Sambil menunggu update bab terbaru. Bisa baca juga cerita saya yang lainnya. 1 . Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya (tamat) 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku (tamat) 3. Maaf, Aku Pantang Cerai (tamat)
Risma menatap suaminya dia masih cemburu atas hubungan Malik dan Nina sebelum ini. Siapa tau benih cinta itu belum benar-benar layu, bisa jadi akan kembali tumbuh di hati suaminya."Katakan, kalau kau sedang cemburu, Sayang."Malik tiba-tiba mencium bibir istrinya. Dia senang saat melihat wanita itu menatapnya marah, karena dia tahu wanita itu tengah cemburu."Cemburu? Tak sudi apalagi dengan perempuan seperti Nina."Risma segera keluar karena mobil Malik berhenti di depan rumah mereka. Wanita itu segera berlari saat suaminya mengejar, dia hampir menabrak bapaknya setelah membuka pintu dengan terburu-buru."Risma, ada apa kenapa seperti di kejar setan begitu? Ini rumah kenapa tak mengucap salam?"Risma mengucap salam lalu kembali berlari menuju ke kamarnya. Tak lama Malik masuk dengan santai dan mengucap salam dengan sopan, karena dia sudah mendengar istrinya di marahi oleh mertuanya.Risma mencibir saat melihat sikap suaminya yang tampak sempurna di depan bapaknya. Wanita itu segera m
Alisha dan Risma terkejut, mereka tak menyangka Mimi mengetahui semuanya, tapi tak membuka mulutnya saat di hakimi warga."Lalu kenapa kau diam saja, Mi. Mereka sampai hampir menghabisi kalian semua, Ibumu dan anak itu sampai dehidrasi dan kekurangan gizi. kau tetap diam saja.Risma tampak tak percaya dia hanya menatap Mimi yang seperti tak perduli, meski airmatanya tumpah begitu saja dari kelopak matanya."Akan lebih baik kami mati bersama. Daripada hanya bayi itu yang akan di buang hidup-hidup, Pria itu sudah menyiapkan kematian kami secara perlahan agar kau jauh lebih menderita."Mimi menunjuk ke arah Alisha membuat wanita itu terkejut. Sekejam itu suaminya hingga tega menyakiti anak tak berdosa."Aku percaya kepadamu, ikutlah saatnya membalas mereka semua. Kematian akan jauh lebih menyenangkan dari pembalasan dariku."Risma kembali merasa takut setiap melihat Alisha marah ada kemarahan yang mengerikan di matanya. 🌹🌹🌹🌹"Tolong aku, hanya kalian yang bisa membantu agar Alisha ta
"Dasar menantu kurang ajar, bukannya menjawab pertanyaan mertua, malah muntah melihat wajah ibumu, Malik."Malik tak berani menjawab daripada semakin ribut lebih baik diam dulu. Menunggu Risma selesai dengan urusan mualnya."Anak bodoh kurang ajar."Malik terkejut dia sampai nungging di sofa karena ditabrak oleh ibunya. Wanita itu bergegas mengejar Risma yang menunduk di wastafel."Kau tak apa-apa, Nak. Malik kurang ajar dia tak peka juga."Wanita itu kebingungan membuka tas mengambil minyak kayu putih dan sebuah benda yang masih berada di dalam tas. "Ambil ini dan tampung air kencingmu dan periksa."Wanita itu mendorong menantunya masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintunya. Tak lama Malik datang menghampiri, bersamaan dengan munculnya Risma dari dalam menyerahkan sebuah tespek."Biar lebih pasti kita kerumah sakit sekarang."Ibu Malik membimbing Risma kembali keluar menuju ke mobil, dia tak perduli dengan wajah kebingungan anak lelakinya. "Duduk di depan kalau mau ikut jangan b
"Selamat datang calon Ibu!"Teriakan itu terdengar dari dalam rumah, bersamaan dengan keluarnya adik dan papa Malik. Mereka berlari menuju ke arah Risma, namun sebelum sampai mereka sudah di hadang oleh mama mertuanya."Kenapa tidak menunggu Mama, kalau memang mau membuat acara penyambutan. kenapa harus berdua saja?"Mereka tak bisa menjawab pertanyaan. Putri dan papanya saling menatap lalu mundur dengan teratur. Kemudian mereka berlari menghindari serangan mama Malik."Sabar dulu, Ma. Kami tak tau kalau Risma hamil. tadi saat datang satpam bilang kalian kerumah sakit, kemudian Malik menghubungi papa dan bilang kalau kita mau punya cucu."Pria itu memegang dadanya sehingga membuat istrinya berhenti mengejar. Untungnya wanita itu segera sadar dan tak lagi berniat memukul anak dan suaminya."Lalu bunga sebanyak ini kapan kalian beli? Kalau memang tak ada rencana untuk mengadakan penyambutan."Mereka menatap bunga-bunga yang berada di halaman dan sebagian ada di dalam rumah. Tak lama kelu
Hati orang tua mana yang tak hancur melihat keadaan anak-anaknya yang menyedihkan. Ana mendekam di penjara, Bayu terpaksa menikahi wanita pilihan neneknya, meski masih ada Intan dan Rani. Sedangkan Nina yang malang baru sembuh dari koma, kini dia menjadi gila sejak mengalami pembegalan."Aku malu, Gendis. Anakmu yang kurang ajar itu harus gila. Berkali-kali aku beritahu agar dia berada di dalam rumah saja, tapi kau beri dia kebebasan yang akhirnya membuatnya jadi seperti ini."Bu Gendis tak menjawab dia hanya bisa terdiam, menyaksikan anaknya berlarian mengejar anak-anak yang mengejeknya. Menangis sudah tak bisa mengembalikan segalanya yang telah terjadi."Tak ada jalan lain kita hanya bisa membawanya ke rumah sakit jiwa. Nina butuh perawatan ekstra, tak mungkin Mbak Gendis mampu melakukan itu."Bu Gendis tak bisa menjawab dia hanya bisa patuh, dengan keputusan adik ipar dan ibu mertuanya. Dia tak akan mampu di usia ini merawat orang gila."Tapi kita butuh banyak biaya, Nak. Dia akan m
"Malik?"Bu Gendis terlihat gugup saat mertuanya menyebut nama Malik. Jangan sampai dia ingat siapa pria itu."Namanya orang gila dia pasti asal sebut, Bu. Udah biarkan saja dia di tangani oleh dokter di sini."Wanita itu mencoba mengalihkan perhatian mertuanya. Dia tak mau Malik akan membuat mertuanya murka dan menghentikan pengobatan untuk Nina."Nina jangan berlari nanti jatuh."Bu Gendis mengejar anaknya yang berlari seperti anak kecil. Nina yang lincah dan tak takut apapun kini terlihat begitu menyedihkan.Di bantu beberapa orang perawat, mereka mengejar Nina yang berlari memanggil Malik, yang sudah tak ada di depannya."Sudah gila, dia semakin membuat kita malu."Mereka masih berusaha mengejar tapi Nina seperti kesetanan, tak ada yang bisa mengejar gadis itu. Mereka merasa heran kenapa dia bisa lari secepat itu."Cepat kejar, jangan sampai dia menuju ke tangga!"Teriakan itu membuat Bu Gendis terkejut, dia hanya bisa melihat Nina menuju ke tangga yang di gunakan untuk memperbaiki
Setelah panggilan di tutup dia segera menghubungi keluarganya. Dia tak mampu bicara saat mendengar teriakan dari sebrang, begitu juga Bayu yang sepertinya merampas ponsel, karena tak sabar untuk mengetahui apa yang terjadi.(Pulang ke rumah Mbak Gendis dan bersiap menerima tubuh adik-adikmu.)Dia mematikan panggilan dan meminta bantuan seseorang, untuk memegangi kedua wanita yang pingsan di belakang. Dia tak perduli ketika ponselnya terus menyala pasti dari Bayu.Benar saja begitu sampai di rumah Bu Gendis semua orang sudah menunggu. Mereka terkejut sesaat setelah mengangkat tubuh Nina, kemudian datang ambulans mengantarkan tubuh Ana."Apa ...apa yang terjadi dengan mereka, Paman? Kenapa mereka meninggal semua?"Bayu seperti orang gila memeluk tubuh pamannya, yang terduduk lemah di depan tubuh kedua keponakkannya. Dia tak menyangka Ana dan Nina meninggal di waktu yang sama."Tidak ...!"Mereka terkejut saat dari kamar, Bu Gendis keluar dan melihat kedua anaknya terbujur kaku. Wanita it
"Selamat pagi, Bu Risma. Apa kabar pagi ini? Mari saya periksa dulu, semoga stabil dan bisa istirahat di rumah."Risma sebenarnya ingin segera pulang, tapi dia tak mau terjadi sesuatu dengan kandungannya. Jadi dia mengatakan kalau pinggangnya terasa pegal."Baik kita periksa dulu, saya harap Bu Risma tidak memikirkan masalah yang membuat stres. karena itu bisa menganggu kesehatan janin yang masih sangat rentan."Risma mengangguk begitu juga suaminya, mereka tak ingin terjadi sesuatu dengan kandungannya. Karena itu mereka tak mau mengingat kejadian yang menimpa Bu Gendis."Alhamdullilah semua sudah baik-baik saja. Nanti saya buatkan resep vitamin untuk penguat kandungan, siang ini sudah bisa pulang tapi istirahat yang banyak."Dokter menjauhkan tangannya karena sudah selesai memeriksa. Dia segera pamit keluar untuk membuatkan resep obat untuk Risma."Hai ...Risma apa kabar? Maaf aku baru tau kau masuk rumah sakit. Untung satpam memberitahu kau di rawat di sini."Risma tersenyum saat mel
Ekstra Part 14."Aku tidak menyangka sama sekali. Niat mereka begitu kejam, tapi aku masih tak habis pikir, kenapa harus aku yang mereka pilih?"Malik membelai perut sang istri. Dia mengira perut wanita itu keram seperti biasa, karena melihat Risma terus mengusap perutnya.Plak ..."Jauhkan tanganmu, aku kekenyangan, kau sibuk ikut mengelus perutku."Risma memukul tangan Malik. Memikirkan Sarah sudah membuatnya kesal, sekarang tanpa dosa suaminya membelai perutnya yang mulai membuncit, bukan hanya karena ada bayi tapi juga karena makanan yang mertuanya masak. Risma benar-benar kekenyangan."Tidak apa, Yank. Kan ada anak kita di dalam sini. Meski gemuk kau tetap cantik."Malik tersenyum ke arah sang istri. Dia mengira sudah membuat wanita itu senang, siapa sangka reaksi Risma justru mengerikan."Aku belum gemuk saja kau sudah dekat-dekat dengan Sarah. Aku tak tau saat perut ini besar nanti, wanita mana lagi yang kau dekati!"Risma semakin kesal setelah mendengar ucapan Malik. Pria itu t
Plak ...."Dasar perempuan tak berotak, aku sudah memberimu banyak bantuan, Gendis. Dari anak-anakmu masih hidup hingga mereka semua mati, aku membantumu tapi apa yang kau lakukan? Mengoda suamiku dan membuat lumpuh mertuaku."Indah membabi buta saat menghajar Bu Gendis. Wanita itu hanya diam saat mendapatkan perlakuan kasar itu, karena di sana banyak orang-orang Indah.Keadaannya sudah sangat menyedihkan tapi Indah masih belum puas. Bu Gendis mengepalkan tangan saat melihat Risma duduk menikmati sepiring siomay. Mantan menantunya itu memanggil penjual siomay keliling, untuk berhenti di depan rumah kontrakannya.Keramaian di rumahnya pasti ulah Risma. Dia tak menyangka mantan menantumu mengetahui tempat tinggalnya, sedangkan rencananya dengan Sarah belum berhasil."Yank, apa ini tidak terlalu kejam? Lihat dia sudah terluka seperti itu, kasihan."Malik meraih sendok di tangan istrinya lalu ikut makan siomay dengan santai. Dia tak perduli meski sang istri melotot ke arahnya."Pria yang m
"Silakan duduk Nina Sarah. Ada apa datang kemari?"Risma tersenyum saat melihat Sarah masuk ke ruangannya. Ruangan tempat dia bekerja di butiknya, ruangan yang sudah dua tahun ini dia tempati."Aku datang karena mas Malik yang minta. Dia tak ingin terjadi keributan makanya memintaku bicara denganmu."Risma menegakkan punggungnya saat mendengar ucapan Sarah. Dia tak menyangka, wanita ini bilang di minta Malik untuk bicara dengannya."Bicara soal apa? Aku rasa tak ada yang perlu kita bicarakan. Apalagi soal yang berhubungan denganmu dan suamiku," ucap Risma."Baguslah kalau kau sadar. Aku hanya ingin kau tau, kalau hubunganku dengan Malik sudah sangat mendalam. Kami bahkan sudah tidur bersama, saat kau kedinginan di mobil malam itu. Aku dan Malik justru berada di atas ranjang yang membara."Risma menatap ke arah Sarah. Dia tak menyangka wanita elegan ini ternyata murahan juga, dia jadi ingin tau kedok wanita ini."Bagus dong kalau begitu. Sekarang kau hanya perlu mengikatnya dalam ikatan
"Angkat Mas."Risma memohon agar Malik mengangkat panggilannya. Saat ini perutnya terasa sakit luar biasa, namun sayang Malik tak mengangkat panggilannya. Sedangkan posisi pria itu paling dekat, karena saat ini dia berada tak jauh dari kantor suaminya."Taksi!"Risma terpaksa memanggil taksi untuk membawanya ke rumah sakit. Rasa nyeri di perutnya membuatnya takut luar biasa, dia takut terjadi sesuatu pada kandungannya."Rumah sakit Permata Bunda, Pak. Tolong lebih cepat."Risma memohon pada supir taksi itu. Melihat raut wajah penumpangnya yang kesakitan, sopir itu segera paham jadi dia segera melaju menuju rumah sakit tujuan Risma."Tunggu sebentar Mbak saya panggilkan perawat."Begitu sampai rumah sakit, sopir itu segera memanggil perawat untuk membantu penumpangnya. Risma berterima kasih lalu membayar ongkosnya, kemudian dia meminta perawat untuk membawanya ke dokter kandungan.Saat itulah dia bertemu dengan Malik yang sedang memapah Sarah. Sepertinya wanita itu juga sedang sakit, de
"Benar ada yang aneh, Mbak."Putri meraih potongan apel di meja. Meski mulutnya mengunyah tapi matanya tampak kosong, dia dan Risma seperti sedang berpikir.Malik yang berdiri di kejauhan merasa heran, saat melihat kedua wanita itu tak bicara atau pun bergerak. Penasaran membuatnya mendekat lalu mencium kening Risma, membuat wanita itu terkejut karena tak menyadari kedatangan suaminya."Apaan sih?"Risma mengusap keningnya lalu kembali mengunyah potongan buah di piring. Dia tak memperdulikan Malik yang duduk di depannya, dia justru asik menatap adik iparnya yang terdiam sejak kedatangan Malik."Aku rasa memang ada yang aneh. Aku harap kita bisa dapatkan petunjuk, Put. Nanti kita lihat lagi, siapa tau ada sesuatu yang terlepas dari pandangan kita."Risma menyerahkan piring berisi buah. Dia dan adik iparnya memang suka makan buah, mereka bilang untuk membantu diet. Walau hasilnya melihat nasi di embat juga."Yank."Risma melirik sekilas ke arah Malik. Membuat pria itu mengerucutkan bibir
"Sayang, syukurlah kau pulang."Malik berlari menyambut kepulangan istrinya. Beberapa jam mereka kebingungan, karena Risma menghilang tanpa kabar. Ponselnya mati hingga tak bisa di hubungi."Jangan mendekat, Mas. Tolong menjauh lah, aku belum mandi dan belum mencuci muka."Risma menolak Malik ketika pria itu hendak memeluknya. Matanya melirik Sarah yang berdiri di belakang suaminya, dia bisa menebak kalau wanita itu selalu bersama Malik saat dia menghilang."Maaf, mobil Risma mogok di jalan semalam. Apalagi hujan lebat jadi aku tidur di mobil, tak ada yang bisa membantu apalagi ponselku kehabisan baterai. Kalian bisa sarapan duluan, aku mau mandi baru tidur sebentar."Risma langsung pergi meninggalkan kedua orangtuanya. Untunglah mereka ada sehingga bisa menjaga anaknya saat dia tak pulang."Yank.""Tolong tinggalkan aku, Mas."Risma menutup pintu sebelum Malik bisa masuk ke kamar. Dia tak mau ribut sehingga membuat orangtuanya bingung, meski dia kesal tapi masih mencoba tenang."Sayan
Ekstra Part 8"Jadi Mas tak jadi ikut ke rumah Tante Indah dan Om Sean? Mereka sudah jauh hari mengundang kita, apa tak bisa walau datang sebentar saja?"Risma menatap Malik yang tengah mengancingkan bajunya. Pria itu tadi bilang, kalau ada acara dengan Sarah dan rekan bisnisnya. "Mas, tak bisa datang, Yank. Pertemuan ini sangat penting untuk bisnis kita."Risma tak berkata apa-apa lagi, karena Malik sudah memutuskan untuk tidak memenuhi undangan Indah dan Sean."Kalau begitu bolehkan aku pergi ke rumah Tante Indah? Tak enak kalau tak datang."Sejak Indah dan Sean memutuskan untuk kembali bersama. Hubungan mereka dengan Risma juga membaik, mereka sudah menganggap mantan istri keponakannya sebagai keponakan sendiri."Boleh, tapi usahakan jangan pulang terlalu malam. Aku tak mau istri cantikku ini kelelahan, apalagi ada dedek bayi yang harus di jaga."Malik mencium perut sang istri. Yah, ulang tahun Risma mendapatkan hadiah luar biasa, dia benar-benar hamil anak kedua."Kalau begitu aku
"Mau apa lagi kau kemari? Sudah tak ada gunanya lagi, Ndis. Kau pembawa sial, kehancuran anak-anak mu seharusnya jadi pelajaran tapi aku buta oleh rayuanmu. Sekarang kesialanmu menjadi penyebab kehancuran ku."Sean menunduk dengan wajah sedih. Sudah dua minggu ini sang istri pergi bersama anak-anaknya, jiwanya kosong tapi keluarganya tak ada yang perduli lagi. Penghianatnya tak termaafkan lagi.Bu Gendis mengepalkan tangannya, saat mendengar ucapan Sean. Hatinya hancur saat pria itu menyebutnya pembawa sial."Jangan bilang hatimu sakit, saat Sean menyebutmu pembawa sial, Gendis. Ingatlah betapa sakit hati Risma, saat kau menyebutnya dengan kata yang sama."Ibu mertua Bu gendis berjalan tertatih mendekati anaknya. Hatinya sakit melihat anak bungsunya begitu menderita sejak istrinya pergi.Awalnya dia tak tau alasan sang menantu pergi, namun akhirnya dia tau perselingkuhan anak bungsunya dan menantu pertamanya. Meski marah tapi dia tak mampu berbuat apa-apa."Aku sudah banyak bertindak u
"Dasar wanita pembawa sial." Semua orang berpaling lalu menatap wanita yang berkata kasar itu.Risma terkejut melihat kedatangan wanita yang tak pernah dia duga sama sekali. Seperti biasa kedatangannya hanya membuat keributan.Plok ....Belum lagi sadar dari keterkejutan karena umpatan Bu Gendis. Risma harus kembali terkejut, saat melihat wajah mantan mertuanya penuh dengan kue ulang tahunnya."Makan itu biar mulutmu bisa bicara yanng baik-baik. Heran, setiap ketemu mulutmu itu tak pernah bisa berkata baik."Ibu Risma tersenyum puas, saat melihat mantan besannya kebingungan membersihkan wajahnya. Meski kasihan tapi tak ada yang membantu wanita itu.Byuur ...."Untuk menambah rasa manis setelah makan, kau juga harus merasakan minuman manis ini ."Lengkap sudah penderitaan Bu Gendis, setelah ibu Risma melempar kue ke wajahnya. Kini mertua Risma menambahkan segelas jus jeruk ke kepalanya."Lain kali jaga bicaramu, Gendis. Selama ini kami diam bukan takut padamu, tapi kami sudah muak melih