mantan istrinya. Semua orang terkejut, namun lebih terkejut dengan apa yang di lakukan Risma.Plak ....plak ....Dua kali wanita itu menampar mantan suaminya. Dia sudah berusaha sabar tapi Bayu terus memaksanya."Aku sudah tak bisa bersabar lagi, Mas. Kalian terus mengusik ketenangan kami. Coba sadar kita sudah bercerai, kau juga punya dua istri untuk apa lagi mengejarku."Risma menangis dia sudah tak bisa mengendalikan dirinya. Sedangkan Bayu hanya mematung seperti orang bodoh, tak berniat untuk pergi meski tau dia tak di inginkan berada di tempat itu lagi."Pergilah dan jangan pernah kembali lagi. Biarkan aku bahagia bersama orang lain, kami akan menikah jadi tolong lupakan niat rujukmu itu."Risma berdiri di samping Malik, kali ini dia sudah pasti dengan pilihannya. Malik juga sudah tau apa yang dia takutkan selama ini, jadi tak ada rahasia lagi di antara mere
"Risma, keluar kau dasar kurang ajar. Masih belum puas menghancurkan Bayu, sekarang mau mengusik menantuku."Risma dan orang tuanya keluar setelah mendengar teriakan Bu Gendis. Kali ini entah dia salah apa lagi, sehingga mantan mertuanya tampak kalap begitu."Ada apa lagi, Bu. Tak bisakah datang ke rumah orang itu mengucap salam, tak perlu teriak seperti di hutan."Risma berkata pelan, berharap Bu Gendis tenang, ternyata wanita itu semakin emosi begitu mendengar ucapannya."Tutup mulutmu, Risma. Apa yang kau lakukan kepada Astri? Sampai dia berniat bunuh diri?"Risma terkejut mendengar ucapan Bu Gendis. Apa benar Astri berniat bunuh diri, dia kenal baik perempuan itu jadi tak mungkin bunuh diri pasti hanya mengertak saja."Baru mau bunuh diri kan, Bu? Kalau sudah mati kabari ya, biar kami ikut mengantar ke kuburnya."Risma tersenyum meski orang tuanya tampak gelisah di sampingnya. Mereka takut kalau ucapan Bu gendis itu benar."Begini rupanya kalian mendidik anak sehingga tak punya sop
Bapak Risma membawa Bayu menuju meja prasmanan dan menemaninya makan. di tempat lain Bu Gendis dan kedua menantunya tampak makan dengan rakus."Bu silahkan tambah lagi kalau masih kurang. Sebelum pulang kami sudah menyiapkan untuk Astri dan anak-anaknya."Bu Gendis mengikuti arah yang di tunjuk mantan besannya. Dia tampak senang melihat dua set rantang ukuran besar, begitu juga dengan kedua menantunya."Ibu tak menyangka semua berjalan dengan damai, tanpa ganguan dari Bayu dan keluarganya."Mereka merasa bahagia karena pernikahan Risma dan Malik selesai dengan sempurna. Meski sempat terganggu dengan kedatangan Bayu dan keluarganya, tapi itu bukan gangguan yang besar.Dengan sogokan dua set rantang ukuran besar, Bu Gendis bisa membawa pulang anaknya dengan damai tanpa paksaan."Tapi bapak merasa akan ada sesuatu yang terjadi, Bu. Semoga itu tak menggoyahkan pernikahan Risma dan Malik."Bapak Risma menatap anak dan menantunya, yang duduk menemani teman-teman mereka yang datang malam hari
Ekstra Part 14."Aku tidak menyangka sama sekali. Niat mereka begitu kejam, tapi aku masih tak habis pikir, kenapa harus aku yang mereka pilih?"Malik membelai perut sang istri. Dia mengira perut wanita itu keram seperti biasa, karena melihat Risma terus mengusap perutnya.Plak ..."Jauhkan tanganmu, aku kekenyangan, kau sibuk ikut mengelus perutku."Risma memukul tangan Malik. Memikirkan Sarah sudah membuatnya kesal, sekarang tanpa dosa suaminya membelai perutnya yang mulai membuncit, bukan hanya karena ada bayi tapi juga karena makanan yang mertuanya masak. Risma benar-benar kekenyangan."Tidak apa, Yank. Kan ada anak kita di dalam sini. Meski gemuk kau tetap cantik."Malik tersenyum ke arah sang istri. Dia mengira sudah membuat wanita itu senang, siapa sangka reaksi Risma justru mengerikan."Aku belum gemuk saja kau sudah dekat-dekat dengan Sarah. Aku tak tau saat perut ini besar nanti, wanita mana lagi yang kau dekati!"Risma semakin kesal setelah mendengar ucapan Malik. Pria itu t
Plak ...."Dasar perempuan tak berotak, aku sudah memberimu banyak bantuan, Gendis. Dari anak-anakmu masih hidup hingga mereka semua mati, aku membantumu tapi apa yang kau lakukan? Mengoda suamiku dan membuat lumpuh mertuaku."Indah membabi buta saat menghajar Bu Gendis. Wanita itu hanya diam saat mendapatkan perlakuan kasar itu, karena di sana banyak orang-orang Indah.Keadaannya sudah sangat menyedihkan tapi Indah masih belum puas. Bu Gendis mengepalkan tangan saat melihat Risma duduk menikmati sepiring siomay. Mantan menantunya itu memanggil penjual siomay keliling, untuk berhenti di depan rumah kontrakannya.Keramaian di rumahnya pasti ulah Risma. Dia tak menyangka mantan menantumu mengetahui tempat tinggalnya, sedangkan rencananya dengan Sarah belum berhasil."Yank, apa ini tidak terlalu kejam? Lihat dia sudah terluka seperti itu, kasihan."Malik meraih sendok di tangan istrinya lalu ikut makan siomay dengan santai. Dia tak perduli meski sang istri melotot ke arahnya."Pria yang m
"Silakan duduk Nina Sarah. Ada apa datang kemari?"Risma tersenyum saat melihat Sarah masuk ke ruangannya. Ruangan tempat dia bekerja di butiknya, ruangan yang sudah dua tahun ini dia tempati."Aku datang karena mas Malik yang minta. Dia tak ingin terjadi keributan makanya memintaku bicara denganmu."Risma menegakkan punggungnya saat mendengar ucapan Sarah. Dia tak menyangka, wanita ini bilang di minta Malik untuk bicara dengannya."Bicara soal apa? Aku rasa tak ada yang perlu kita bicarakan. Apalagi soal yang berhubungan denganmu dan suamiku," ucap Risma."Baguslah kalau kau sadar. Aku hanya ingin kau tau, kalau hubunganku dengan Malik sudah sangat mendalam. Kami bahkan sudah tidur bersama, saat kau kedinginan di mobil malam itu. Aku dan Malik justru berada di atas ranjang yang membara."Risma menatap ke arah Sarah. Dia tak menyangka wanita elegan ini ternyata murahan juga, dia jadi ingin tau kedok wanita ini."Bagus dong kalau begitu. Sekarang kau hanya perlu mengikatnya dalam ikatan
"Angkat Mas."Risma memohon agar Malik mengangkat panggilannya. Saat ini perutnya terasa sakit luar biasa, namun sayang Malik tak mengangkat panggilannya. Sedangkan posisi pria itu paling dekat, karena saat ini dia berada tak jauh dari kantor suaminya."Taksi!"Risma terpaksa memanggil taksi untuk membawanya ke rumah sakit. Rasa nyeri di perutnya membuatnya takut luar biasa, dia takut terjadi sesuatu pada kandungannya."Rumah sakit Permata Bunda, Pak. Tolong lebih cepat."Risma memohon pada supir taksi itu. Melihat raut wajah penumpangnya yang kesakitan, sopir itu segera paham jadi dia segera melaju menuju rumah sakit tujuan Risma."Tunggu sebentar Mbak saya panggilkan perawat."Begitu sampai rumah sakit, sopir itu segera memanggil perawat untuk membantu penumpangnya. Risma berterima kasih lalu membayar ongkosnya, kemudian dia meminta perawat untuk membawanya ke dokter kandungan.Saat itulah dia bertemu dengan Malik yang sedang memapah Sarah. Sepertinya wanita itu juga sedang sakit, de
"Benar ada yang aneh, Mbak."Putri meraih potongan apel di meja. Meski mulutnya mengunyah tapi matanya tampak kosong, dia dan Risma seperti sedang berpikir.Malik yang berdiri di kejauhan merasa heran, saat melihat kedua wanita itu tak bicara atau pun bergerak. Penasaran membuatnya mendekat lalu mencium kening Risma, membuat wanita itu terkejut karena tak menyadari kedatangan suaminya."Apaan sih?"Risma mengusap keningnya lalu kembali mengunyah potongan buah di piring. Dia tak memperdulikan Malik yang duduk di depannya, dia justru asik menatap adik iparnya yang terdiam sejak kedatangan Malik."Aku rasa memang ada yang aneh. Aku harap kita bisa dapatkan petunjuk, Put. Nanti kita lihat lagi, siapa tau ada sesuatu yang terlepas dari pandangan kita."Risma menyerahkan piring berisi buah. Dia dan adik iparnya memang suka makan buah, mereka bilang untuk membantu diet. Walau hasilnya melihat nasi di embat juga."Yank."Risma melirik sekilas ke arah Malik. Membuat pria itu mengerucutkan bibir
"Sayang, syukurlah kau pulang."Malik berlari menyambut kepulangan istrinya. Beberapa jam mereka kebingungan, karena Risma menghilang tanpa kabar. Ponselnya mati hingga tak bisa di hubungi."Jangan mendekat, Mas. Tolong menjauh lah, aku belum mandi dan belum mencuci muka."Risma menolak Malik ketika pria itu hendak memeluknya. Matanya melirik Sarah yang berdiri di belakang suaminya, dia bisa menebak kalau wanita itu selalu bersama Malik saat dia menghilang."Maaf, mobil Risma mogok di jalan semalam. Apalagi hujan lebat jadi aku tidur di mobil, tak ada yang bisa membantu apalagi ponselku kehabisan baterai. Kalian bisa sarapan duluan, aku mau mandi baru tidur sebentar."Risma langsung pergi meninggalkan kedua orangtuanya. Untunglah mereka ada sehingga bisa menjaga anaknya saat dia tak pulang."Yank.""Tolong tinggalkan aku, Mas."Risma menutup pintu sebelum Malik bisa masuk ke kamar. Dia tak mau ribut sehingga membuat orangtuanya bingung, meski dia kesal tapi masih mencoba tenang."Sayan
Ekstra Part 8"Jadi Mas tak jadi ikut ke rumah Tante Indah dan Om Sean? Mereka sudah jauh hari mengundang kita, apa tak bisa walau datang sebentar saja?"Risma menatap Malik yang tengah mengancingkan bajunya. Pria itu tadi bilang, kalau ada acara dengan Sarah dan rekan bisnisnya. "Mas, tak bisa datang, Yank. Pertemuan ini sangat penting untuk bisnis kita."Risma tak berkata apa-apa lagi, karena Malik sudah memutuskan untuk tidak memenuhi undangan Indah dan Sean."Kalau begitu bolehkan aku pergi ke rumah Tante Indah? Tak enak kalau tak datang."Sejak Indah dan Sean memutuskan untuk kembali bersama. Hubungan mereka dengan Risma juga membaik, mereka sudah menganggap mantan istri keponakannya sebagai keponakan sendiri."Boleh, tapi usahakan jangan pulang terlalu malam. Aku tak mau istri cantikku ini kelelahan, apalagi ada dedek bayi yang harus di jaga."Malik mencium perut sang istri. Yah, ulang tahun Risma mendapatkan hadiah luar biasa, dia benar-benar hamil anak kedua."Kalau begitu aku
"Mau apa lagi kau kemari? Sudah tak ada gunanya lagi, Ndis. Kau pembawa sial, kehancuran anak-anak mu seharusnya jadi pelajaran tapi aku buta oleh rayuanmu. Sekarang kesialanmu menjadi penyebab kehancuran ku."Sean menunduk dengan wajah sedih. Sudah dua minggu ini sang istri pergi bersama anak-anaknya, jiwanya kosong tapi keluarganya tak ada yang perduli lagi. Penghianatnya tak termaafkan lagi.Bu Gendis mengepalkan tangannya, saat mendengar ucapan Sean. Hatinya hancur saat pria itu menyebutnya pembawa sial."Jangan bilang hatimu sakit, saat Sean menyebutmu pembawa sial, Gendis. Ingatlah betapa sakit hati Risma, saat kau menyebutnya dengan kata yang sama."Ibu mertua Bu gendis berjalan tertatih mendekati anaknya. Hatinya sakit melihat anak bungsunya begitu menderita sejak istrinya pergi.Awalnya dia tak tau alasan sang menantu pergi, namun akhirnya dia tau perselingkuhan anak bungsunya dan menantu pertamanya. Meski marah tapi dia tak mampu berbuat apa-apa."Aku sudah banyak bertindak u
"Dasar wanita pembawa sial." Semua orang berpaling lalu menatap wanita yang berkata kasar itu.Risma terkejut melihat kedatangan wanita yang tak pernah dia duga sama sekali. Seperti biasa kedatangannya hanya membuat keributan.Plok ....Belum lagi sadar dari keterkejutan karena umpatan Bu Gendis. Risma harus kembali terkejut, saat melihat wajah mantan mertuanya penuh dengan kue ulang tahunnya."Makan itu biar mulutmu bisa bicara yanng baik-baik. Heran, setiap ketemu mulutmu itu tak pernah bisa berkata baik."Ibu Risma tersenyum puas, saat melihat mantan besannya kebingungan membersihkan wajahnya. Meski kasihan tapi tak ada yang membantu wanita itu.Byuur ...."Untuk menambah rasa manis setelah makan, kau juga harus merasakan minuman manis ini ."Lengkap sudah penderitaan Bu Gendis, setelah ibu Risma melempar kue ke wajahnya. Kini mertua Risma menambahkan segelas jus jeruk ke kepalanya."Lain kali jaga bicaramu, Gendis. Selama ini kami diam bukan takut padamu, tapi kami sudah muak melih