Sambil menunggu update bab terbaru. Bisa baca juga cerita saya yang lainnya. 1 . Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya (tamat) 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku (tamat) 3. Maaf, Aku Pantang Cerai (tamat)
"Cukup dan tutup mulut mu, Bu. Kalau tidak aku akan melaporkan ke polisi, menghancurkan jendela rumah sudah cukup untuk membuat seseorang mendekam di penjara."Aku berkata sambil berusaha menahan geram. Diberi hati minta jantung, di diamkan semakin ngelunjak bikin emosi saja."Pergi, percuma berteriak di sini. Kalau mau menuntut sana cari anakmu Bayu dia yang bertangungjawab."Kali ini aku benar-benar masuk tanpa perduli. Meski bu Gendis masih berdiri terpaku, entah apa yang dia pikirkan kali ini. Saat mengintip dari balik gorden wanita itu berjalan lemah meninggalkan halaman rumah."Maaf Bu, tapi sudah cukup kalian menindasku selama ini. Semoga setelah ini kalian mengerti dan menyadari kesalahan yang telah terjadi."Aku berucap pelan lalu menutup gorden, setelah melihat mantan ibu mertua menjauh dari rumahku, setelah menghancurkan kaca jendela rumah ini.Apa setelah ini aku benar-benar akan terlepas dari keluarga mas bayu. Ingin lepas dan pergi dari keluarga itu, tapi ada saja yang me
"Dasar janda gatal begini ternyata sifat aslimu, berduaan dengan pria lain sedang masa iddahmu saja belum berakhir."Risma terpaku dia tak menyadari kedatangan wanita yang langsung menghinanya di depan umum."Apa matamu sudah buta? lihat di sini banyak orang, tak hanya ada Risma dan pria tampan juga kaya ini bahkan aku juga manusia."Tiba-tiba Dania datang dan membalas ucapan Bu Gendis membuat wanita itu malu. Niat hati mempermalukan Risma ternyata dia yang kena."Gak usah membela, kau dan temanmu itu sama saja. Sama-sama murahan pantas dia di ceraikan anakku Bayu."Brak ....Tiba- tiba terdengar Risma mengebrak meja. Dia sudah tidak bisa menerima penghinaan mantan mertuanya lagi."Cukup seharusnya ibu ingat, aku yang menceraikan anakmu tentu masih ingat kan alasannya. Karena kau memiliki banyak hutang, aku yang menjadi tukang bayarnya.Sedang anakmu tak berguna sama sekali. Gajinya saja kurang untuk membayar cicilan, selama menikah aku yang memberinya makan termasuk nafkah seratus rib
"Tampaknya apa yang kau katakan bakal terjadi, Dania. Lihat mereka masih berusaha menjadi benalu, bahkan kali ini membawa kedua menantu barunya ikut serta."Dania mengikuti arah pandangan mataku, dan melihat apa yang berdiri di depan pintu pagar seolah menunggu."Benar-benar tidak tau malu, bagaimana masih bisa berpikir untuk minta bantuan kemari. Sedangkan mereka tau sudah tak ada hubungan lagi di antara kalian, Ris."Dania berkata pelan seolah menahan kesal, melihat tingkah aneh keluarga mas Bayu. Sudah jelas kami tak lagi punya hubungan tapi masih saja menganggu."Lihat banyak sekali barang mereka, apa benar-benar berniat tinggal di rumahmu? Tak bisa di biarkan, sepertinya benar rumah Bayu di sita karena tak mampu membayar hutangnya."Aku menatap pria yang seolah tak berdaya terduduk di depan pagar, seolah pasrah dengan apa yang telah terjadi. Apa dia sudah gila karena tidak perduli dengan perbuatan ibunya."Sepertinya aku harus mencari rumah baru, Dania. Sudah berulang kali mengusi
Brak ...."Ya Allah, Dania apa yang kau lakukan di lantai?"Aku melompat saat mendengar bahkan melihat tubuh wanita itu tengkurap di depan meja kerjaku. Apa dia tak melihat pintu yang terbuka selebar itu."Kau harus segera mengetahui kabar ini, Ris. Percayalah ini begitu menyenangkan, apalagi menyangkut kabar mantan mertuamu."Ternyata dia terjengkang seperti itu, karena membawa kabar tentang keluarga mantan ku. Kali ini dia membawa apa sehingga begitu antusiasnya."Kau lihat ini mantan mertuamu di hajar, karena dia ketahuan mencuri di rumah wanita yang menghajarnya."Dania menunjukkan sebuah Vidio tampak begitu jelas Bu Gendis di pukul, tampar bahkan di tarik rambut panjangnya. Tapi tunggu dulu, wajah wanita yang menghajarnya seperti aku kenal."Ya Allah apa yang terjadi, Rania. Kenapa Astri menghajar ibu mertuanya?"Dania terkejut dia tak mengerti ucapan Risma. Karena dia hanya tau kalau Bayu anak lelaki wanita itu, kenapa bisa ada menantu lain selain kedua pelakor itu."Astri adik i
Aku menatap wanita yang kini duduk dan menunduk di depan meja kerjaku. Wanita yang pernah sama-sama menjadi menantu Bu Gendis."Mau apa kau datang kemari, Astri? Bukankah kau tau, tak ada lagi hubungan antara kita?"Sengaja aku langsung bicara kenyataan, sebelum dia mengatakan sesuatu yang tak masuk akal."Aku tau kau tak lagi menjadi istri mas Bayu. Tapi setidaknya bersimpatilah sedikit, pria itu sedang sakit dan dia butuh bantuan terutama uang untuk berobat."Ternyata benar dia belum berubah dari sifat serakahnya. Didikan mertuanya begitu melekat di otaknya."Astri kau tau pasti, percuma datang jika untuk berbicara tentang Bayu dan Bu Gendis. Tak akan ada waktu untuk membahasnya, meski mereka mati itupun bukan urusanku.Seharusnya kau rawat mereka karena kau masih menantu keluarga itu. Kematian memang memisahkan dari suamimu, tapi anak-anak kalian mengikatkan hubungan keluarga antara kau dan Bu Gendis beserta anak-anaknya."Astri terdiam dia pikir aku tak akan bisa bicara panjang den
"Kau yakin wanita ini pernah masuk ke butik itu?"Aku melihat beberapa foto yang di berikan oleh orang yang aku suruh mengawasi butik itu. Tampak jelas itu foto Astri tapi mau apa dia berada di sana."Aku yakin dia terlibat, Mbak Risma. Karena terlihat jelas dia begitu akrab dengan pemilik tempat itu."Kali ini aku menatap langsung orang suruhan ku. Mendengar ucapannya berarti dia sudah melihat pemilik tempat itu."Siapa pemilik butik itu pria atau wanita?""Wanita mbak, meski akrab tapi wanita itu terlihat menjaga jarak dengan orang dalam foto itu."Makin mengherankan, siapa wanita pemilik butik itu dan apa maksudnya meniru butikku sehingga sama persis."Aku tak tau persis, tapi mereka menyebut nama Nina."Semakin rumit apa hubungannya Nina dengan semua ini, kenapa harus mengusikku jika memang berhubungan dengan gadis itu. Sepertinya memang harus di hadapi secara langsung, tak perlu lagi menduga-duga seperti ini.Aku bergegas keluar niat hati ingin menuju ke butik baru itu, tapi seseo
"Risma tolong buka pintu, ibu mau bicara sebentar saja."Terdengar suara dari depan pagar mendengar suara itu. Bapak dan ibu bergegas keluar.""Hai perempuan tua, apa otakmu sudah pikun? Risma bukan menantumu lagi, tak seharusnya menganggunya lagi."Kali ini teredengar suara ibu yang sangat marah karena kedatangan mantan mertuaku."Bu, tolong beritahu Risma aku mau bertemu."Untuk apa? Kau pasti mau meminta agar Risma membebaskan anakmu Ana. Bisa-bisanya dia merencanakan merusak nama baik anakku, tidak bisa kau urus saja karena Risma tak ada urusan dengan kalian."Dari balik gorden aku melihat Bu Gendis mantan mertuaku berlutut. kali ini wanita itu tampak sudah menyerah, setelah anaknya terlibat kejahatan baru dia memelas begitu."Terserah kalau mau menangisi nasib burukmu, tapi jangan bikin ribut di sini."Ibu menarik bapak masuk ke dalam rumah, meninggal kan mantan mertuaku yang menangis bersimpuh di depan pagar. Aku menguatkan hati untuk tidak memperdulikan wanita itu."Risma tingga
Sekuat apapun manusia di timpa masalah terus menerus bakal down juga. Begitulah mas Bayu pria yang tampak kuat dan tegar akhirnya depresi juga. Memiliki dua istri bukannya tentram semakin kalang-kabut rumah tangganya. Hampir setiap hari kedua istrinya ribut, bertambah suara ibunya lengkap sudah penderitaannya."Pria itu semakin kurus, Mbak. Apalagi sekarang ibunya harus banting tulang mencari uang, untuk mengurusi kedua anaknya yang di penjara dan di rumah sakit."Apakah ini sudah benar-benar titik akhir dari kehidupan Bu gendis. Ketamakannya menghancurkan anak-anaknya. Sesakit itukah kehilangan segalanya sehingga membuat mas Bayu menderita begitu."Buka pintu aku mau bertemu istriku. Tolong kembalikan dia jangan pisahkan kami."Aku melompat begitu juga dengan orang yang aku tugaskan mengawasi keluarga mas Bayu. Di luar sana terlihat pria itu berdiri dalam keadaan menyedihkan."Kau masuk ke dalam Risma, biar bapak dan ibu yang mengurusnya."Bapak dan ibu keluar di ikuti oleh orang sur
Ekstra Part 14."Aku tidak menyangka sama sekali. Niat mereka begitu kejam, tapi aku masih tak habis pikir, kenapa harus aku yang mereka pilih?"Malik membelai perut sang istri. Dia mengira perut wanita itu keram seperti biasa, karena melihat Risma terus mengusap perutnya.Plak ..."Jauhkan tanganmu, aku kekenyangan, kau sibuk ikut mengelus perutku."Risma memukul tangan Malik. Memikirkan Sarah sudah membuatnya kesal, sekarang tanpa dosa suaminya membelai perutnya yang mulai membuncit, bukan hanya karena ada bayi tapi juga karena makanan yang mertuanya masak. Risma benar-benar kekenyangan."Tidak apa, Yank. Kan ada anak kita di dalam sini. Meski gemuk kau tetap cantik."Malik tersenyum ke arah sang istri. Dia mengira sudah membuat wanita itu senang, siapa sangka reaksi Risma justru mengerikan."Aku belum gemuk saja kau sudah dekat-dekat dengan Sarah. Aku tak tau saat perut ini besar nanti, wanita mana lagi yang kau dekati!"Risma semakin kesal setelah mendengar ucapan Malik. Pria itu t
Plak ...."Dasar perempuan tak berotak, aku sudah memberimu banyak bantuan, Gendis. Dari anak-anakmu masih hidup hingga mereka semua mati, aku membantumu tapi apa yang kau lakukan? Mengoda suamiku dan membuat lumpuh mertuaku."Indah membabi buta saat menghajar Bu Gendis. Wanita itu hanya diam saat mendapatkan perlakuan kasar itu, karena di sana banyak orang-orang Indah.Keadaannya sudah sangat menyedihkan tapi Indah masih belum puas. Bu Gendis mengepalkan tangan saat melihat Risma duduk menikmati sepiring siomay. Mantan menantunya itu memanggil penjual siomay keliling, untuk berhenti di depan rumah kontrakannya.Keramaian di rumahnya pasti ulah Risma. Dia tak menyangka mantan menantumu mengetahui tempat tinggalnya, sedangkan rencananya dengan Sarah belum berhasil."Yank, apa ini tidak terlalu kejam? Lihat dia sudah terluka seperti itu, kasihan."Malik meraih sendok di tangan istrinya lalu ikut makan siomay dengan santai. Dia tak perduli meski sang istri melotot ke arahnya."Pria yang m
"Silakan duduk Nina Sarah. Ada apa datang kemari?"Risma tersenyum saat melihat Sarah masuk ke ruangannya. Ruangan tempat dia bekerja di butiknya, ruangan yang sudah dua tahun ini dia tempati."Aku datang karena mas Malik yang minta. Dia tak ingin terjadi keributan makanya memintaku bicara denganmu."Risma menegakkan punggungnya saat mendengar ucapan Sarah. Dia tak menyangka, wanita ini bilang di minta Malik untuk bicara dengannya."Bicara soal apa? Aku rasa tak ada yang perlu kita bicarakan. Apalagi soal yang berhubungan denganmu dan suamiku," ucap Risma."Baguslah kalau kau sadar. Aku hanya ingin kau tau, kalau hubunganku dengan Malik sudah sangat mendalam. Kami bahkan sudah tidur bersama, saat kau kedinginan di mobil malam itu. Aku dan Malik justru berada di atas ranjang yang membara."Risma menatap ke arah Sarah. Dia tak menyangka wanita elegan ini ternyata murahan juga, dia jadi ingin tau kedok wanita ini."Bagus dong kalau begitu. Sekarang kau hanya perlu mengikatnya dalam ikatan
"Angkat Mas."Risma memohon agar Malik mengangkat panggilannya. Saat ini perutnya terasa sakit luar biasa, namun sayang Malik tak mengangkat panggilannya. Sedangkan posisi pria itu paling dekat, karena saat ini dia berada tak jauh dari kantor suaminya."Taksi!"Risma terpaksa memanggil taksi untuk membawanya ke rumah sakit. Rasa nyeri di perutnya membuatnya takut luar biasa, dia takut terjadi sesuatu pada kandungannya."Rumah sakit Permata Bunda, Pak. Tolong lebih cepat."Risma memohon pada supir taksi itu. Melihat raut wajah penumpangnya yang kesakitan, sopir itu segera paham jadi dia segera melaju menuju rumah sakit tujuan Risma."Tunggu sebentar Mbak saya panggilkan perawat."Begitu sampai rumah sakit, sopir itu segera memanggil perawat untuk membantu penumpangnya. Risma berterima kasih lalu membayar ongkosnya, kemudian dia meminta perawat untuk membawanya ke dokter kandungan.Saat itulah dia bertemu dengan Malik yang sedang memapah Sarah. Sepertinya wanita itu juga sedang sakit, de
"Benar ada yang aneh, Mbak."Putri meraih potongan apel di meja. Meski mulutnya mengunyah tapi matanya tampak kosong, dia dan Risma seperti sedang berpikir.Malik yang berdiri di kejauhan merasa heran, saat melihat kedua wanita itu tak bicara atau pun bergerak. Penasaran membuatnya mendekat lalu mencium kening Risma, membuat wanita itu terkejut karena tak menyadari kedatangan suaminya."Apaan sih?"Risma mengusap keningnya lalu kembali mengunyah potongan buah di piring. Dia tak memperdulikan Malik yang duduk di depannya, dia justru asik menatap adik iparnya yang terdiam sejak kedatangan Malik."Aku rasa memang ada yang aneh. Aku harap kita bisa dapatkan petunjuk, Put. Nanti kita lihat lagi, siapa tau ada sesuatu yang terlepas dari pandangan kita."Risma menyerahkan piring berisi buah. Dia dan adik iparnya memang suka makan buah, mereka bilang untuk membantu diet. Walau hasilnya melihat nasi di embat juga."Yank."Risma melirik sekilas ke arah Malik. Membuat pria itu mengerucutkan bibir
"Sayang, syukurlah kau pulang."Malik berlari menyambut kepulangan istrinya. Beberapa jam mereka kebingungan, karena Risma menghilang tanpa kabar. Ponselnya mati hingga tak bisa di hubungi."Jangan mendekat, Mas. Tolong menjauh lah, aku belum mandi dan belum mencuci muka."Risma menolak Malik ketika pria itu hendak memeluknya. Matanya melirik Sarah yang berdiri di belakang suaminya, dia bisa menebak kalau wanita itu selalu bersama Malik saat dia menghilang."Maaf, mobil Risma mogok di jalan semalam. Apalagi hujan lebat jadi aku tidur di mobil, tak ada yang bisa membantu apalagi ponselku kehabisan baterai. Kalian bisa sarapan duluan, aku mau mandi baru tidur sebentar."Risma langsung pergi meninggalkan kedua orangtuanya. Untunglah mereka ada sehingga bisa menjaga anaknya saat dia tak pulang."Yank.""Tolong tinggalkan aku, Mas."Risma menutup pintu sebelum Malik bisa masuk ke kamar. Dia tak mau ribut sehingga membuat orangtuanya bingung, meski dia kesal tapi masih mencoba tenang."Sayan
Ekstra Part 8"Jadi Mas tak jadi ikut ke rumah Tante Indah dan Om Sean? Mereka sudah jauh hari mengundang kita, apa tak bisa walau datang sebentar saja?"Risma menatap Malik yang tengah mengancingkan bajunya. Pria itu tadi bilang, kalau ada acara dengan Sarah dan rekan bisnisnya. "Mas, tak bisa datang, Yank. Pertemuan ini sangat penting untuk bisnis kita."Risma tak berkata apa-apa lagi, karena Malik sudah memutuskan untuk tidak memenuhi undangan Indah dan Sean."Kalau begitu bolehkan aku pergi ke rumah Tante Indah? Tak enak kalau tak datang."Sejak Indah dan Sean memutuskan untuk kembali bersama. Hubungan mereka dengan Risma juga membaik, mereka sudah menganggap mantan istri keponakannya sebagai keponakan sendiri."Boleh, tapi usahakan jangan pulang terlalu malam. Aku tak mau istri cantikku ini kelelahan, apalagi ada dedek bayi yang harus di jaga."Malik mencium perut sang istri. Yah, ulang tahun Risma mendapatkan hadiah luar biasa, dia benar-benar hamil anak kedua."Kalau begitu aku
"Mau apa lagi kau kemari? Sudah tak ada gunanya lagi, Ndis. Kau pembawa sial, kehancuran anak-anak mu seharusnya jadi pelajaran tapi aku buta oleh rayuanmu. Sekarang kesialanmu menjadi penyebab kehancuran ku."Sean menunduk dengan wajah sedih. Sudah dua minggu ini sang istri pergi bersama anak-anaknya, jiwanya kosong tapi keluarganya tak ada yang perduli lagi. Penghianatnya tak termaafkan lagi.Bu Gendis mengepalkan tangannya, saat mendengar ucapan Sean. Hatinya hancur saat pria itu menyebutnya pembawa sial."Jangan bilang hatimu sakit, saat Sean menyebutmu pembawa sial, Gendis. Ingatlah betapa sakit hati Risma, saat kau menyebutnya dengan kata yang sama."Ibu mertua Bu gendis berjalan tertatih mendekati anaknya. Hatinya sakit melihat anak bungsunya begitu menderita sejak istrinya pergi.Awalnya dia tak tau alasan sang menantu pergi, namun akhirnya dia tau perselingkuhan anak bungsunya dan menantu pertamanya. Meski marah tapi dia tak mampu berbuat apa-apa."Aku sudah banyak bertindak u
"Dasar wanita pembawa sial." Semua orang berpaling lalu menatap wanita yang berkata kasar itu.Risma terkejut melihat kedatangan wanita yang tak pernah dia duga sama sekali. Seperti biasa kedatangannya hanya membuat keributan.Plok ....Belum lagi sadar dari keterkejutan karena umpatan Bu Gendis. Risma harus kembali terkejut, saat melihat wajah mantan mertuanya penuh dengan kue ulang tahunnya."Makan itu biar mulutmu bisa bicara yanng baik-baik. Heran, setiap ketemu mulutmu itu tak pernah bisa berkata baik."Ibu Risma tersenyum puas, saat melihat mantan besannya kebingungan membersihkan wajahnya. Meski kasihan tapi tak ada yang membantu wanita itu.Byuur ...."Untuk menambah rasa manis setelah makan, kau juga harus merasakan minuman manis ini ."Lengkap sudah penderitaan Bu Gendis, setelah ibu Risma melempar kue ke wajahnya. Kini mertua Risma menambahkan segelas jus jeruk ke kepalanya."Lain kali jaga bicaramu, Gendis. Selama ini kami diam bukan takut padamu, tapi kami sudah muak melih