Kalian tidak boleh kalah dengan mereka. Betul apa yang dikatakan oleh Dimas, jika anak Dimas perempuan dan anak kamu laki-laki , kita akan jodohkan. Lagian kita sudah tahu kan karakter orang tuanya , sudah tahu bibit, bobot dan bebetnya,” jelas Opa Lukman bersemangat. “Yang benar Opa, ini serius padahal Dimas hanya ngomong asal saja,” ucapnya masih tidak percaya kalau ditanggapi serius oleh Opa Lukman. “Ya tentu saja jika nanti berjodoh kenapa tidak?” jawab Opa Lukman tersenyum. “Enggak mau besanan sama kamu, enak saja,” protes Raga kemudian. “Opa setuju kok, akhirnya bisa masuk di keluarga Subrata,”sahut Dimas cengar-cengir. Raga melempar bantal kecil ke wajah Dimas yang masih cengar-cengir dibuatnya. “Oh ya Opa, Rosa sebentar lagi mau melahirkan , tentu saja harus ada yang menggantikan posisi Rosa. Mas Dimas tentu tidak bisa menghandle semuanya apalagi dia banyak diluar, lapangan,” ucap Rosa mengingatkan. “Oh iya, kamu sebentar lagi mau lahiran. Bagaimana, kalian mempunyai k
“Maksudnya kita mencari tahu tentang si kutu kupret itu melalui kedekatan Bu Viona?” tanya Dimas memastikan ucapan Rosa istrinya itu.“Iya Sayang, mungkin dengan Bu Viona , Pak Rama bisa terbuka tentang kehidupannya yang sangat misterius itu,” sahut Rosa meyakinkan.“Kamu mau cari mati, Sayang dengan Pak Raga? Kamu tahu sendiri kan, menatap Bu Viona saja Pak Raga sudah cemburu, apalagi banyak bicara murah senyum dengan Pak Rama, dia akan menguliti kita habis-habisan. Pak Raga itu sebenarnya sudah mulai jatuh cinta dengan Bu Viona tapi gengsinya itu loh yang masih tinggi. Secara gitu pengusaha kaya muda dan tampan yang dinginnya seperti dua belas pintu kulkas yang selalu dikejar-kejar oleh wanita cantik dan seksi kini harus bertekuk lutut menerima kekalahan dari pesona si hitam manis,” puji Dimas sambil tersenyum. “Oh ya? Jadi Bu Viona itu sangat istimewa, begitu?” protes Rosa dengan wajah cemberut saat melihat suaminya itu tersenyum sendiri. “Lah, kok gitu sih Yang? Bu Viona itu
“Papa sudah tahu, tapi dari mana?” batin Papi Seno berkata. “Apa yang kamu pikirkan, Seno?” “Maaf Pa, tapi ...”“Papa bisa tahu dari kalian sendiri, saat kalian bicara tadi. Raga memberitahukan semuanya ke kamu, kan?” “Ya Pa, tapi Seno belum yakin kalau anak yang dikandung oleh Vina adalah anaknya Raga. Seno sangat hafal betul dengan sifat Raga. Dia tidak akan mau melakukan hubungan itu jika belum sah menjadi sepasang suami istri kecuali dia dijebak oleh wanita itu,” jelas Seno meyakinkan.“Iya kamu benar dan mungkin saja cara ini pula yang akan menjatuhkan citra keluarga Subrata. Ada yang ingin menjatuhkan harga diri keluarga kita. Entah karena persaingan bisnis atau balas dendam,” sahut Opa Lukman. “Cari tahu semuanya, sebelum masalah ini meluas, kita harus berhati-hati mulai saat ini. Papa merasa akan ada sesuatu yang akan menimpa keluarga kita. Hal itu akan membuat keluarga kita menjadi hancur,” ucap Opa Lukman merasa tak tenang hatinya. “Iya Pa, tapi Seno minta ke Papa, ja
Langkah tegap itu menyusuri sebuah ruang yang selalu membuatnya nyaman dan betah untuk berlama-lama di sana. Namun, sekarang tidak lagi karena setiap hari pria tampan itu menjadi gelisah dan tak bisa tidur.Hal itu karena pikirannya sudah dipenuhi dengan sebuah nama yang sudah membuatnya tak bisa tidur. Seperti halnya Raga yang selalu dikerumuni oleh banyak wanita begitu juga dengan Rama yang nyaris sama tampannya dengan Raga. Mereka bagai pinang dibelah dua. Ketampanan yang sama dengan kesuksesan yang di bidang bisnis yang sama pula. Bahkan mereka bersaing untuk mendapatkan proyek besar.Pembicaraan tadi sore dengan mamanya sendiri membuatnya semakin gelisah memikirkannya. Clarissa ingin sekali menjodohkan anaknya kepada keponakan temannya itu. Rama belum berterus terang tentang wanita yang sudah mengusik hatinya. Begitu juga dengan Clarisa tidak mempertanyakan tentang Viona kepada Rama. Hanya melihat dari ekspresi wajah putranya saja Clarisa bisa merasakan apa yang ada di dala
Wajah sayu itu membuat Viona merasa tak berdaya. Apalagi Opa Lukman yang meminta langsung. Mau tak mau Viona pun langsung menyetujui permintaan pria tua itu. Senyuman kecil terlihat dari sudut bibir Raga. Meskipun samar terlihat tapi bagi Papi Seno sangat jelas kalau Raga ternyata menyukainya. Meskipun di dalam hati takut akan kejadian yang serupa akan terulang lagi tapi Papi Seno percaya dan yakin kalau Viona tidak akan berubah seperti yang dilakukan oleh istrinya dulu. “Aku sangat takut jika Viona akan sama seperti Clarisa. Dia akan meninggalkan semuanya hanya untuk bisa bersama pria lain. Apalagi pesona Viona pun sudah menggetarkan hati Rama. Aku yakin Rama juga sudah jatuh cinta dengan Viona, menantuku itu,” kesal Papi Seno dalam hati. Opa Lukman melihat dengan jelas kekhawatiran di wajah Seno. “Kamu tenang saja, Seno. Papa percaya dengan Viona,” ucap Opa Lukman meyakinkan.“Semoga Pa,” sahut Papi Seno menatap yang menatap sendu ke arah Raga dan Viona secara bergantian. **
“Bodoh, kenapa aku bertindak senekat itu? Mas Raga pasti menganggapku kalau aku suka dengan dia dan mencari kesempatan,” pikirnya dalam hati. Raga ingin mendekati Viona, tapi pintu lift sudah terbuka. Buru-buru Viona keluar dari lift membuat Raga terpaku. “Dia mulai berani dan aku suka itu,” ucap Raga dalam hati sambil tersenyum kecil dan ikut keluar dari lift. Dimas dan Rosa rupanya sudah berada di sana untuk menyambut kedatangan mereka. Rosa pun sudah menyiapkan kursi cadangan untuk Viona. Setidaknya untuk seminggu ini Rosa akan mengalihkan tugasnya kepada Viona sebelum dia cuti. Semua karyawan bersikap hormat dan ramah. “Selamat pagi, Bos,” ucap Dimas tapi tak dihiraukan oleh Raga yang masih tersenyum sendiri saat melintas di depan mereka. Dimas dan Rosa saling menatap, tidak biasanya Raga bisa tersenyum sendiri bahkan dia pun dijuluki si pintu kulkas dua belas. Tumben senyam-senyum begitu. Bu Viona masih sadar kalau kita menyambutnya tapi malah Pak Raga sudah mulai ...
“Untuk apa aku cemburu dengan Mbak Vina, Mas? Bukannya Mas Raga sudah mengatakan dari awal kita menikah, kalau kamu mencintai Mbak Vina? Kamu tenang saja Mas, aku tidak akan mempersulitmu,” ucapnya dengan jelas membuat Raga terdiam. Viona pun berusaha keluar dari pelukan Raga, dan melangkah ke meja kerja Raga yang terletak ponselnya Raga di sana dan mengambil ponsel itu. “Siapa yang kamu hubungi? Bukan Rama si pecundang itu?” geram Raga yang kembali sadar. “Bukan, tapi Mbak Vina. Ini kan ponselmu,” sahutnya tampak biasa saja. “Un—untuk apa kamu menghubunginya?” gegas Raga dan ingin mengambil ponsel yang ada di tangan Viona. Namun, dengan cepat Viona bisa menghalau tangan Raga dan menghindar darinya. “Bukannya kamu ingin makan siang bersama Mbak Vina, itu yang kamu inginkan?” tanya Viona dan masih mencari nama Vina di dalam ponsel Raga, tapi tidak ada. Viona masih mencari dengan huruf awalan V tetap saja tidak ada. Tak mau berputus asa wanita manis itu tetap mencarinya sa
“Mas Rama, ada apa dia menghubungiku?” tanya Viona dalam hati dengan penasaran. Dia pun segera mengangkat telepon itu. “Assalamualaikum, Mas Rama?” Rosa terkejut dengan nama itu.“Pak Rama, kenapa dia menghubungi Bu Vio?” tanya Rosa dalam hati. Rosa pun langsung memasang telinganya dengan baik karena ingin mendengarkan pembicaraan mereka. Viona pun tak bergeser dari tempat duduknya yang dekat dengan Rosa di sampingnya. “Vio, kamu ada waktu enggak, soalnya tiba-tiba saja Oma Dora sakit. Beliau terus memanggil namamu. Bu Kasih tidak menghubungi kamu karena beliau juga lagi pulang ke kampung mendadak mendapat kabar kalau ibunya juga terkena serang jantung. Pengurus panti sedikit kewalahan karena banyak pekerjaan yang lain. Oma Dora hanya mau ditemani sama kamu, saya juga belum bisa ke sana karena masih ada meeting di jam berikutnya. Setelah selesai saya akan usahakan untuk pergi ke sana. Maklum sekretaris saya juga sedang mengambil cuti pulang kampung, jadi semuanya harus diuru
“Lepaskan! Siapa kalian!” teriak wanita itu begitu histeris. “Kamu akan tahu siapa kami, tapi yang jelas jangan membuat keributan jika tidak ingin celaka!” sahut orang itu berwajah sangar itu. “Kurang ajar kalian, saya ini sedang hamil. Jika terjadi sesuatu dengan kehamilan saya , kalian akan saya tuntut!” teriaknya lagi. Para preman itu hanya menertawakan apa yang dia ucapkan membuat wanita itu begitu kesal dan marah. “Kurang ajar kalian! Lepaskan aku!” “Kamu minta dilepaskan? Tunggu bos kami datang baru kami bisa melepaskan kamu! Sekarang lebih baik diam dan tenang,” ucap salah satu preman itu lagi.Wanita itu berteriak sepanjang waktu setelah siuman beberapa menit yang lalu. Dia baru sadar dengan kaki dan tangan terikat tali dan duduk di sebuah kursi. Rupanya setelah Vina mengetahui Viona masih hidup dan mampu membawa preman itu ke kantor polisi membuat Vina ketakutan. Apalagi saat mendengar kalau semua ini adalah rencana Vina sendiri untuk menyingkirkan Viona. Vina lari dar
“Kamu enggak terlibat, kan dalam masalah ini? Kamu tidak tahu kan kalau Vina menyuruh preman untuk menghabisi Viona?” tanya Clarissa berteriak sambil mengetuk pintu kamar mandi Rama. Tak ada sahutan dari dalam. Tak lama kemudian Rama keluar dari kamar mandi dengan sudah berpakaian lengkap.“Rama tidak tahu masalah ini dan berani sekali Vina membuat Viona mengalami masalah ini. ““Rama, apa yang ingin kamu lakukan, jangan bertindak gegabah.”“Rama akan mencari wanita itu dan memberikan dia hukuman !”“Tunggu dulu Rama, kamu jangan berbuat nekat dengan Vina!” Clarissa mengejar Rama yang sudah duluan keluar dari kamar dengan tergesa-gesa. “Rama dengarkan Mama, dulu!” Teriak Clarissa tapi Rama tetap saja melanjutkan langkah tanpa mendengarkan ucapan ibunya. “Rama, apa benar Vina hamil anak kamu?” Ucapan Clarissa mampu menghentikan langkah Rama yang terhenti di tengah anak tangga. Clarissa menyusulnya cepat dan menatap wajah Rama yang nampak marah. .“Apa benar yang Mama kataka
“Saya cukup bersabar dengan semua perilaku kamu, tapi jangan menyebarkan gosip tentang Raga. Kamu sadar kan kalau Raga itu juga anakmu?”“Sebenarnya apa maksud Papa? Rissa tidak tahu apa-apa ...”“Tanyakan kepada anakmu itu, pasti dia yang melakukan tindakan menjijikkan itu. Kamu tahu saya bisa berfikir kalau Rama masih berhubungan dengan Vina.”“Apa yang Papa katakan? Papa jangan menuduh seperti itu. Rissa tidak tahu tentang hal itu, Rissa baru tahu dari Papa, bahkan Rissa belum membaca surat kabar ...” Sambungan telepon itu langsung terputus karena Opa Lukman yang menutupnya. “Halo! Halo, Pa!” teriak Clarissa yang tak bisa bicara lagi dengan Opa Lukman.“Berita apa?” tanyanya bingung. Clarissa lalu mencari surat kabar hari ini. Entah kenapa hari ini sedikit telat surat kabar itu belum sampai di rumahnya. Clarissa kemudian menanyakan kepada pembantunya, dan ternyata benar surat kabar itu baru datang di rumahnya. Clarissa langsung membacanya dan dia pun sangat terkejut dengan be
“Apa ini Raga?” tatapan suram dari pria paruh baya itu terlihat mencekam di kala melihat sebuah surat kabar yang menyoroti masalah tadi malam.Raga yang ingin menikmati sarapannya di meja makan pun sudah tak berselara saat papi Seno memperlihatkan sebuah syarat kabar yang diterima oleh satpamnya barusan pagi ini. Marah bercampur malu dikala nama keluarga Subrata akhirnya disangkut pautkan dengan hilangnya Vina semalam, karena orang mengetahui kalau Raga Handika Subrata masih berhubungan dengan wanita yang bernama Vina itu. “Hilangnya seorang model cantik karena cinta segitiga.” Judul yang terpampang cantik di halaman surat kabar itu paling depan bahkan menjadi berita utama membuat mata Raga melotot. “Sudah Papi katakan cepat selesaikan urusan kamu dengan wanita itu sebelum dia berbuat ulah. Dan sekarang terbukti kan? Dan dia sudah mencoba melenyapkan menantu kesaayangan Papi, ini sangat keterlaluan, Raga! Papi enggak peduli dia hamil atau tidak segera kirim dia ke balik jeruji. W
Viona membersihkan diri setelah beberapa jam yang lalu mengalami insiden yang harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk melawan para preman itu.Untung saja luka yang diderita oleh Viona tidak terlalu parah, sehingga dia pun tak perlu tidur di rumah sakit.“Mbak Vina sangat keterlaluan, dia menyuruh para preman itu untuk menghabisi aku, padahal aku sudah ingin bercerai dari Mas Raga. Sekarang aku jadi ragu untuk melepaskan Mas Raga. Apa jadinya Mas Raga hidup dengan wanita seperti itu. Pantas saja Opa dan Papi tidak merestui hubungan mereka. Dia bisa melakukan apa saja dengan cara keji sekali pun. Aneh sekali Mas Raga, pacaran selama lima tahun enggak mengenal sifatnya,” kesal Viona bicara sendiri di dalam kamar. Seketika terdengar ketukan pintu dari luar. Viona yang ingin mengistirahatkan tubuhnya pun tidak jadi. Vio menyambar jilbab instantnya yang tergeletak di ranjang lalu memakainya cepat setelah itu lalu membukakan pintu kamarnya. “Opa?” Viona terkejut dengan kedatangan Opa Luk
“Selamat malam Pak Raga,” sapa salah satu polisi itu.“Selamat malam. Katakan apa yang terjadi dengan istri saya?” tanyanya kepada pak polisi itu.“Maaf Pak Raga, tadi kami sudah meminta keterangan dari Ibu Vio dan Pak Usman pemilik taksi itu, mereka mengalami insiden di perjalanan. Dari mereka kami mendapatkan kesimpulan kalau ada yang ingin mencelakai Ibu Vio dengan mengirimkan empat preman. Tapi untungnya Bu Viona bisa mengatasinya tanpa rasa takut. Saya sangat mengapresiasikan tindakan Ibu yang sangat luar biasa mampu menangani para preman itu,” jelas Pak Polisi itu membuat Raga terkejut. “Maksud Bapak?” tanya Raga bingung dan penasaran. “Ya Bu Viona mampu mengalahkan ke empat preman itu samapi mereka babak belur. Saya salut dengan Ibu Viona berani melakukannya kepada ke empat preman itu dan sekarang sedang diproses.,” lanjut Pak Polisi itu. Wajah Raga kembali syok mendengar ucapan pria berseragam polisi itu. Hal yang baru dia ketahui kalau Viona ternyata mampu mengatasi para
Melihat ada kesempatan Viona melihat ada balok kayu besar yang tergeletak di tanah. Balok kayu yang sama untuk memecahkan kaca mobil bagian depan itu. Dengan cepat dia langsung mengambil nya dan memukuli ketiga preman lainnya. Viona dengan brutal membuat para preman itu tersungkur kembali. Wanita manis rupanya bisa menangkis semua serangan ke empat preman itu karena dia juga membekali dirinya untuk bisa belajar seni bela diri. Viona hanya menjurus ke bagian intim mereka yang langsung tersungkur kesakitan akibat tendangan kaki Viona yang masih memakai sepatu hak tingginya. Keempat preman itu pun tersungkur lalu Viona mendekati salah satunya. Preman yang berani memegang tangannya itu. “Katakan siapa yang menyuruh kamu!” tatapan bengis Viona masih terlihat membuat preman itu ketakutan.“Sa—saya tidak tahu, saya hanya o—orang su—suruhan dari Bos untuk bisa menyingkirkan kamu,” sahutnya terbata-bata. “Katakan siapa yang menyuruhmu atau aku tendang lagi ...” Viona melirik bagian bawa
Viona segera bersiap untuk pulang. Terlihat Raga sudah berada di luar ruangan dan juga ingin pulang bersama Viona. “Kamu pulang dengan saya,” ucap Raga melintas di depan Viona.“Tapi Pak, apa kata karyawan lain kalau saya pulang dengan Bapak?”Wajah Raga kembali dingin mendengar pertanyaan konyol dari Viona. “Vio, jangan membuat masalah lagi atau kamu memang suka mendapatkan hukuman dari saya, kamu ketagihan?” Raga mengedipkan matanya menggoda Viona. “Bukan begitu Pak, tapi enggak enak dilihat oleh banyak karyawan dan ...”Ucapan Viona terhenti saat suara telepon Raga berdering. Raga pun segera mengambil ponselnya dari balik jasnya itu. Sudah dipastikan siapa yang telah menghubungi Raga. “Sayang kamu enggak lupa kan dengan janjimu? Sekarang enggak pakai lama.”“Aku akan mengantarkan Viona dulu pulang setelah itu ke rumahmu. Jangan berdebat!” Raga langsung memutuskan sambungan telepon itu dan memasukkan kembali ponselnya. “Ayuk!” ajak Raga.“Mas, lebih baik kamu selesaikan saj
Raga masih berkecimpung di meja kerjanya. Masih banyak yang harus dia selesaikan sedangkan waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua siang. Dia sedikit terkejut karena waktu begitu cepat berlalu sehingga dia pun melupakan makan siangnya. “Sudah jam segini dan aku lupa untuk makan siang, tapi di mana Viona, kenapa dia tidak mengingatkan aku untuk makan siang? Dia sengaja membuat kesalahan, baiklah, Sayang apa hukuman yang harus kamu terima,” kesalnya begitu baru ingat kalau dia melupakan waktu makan siangnya. Dia pun segera menghubungi Viona di meja sekretarisnya. Viona yang sedari tadi sudah duduk manis dan mengerjakan semua pekerjaannya apa lagi tiga puluh menit nanti ada meeting bersama klien sehingga dia harus menyelesaikan proposal yang dibuatnya. “Ya Pak?” Viona menjawab sambungan telepon dari Raga. “Kamu bisa ke ruangan saya sebentar?” “Maaf Pak ada yang penting, soalnya saya masih menyiapkan berkas untuk ...”“Saya ke luar menjemputmu paksa atau kamu yang ke ruangan s