“Kita perlu bicara!” tegas Vina saat bertemu Viona di luar ruangan kerja Raga. Saat itu Vina yang sedikit kesal karena tidak mendapatkan perhatian lebih dari Raga memutuskan untuk pulang. Apalagi Raga berjanji akan menemuinya setelah pulang kerja sehingga tak ingin membuat Raga bertambah kesal. “Apa yang ingin Mbak Vina bicarakan? Kalau mengenai hubungan kalian, kamu jangan khawatir kalian bisa melanjutkan ke jenjang pernikahan. Saya akan mundur, dan tenang saja saya yang akan mengurus surat perceraian jika Mas Raga tidak melakukannya,” tegas Viona. Viona menatap sinis dan berkata, “ Kamu yakin sudah mengikhlaskan Mas Raga untukku?” sindir Vina.“Iya, kenapa Mbak masih ragu?” tanya balik Viona yang terlihat tenang.“Kamu memang tidak ada rasa cinta untuk Mas Raga sedikit pun, mustahil Viona! Aku bukan anak kecil yang mudah ditipu. Dalam waktu tiga bulan kebersamaan kalian selama ini pasti kamu mulai jatuh cinta tapi, tunggu sebentar... “ Vina menatap heran penampilan Viona dari
Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Begitu banyak pekerjaan sampai lupa akan janjinya untuk pergi ke panti jompo. Viona merasa bersalah karena sudah hampir tiga jam yang lalu Rama memintanya untuk datang ke sana. Merasa tak enak hati dia pun mencoba menghubungi Oma Dora di panti. Tak menunggu lama, panggilan itu langsung dijawab oleh seseorang. “Assalamu’alaikum, Vio.”“Wa—Walaikumsalam, Bu ...”“Clarissa, panggil saja Tante Rissa.”“Ih iya Tante, maaf saya menghubungi ponsel Oma Dora, karena saya dengar Oma lagi sakit tapi maaf saya belum bisa ke sana, nanti setelah pulang kerja pasti saya ke sana.”“Iya enggak apa-apa Vio kamu enggak usah khawatir demamnya Oma sudah mendingan, sekarang beliau masih tidur. Terima kasih kamu sudah begitu perhatian dengan Oma Dora. Saya juga lama kok di sini, sebisa kamu saja ke sini ya jangan dipaksa.”“Di kantor lagi banyak pekerjaan Tante.”“Saya baru tahu kamu juga bekerja di tempat lain?” “Baru masuk hari ini Tante, kebetulan sekretaris s
Viona tanpa menoleh ke belakang lagi, dia langsung pergi masuk ke panti. Raga begitu kesal dia ingin menyusul Viona meskipun dia melihat tak ada mobil Rama yang terparkir di sana tapi kakinya ingin sekali menginjakkan ke sana.“Aku harus ke dalam, aku ingin tahu apakah benar Oma Dora sakit atau hanya akal-akalan Viona untuk bisa bertemu Rama. Siapa tahu tadi Rama diantar oleh sopirnya dan pergi lagi. Ah jadi penasaran,” geram Raga dan memutuskan untuk turun dari mobilnya. Namun di saat itu juga kembali terdengar bunyi ponsel dari Raga. Pria tampan itu langsung mengambilnya dari balik saku jasnya dan melihat siapa yang menghubunginya.“Ah, dia lagi,” kesal Raga yang tak ingin mengangkat telepon itu. Tetapi ponselnya terus berdering dan membuatnya kesal. Mau tak mau Raga pun menjawab telepon itu.“Ada apa, Vin?”“Mas, kamu di mana? Aku tanya di kantor kamu sudah pulang dan kenapa ponsel kamu lama banget baru di angkat? Kamu enggak bersama dengan wanita kampung itu, kan?” “Aku akan
“A—apa yang kamu katakan tadi? Kamu bercanda, kan?” Vina memastikan apa yang dikatakan oleh Raga tidak benar.“Maaf Vin, tapi aku sudah lelah dan ...”“Kamu lebih memilih meninggalkan aku? Kamu masih waras, kan?” mata Vina kembali melotot. Wajahnya begitu kesal dan marah.“Ini adalah kesalahan seharusnya aku tidak berhubungan denganmu lagi, tapi aku sudah memantapkan hatiku untuk tetap setia dengan istriku sendiri,” jelasnya lagi.Vina terdiam mendengar ucapan Raga barusan. Hatinya begitu kesal lalu wanita cantik itu tersenyum kecil seakan mengejek Raga.Dia pun melangkah mundur dan membuka laci dekat cermin hiasnya. Raga yang masih terduduk tidak melihat apa yang akan dilakukan oleh Vina.“Kamu sudah mantap untuk berpisah denganku? Setelah apa yang kamu lakukan? Bagaimana dengan nasibku, Mas? Apakah aku harus menggugurkan janin ini?” Vina masih membelakangi Raga.“Kamu jangan khawatir, kamu bisa pergi keluar negeri untuk melahirkan anak itu. Semua biayanya aku yang akan atur. Kehi
Rama menatap Clarissa mamanya sejenak. Beberapa saat kemudian dia kembali melanjutkan makannya yang tinggal suapan terakhirnya. Dia lalu meletakkan sendok dan garpu dengan rapi diatas piringnya sendiri dan meminum segelas air. Clarissa masih menunggu ucapan Rama. “Menurut Mama?” tanya Rama kemudian. “Mama menyukai wanita itu. Dia baik, perhatian, penyayang, manis dan senyumannya begitu indah. Mama sangat menyukainya tapi sayang dia sudah memiliki orang lain. Mama ingin mempunyai menantu seperti dia, tapi yang enggak mungkin kan. Mudah-mudahan keponakan teman Mama itu seperti dia, Rama,” ucapnya tersenyum kecil. “Keinginan Mama akan segera Rama wujudkan,” sahut Rama membalas senyuman mamanya itu, namun, Clarisa sedikit terkejut. “Apa maksud kamu, Sayang?” tanya Clarissa bingung.“Ya, seperti Mama bilang kalau Mama ingin menantu seperti Viona, maka Rama akan mengambilnya dari suaminya itu,” sahut Rama dengan santai. Mendengar ucapan Rama barusan membuat mata Clarissa terbuka leba
Raga mencium wangi rambut istrinya sendiri. Menghirup dalam-dalam lalu mengibaskan rambut Viona ke sebelas kanan sehingga terlihat leher yang jenjang dan telinganya.Ciumannya kearah leher , mengendusnya membuat wanita manis itu bergidik ngeri. Senyuman Raga terlihat saat ada gerakan Viona. Tangannya pun tak tinggal diam menjelajahi tubuh istrinya sedikit demi sedikit. “Sayang, apakah kamu sudah tidur atau pura -pura tidur? Ada hal yang ingin aku bicarakan sebelum kamu salah paham,” bisiknya ditelinga Viona dan kemudian mencium telinga itu membuat Viona kembali merespons. Viona masih tetap diam, tapi Raga belum juga menyerah sampai wanita manis itu terbangun. “Ya ampun Mas Raga, kamu sengaja banget begini, bagaimana aku bisa tahan, coba?” kesalnya dalam hati yang berusaha tetap diam tapi tetap saja sentuhan suaminya itu bagaikan candu. “Mungkin kamu suka dengan sentuhanku sehingga ...”Mata Viona langsung terbuka lebar dia juga tidak ingin Raga menganggapnya menyukai sentuhan
Seperti biasanya Viona melakukan rutinitas paginya. Setelah tadi malam Raga menceritakan keluh kesah yang selama ini dia rasakan. Raga akhirnya mau terbuka dengan isi hatinya. Kata demi kata yang diungkapkan oleh Raga masih terniang-niang bahkan membuat wajah wanita manis itu bersemu merah. Bagaimana tidak, karena Raga akhirnya mengakui akan besar cintanya kepada Viona istri pilihan Opa Lukman dan Papi Seno. Kini Viona tahu kenapa Papi Seno tidak merestui hubungan Raga dengan Vina karena takut akan menimpa kejadian yang sama dengan papinya yang ditinggal berselingkuh dengan pria lain yang lebih kaya. Raga juga menceritakan kedekatan mereka saat satu kampus dulu dan berakhir dengan kepergian Rama keluar kota sehingga tidak ada kabar darinya. Sampai akhirnya mereka bertemu kembali dengan sikap Rama yang lebih tegas dan bersaing dalam bisnis sampai sekarang. Mereka pun saling tak mengenal dan berusaha untuk mendapatkan yang terbaik dalam tender apa pun. “Sepertinya aku harus membant
Clarissa bersiap untuk pergi. Hari ini dia ingin mengunjungi panti jompo terlebih dahulu sebelum dia ingin bertemu dengan mantan suaminya itu. Iya, wanita paru baya itu sudah membulatkan tekad untuk bertemu dengan Seno mantan suaminya yang sudah dia campakkan demi pria lain. Meskipun nanti hanya Kemarahan yang dia dapat tapi dia tidak peduli lagi yang penting bisa membicarakan hal ini segera. Clarissa masih menyimpan nomor ponsel Seno, meskipun pria paruh baya itu sudah memblokirnya semenjak perpisahan mereka. “Aku tidak tahu, apakah Mas Seno masih membenciku atau tidak, tapi tak ada pilihan lain selain membicarakan hal ini. Rama dan Raga adalah anak-anakku. Mungkin sekarang Raga juga masih membenciku atau sudah menganggapku mati,” pikirnya dalam hati. ***Dua puluh menit perjalanan akhirnya Clarissa sampai di yayasan panti jompo. Bu Kasih langsung menyambutnya dengan bahagia.“Bagaimana kesehatan Oma Dora, Bu?” tanya Clarissa lembut. “Alhamdulillah sudah membaik Bu. Beliau
“Bagaimana, apakah kamu sudah menemukan menantu saya?”“Maaf Pak, saya belum bisa menemukan lokasi Bu Viona, terakhir ponsel Bu Viona aktif di rumah Nona Vina setelah itu tidak terlacak lagi.”“Apakah tidak ada cara lain?” “Saya akan tetap mencari Pak, atau di daerah rumah Nona Vina ada semacam CCTV di jalan, mungkin saja kita bisa mendapatkan petunjuk?” Seno berpikir sesaat kemudian mencoba mengamati lokasi jalan rumah Vina yang ternyata ada CCTV di jalan menuju rumah Vina. “Ya, kamu benar sepertinya ada CCTV di sana. Semoga saja berfungsi.”“Baik Pak, kami akan melacaknya.” “Oh iya berikan informasi tentang Rama Ardi Saputra, saya minta nomor ponselnya.”“Beri saya waktu satu menit untuk melacaknya.”“Baik, saya tunggu.” Seno menunggu sesaat kemudian informan itu pun memberikan nomor ponsel Rama. Informan pun memberitahukan lokasi di mana Rama berada. Seno langsung mengendarai mobilnya menuju lokasi yang dituju sembari menghubungi Rama. Teleponnya tersambung tapi tidak diangk
Viona terpaku dengan tulisan Vina. Memang dia sangat mencintai Raga tapi dia juga menyayangi Rama sebagai sahabat yang baik. Rama pernah menyatakan cinta kepada Vina tapi ditolak oleh Vina langsung. Sampai akhirnya Rama pun keluar dari kampus memilih untuk pergi dari kehidupan Meraka.Sampai akhirnya Rama kembali di kehidupan mereka dengan wajah baru. Hal yang pertama kali dilakukan oleh Rama adalah menemui Vina dan mengatakan masih tetap mencintai Vina sampai kapan pun sehingga mereka pun melakukan hubungan tanpa sepengetahuan Raga. Vina pun menerima cinta Rama karena pria yang pernah dia tolak itu sudah mampu menyaingi kehidupan Raga. Rama pun menceritakan tentang siapa dirinya kepada Vina kalau dia adalah saudara tiri Raga. Rama juga menceritakan tujuan kembali datang karena ada misi yang ingin dia capai yaitu balas dendam. Balas dendam kepada keluarga Subrata karena telah membuat ibunya menderita dan mengambil harta yang seharusnya milik Rama dari tangan keluarga Subrata. Rup
Viona diberikan izin untuk memasuki kamar Vina. Wanita paru baya itu pun tak tega setelah mendengarkan cerita Viona yang merupakan istri sah dari Raga. Vina memang adalah selingkuhan Raga tapi dia juga adalah wanita yang baik di mata para pelayannya yang selalu bersikap ramah dan adil. Meskipun Vina di kenal sangat pemarah tapi tidak pernah membuat para pembantunya kesulitan. Bukan karena dia jahat tapi karena cintanya tak direstui oleh orang tua Raga sehingga dia menjadi berubah seperti itu. Kedua orang tuanya sudah lama berpisah saat Vina masih berusia sepuluh tahun. Mereka berdua secara perlahan telah mengabaikan Vina karena mereka pun sudah memiliki kehidupan masing-masing sehingga melupakan anak mereka. Vina pun diambil asuh oleh pembantu setianya itu.Viona mendengarkan semua kisah hidup Vina yang ternyata lebih miris darinya. Jika Viona ditinggal oleh kedua orang tuanya karena pengabdian kepada sang majikan, tapi Vina ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya karena keegoisan
“Berpikirlah sebelum kamu memutuskan karena saya tidak akan memberikan kesempatan untuk kedua kalinya,” ucap Rama tegas.“Apa yang kamu dapat dari semua ini, Mas? Apakah kamu sekarang bahagia?” tanya Viona.“Banyak Vio. Saya bisa menjatuhkan keluarga Subrata dan termasuk kamu Vio. Tawaran masih berlaku. Apapun yang saya lakukan tentu saja saya bahagia Vio, musuh sekaligus pesaing bisnis saya sudah menjadi hancur berkeping-keping,” sindir Rama tersenyum kecil. “Kenapa kamu ingin menikahi saya? Bukannya seleramu sangat tinggi. Saya hanya wanita kampung, tidak cantik dan tidak berkelas seperti kalian. Dengan cara curang seperti ini kamu saja seperti seorang pengecut. Memakai cara kotor untuk mendapatkan keinginanmu.” Viona menegaskan. “Saya tidak peduli dengan apa yang kamu katakan. Raga awalnya juga tidak mencintaimu bahkan berlaku kasar dan dingin denganmu. Awalnya saya juga mendekati kamu hanya ingin membuat Raga cemburu dan kamu lebih memilih dia yang lebih perhatian menurutmu. T
Opa Lukman masih tak sadarkan diri. Guncangannya begitu hebat sehingga membuat pria tua itu syok berat dan harus dilarikan ke rumah sakit. Meskipun sudah tidak dalam kondisi kritis namun kesehatan Opa Lukman masih terus di pantau, sehingga beliau pun masih menginap di rumah sakit untuk beberapa Minggu ke depan. Setelah berita itu menyebar tentu banyak saja spekulasi apa pun yang beredar. Seno hampir kewalahan untuk membujuk beberapa investor yang bekerjasama dengan perusahaan keluarganya, tapi semua sia-sia sehingga mereka tidak mau menjalin kerjasama dengan perusahaan mereka. Perusahaan keluarga Subrata diambang kehancuran. ***Sudah hampir sepekan kasus Raga bergulir tetapi belum selesai. Pihak polisi masih mencari bukti keterlibatan Raga di dalamnya. Berita tentang perselingkuhan pun semakin hangat karena semua orang sudah tahu kalau tentang hal itu, yang mengakibatkan Vina sengaja mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri dalam keadaan hamil . Hal ini menambah deretan kesal
Viona sudah sampai di kantor polisi bersama supir pribadinya. Papi Seno mengantarkan Opa Lukman ke rumah sakit terlebih dahulu. Dia pun menyuruh Mbok Ratmi ikut menemani Opa Lukman karena setelah dari rumah sakit Papi Seno akan menyusul ke kantor polisi. Viona terlihat khawatir kenapa suaminya ada di kantor polisi. Pihak polisi pun tak memberitahukan apa yang terjadi sebenarnya. “Pergi ke mana Mas Raga malam-malam dan sekarang dia ada di kantor polisi. Apakah Mas Raga menemui Mbak Vina atau Mas Raga telah melakukan sesuatu sehingga polisi menahannya?” pikir Viona sudah bercabang. ***“Selamat malam, Pak,” sapa Viona setelah masuk ke kantor polisi. “Selamat malam Bu Vio, silakan duduk.” Viona duduk dan kemudian bertanya, “Apa yang terjadi dengan suami saya, Pak? Dan di mana suami saya?” Viona semakin gelisah karena firasatnya mulai berpikir buruk.“Maaf Bu, Pak Raga kami tahan atas tuduhan melenyapkan seseorang,” ucap Pak Polisi terlihat sangat serius. “Apa, maksud Bapak suam
“Kurang ajar kalian sudah mempermainkan aku! Eh Rama, kamu dan ibumu sama saja seorang pecundang. Aku tidak heran jika ayahmu juga mewariskan tabiat buruk itu. Mengambil hak milik orang lain secara paksa! Ditambah ibumu yang egois,” kesal Raga.“Oh rupanya kamu sudah tahu kalau kita bersaudara,” ejek Rama tersenyum kecil. “Aku bahkan tidak sudi mempunyai saudara sepertimu,” jawab Rama. Vina terdiam mendengarkan semuanya. Ekspresinya begitu datar. Raga memperhatikannya dan bisa menarik kesimpulan kalau dia pasti sudah tahu semuanya. “Kamu sudah tahu kan, kalau kami adalah saudara tiri? Jawab!” bentak Raga membuat Vina kaget. “Mas, aku ... aku ...”“Aku sangat bodoh. Seandainya aku menurut keinginan papi untuk memutuskan hubungan langsung dengan kamu, tentu hal ini tidak akan terjadi. Tapi ini belum juga terlambat juga, jadi aku memutuskan hari ini kalau kita sudah tidak mempunyai hubungan dengan kamu. Minta pertanggung jawabannya dengan Rama karena aku yakin kamu hamil dengan dia
Raga masih memikirkan perkataan Clarissa. Bahkan sampai pulang ke rumah pun kalimat itu masih terniang-niang. “Ada apa Mas?” Viona memperhatikan suaminya yang terlihat gelisah. “Tidak ada, tidurlah , aku masih ada pekerjaan,” jawabnya kembali menatap layar laptop di hadapannya. “Apakah Mas, masih memikirkan ucapan Tante Clarissa?” tanyanya lagi. “Wanita itu lebih menyayangi dia. Rama ternyata dia adalah saudara tiriku. Pantas saja selama ini dia begitu ingin menyaingi aku. Apakah kamu sudah tahu tentang soal ini?” selidik Raga menatap tajam. “A—aku juga baru tahu Mas kalau dia adalah saudara tirimu. Mas sendiri dulu berteman baik dengannya tidak tahu siapa dia sebenarnya.”“Karena dulu memang dia tinggal sendiri. Bahkan tidak pernah ada keluarga yang mengunjunginya sekali pun. Dia juga meyakinkan kalau seorang anak yatim piatu. Pantas saja jika dari dekat lama-lama wajahnya ada kemiripan dengan wanita itu,” kesal Raga. “Dengar Vio, aku tidak ingin kamu terlalu seting ke panti
Viona menghampiri Clarissa dan membantubya berdiri dan kemudian berkata, “ Kenapa Tante menangis, ada apa Tante? Apakah Mas Raga mengatakan hal yang menyakiti hati Tante?” Viona merasa iba dengan Clarissa. Meskipun dia sudah tahu semua kejadian mas lalu yang pernah diceritakan oleh Opa Lukman. Dia juga tidak membenarkan sikap Clarissa yang lebih mementingkan uang daripada keluarga. Tapi melihat kondisi wanita paru baya saat ini membuat hatinya terenyuh. Viona membawabya duduk dan memberikan segala air putih. “Tante sudah merasa baikan?” tanyanya lagi. Clarissa mengelus pipi halu Viona dan tersenyum. “Kamu wanita yang baik pantas saja kamu menjadi rebutan para pria yang menyukaimu. Bolehkah Tante bertanya sesuatu denganmu?” “Tante mau tanya apa?” “Apakah kamu memang mencintai Raga? Bukankah Raga sudah mempunyai Vina dan sedang hamil anaknya? Kenapa kamu tidak bercerai dengan Raga? Apakah kamu mau di madu? Vio ... kita tidak boleh menerima nasib pasrah begitu saja. Jika kamu mema