Share

Bab 9

Author: Cahaya Suci
last update Last Updated: 2023-05-19 13:29:50
Pada pemeriksaan sebelumnya tidak disebutkan bahwa Anisa mengandung bayi kembar. Bagaimana bisa tiba-tiba ada dua nyawa di dalam kandungannya?

Anisa memegang hasil USG-nya sambil duduk dan melamun di lorong rumah sakit. Dokter mengatakan kemungkinan untuk mengandung anak kembar sangat rendah. Jika dia menggugurkan kandungannya, kecil kemungkinan dia akan bisa mengandung anak kembar lagi.

Anisa tersenyum kecut, semua ini adalah ulah dokter Keluarga Pratama. Ketika menanamkan sel telur yang telah dibuahi, dokter tidak memberi tahu Anisa kalau dia akan mengandung anak kembar.

Di mata Keluarga Pratama, mungkin Anisa hanya dimanfaatkan sebagai sarana untuk melahirkan anak. Minggu lalu Anisa mengalami pendarahan yang dikira menstruasi. Setelah memberi tahu dokter Keluarga Pratama, dokter mengira penanaman benihnya gagal. Ditambah Theo baru sadarkan diri dan hendak menceraikan Anisa.

Sejak saat itu dokter Keluarga Pratama sudah tidak pernah mencari Anisa.

Anisa frustasi, apakah dia harus melahirkan kedua anak ini? Setelah duduk selama satu jam, tiba-tiba ponselnya berdering. Anisa pun mengeluarkan ponsel dan menjawab panggilan tersebut.

"Anisa, ayahmu lagi kritis! Cepat pulang!" Suara Maya terdengar panik.

Anisa tercengang, ayahnya kritis? Bagaimana mungkin?

Beberapa waktu lalu perusahaan Keluarga Kintara mengalami masalah yang cukup serius. Masalah tersebut menyebabkan ayahnya pingsan dan harus dirawat di rumah sakit. Ayahnya bahkan tidak bisa menghadiri pernikahan Anisa.

Tidak disangka, ternyata penyakitnya separah ini?

Kepala Anisa terasa penat. Sejaknya ayahnya berselingkuh, Anisa membenci dan tak akan memaafkan ayahnya. Namun begitu mendengar kondisi ayahnya yang sedang sekarat, jantung Anisa terasa berdegup kencang.

....

Sesampainya di rumah Keluarga Kintara, kondisi ruang terlihat berantakan. Maya bergegas menarik Anisa ke kamar untuk menemui ayahnya, Omar Kintara.

Omar berbaring di atas tempat tidur, kondisinya tampak sekarat.

"Ayah, kenapa tidak dirawat di rumah sakit?" Anisa menggenggam tangan Omar sambil menangis tersedu-sedu.

Malia mendengus dingin. "Gampang banget pertanyaan kamu? Dari mana uang buat bayar biaya rumah sakit ayahmu?"

Anisa mengangkat kepalanya dan menatap Malia. "Bukannya kamu sudah dapat uang dari Keluarga Pratama? Kenapa nggak merawat ayahku?"

Malia mengerutkan bibirnya dan menjawab, "Uang itu buat bayar utang! Kamu tahu berapa banyak utang ayahmu? Anisa, kamu pikir aku mencuri semua uang ayahmu? Lagi pula kondisi ayahmu sudah parah, nggak bisa disembuhin lagi. Kalaupun dia meninggal, bukannya itu lebih bagus? Penyakit ayahmu nggak akan membuatnya menderita lagi."

Setelah berbicara, Malia bangkit berdiri dan pergi meninggalkan kamar.

Aida tidak bersikap seperti Malia. Bagaimana Omar adalah ayah kandungnya Aida. Ditambah, Omar juga sangat menyayanginya. Dia tidak ingin kehilangan ayahnya ....

"Ayah, jangan marah, ya! Ibu bukannya tidak mau merawat ayah, tapi keluarga kita memang sedang susah," kata Aida sambil menangis. "Ayah, aku ingin ayah sembuh ...."

Omar tidak memedulikan ucapan Aida. Sebaliknya, Omar menatap ke arah Anisa dan Maya.

Kedua mata Omar tampak berkaca-kaca. "Anisa, anak baik, Ayah minta maaf. Ayah minta maaf sama ibumu. Di kehidupan berikutnya aku pasti akan menebus semua kesalahanku."

Sesaat selesai bicara, Omar langsung menutup mata dan tangan yang menggenggam tangan Anisa pun terjatuh.

Semua orang pun menangis dan meraung-raung. Hati Anisa terasa sangat sakit!

Dalam sekejap, dunia Anisa terasa runtuh dan hancur berkeping-keping. Dia menikahi pria yang tak dicintai, sekarang hamil, dan ayahnya meninggal.

Anisa masih sangat muda, tetapi kehidupan seolah tak rela membiarkannya hidup dengan tenang. Sekarang dia merasa seperti di ambang jurang, tak banyak yang bisa dilakukan.

Di hari pemakaman Omar, langit mendung dan agak gerimis. Setelah pemakaman selesai, Malia mengajak teman-temannya ke hotel.

Semua orang membubarkan diri, hanya tersisa Anisa dan Maya yang berdiri di depan makam Omar.

Langit sendu, cuaca mendung, sama seperti perasaan Anisa dan Maya ....

"Bu, Ibu masih membenci Ayah?" Anisa menangis saat meratapi makam ayahnya.

"Benci, sangat benci! Walaupun dia sudah mati, aku tidak akan memaafkan dia!" jawab Maya.

"Terus kenapa Ibu nangis?" Anisa terlihat kebingungan.

"Karena ... aku pernah mencintainya sepenuh hati. Anisa, cinta adalah perasaan yang rumit. Tidak selalu harus memilih cintai atau benci. Terkadang kita bisa mencintai sekaligus juga membenci orang tersebut." Maya menghela napas.

Sejak kepergian Omar sampai hari pemakaman, Anisa sudah 3 hari tidak pulang ke rumahnya Theo.

Walaupun Anisa tidak pulang, tidak ada seorang pun anggota Keluarga Pratama yang mencari atau meneleponnya. Anisa juga tidak memberi tahu mereka mengenai kepergian ayahnya.

Malam ini Anisa pulang dalam kondisi kelelahan. Sesampainya di halaman, dia tertegun melihat ruang tamu yang terang benderang serta suasana yang cukup ramai.

Semua orang tampak berpakaian rapi, mereka memegang segelas anggur sambil mengobrol.

Anisa pun menghentikan langkahnya, dia ragu untuk memasuki rumah.

"Nona!" Bibi Wina melihat kepulangan Anisa.

Sekujur tubuh Anisa basah kuyup, dia tampak sangat menyedihkan.

"Nona, di luar dingin! Ayo, masuk dulu." Bibi Wina memeluk Anisa masuk ke dalam rumah.

Anisa berpakaian serba hitam. Dari kemeja, rok, mantel, sampai sepatu. Berbeda dengan biasanya, hari ini auranya memancarkan kesan yang dingin.

Bibi Wina membawakan handuk dan sandal rumah untuk Anisa. Ketika Anisa mengeringkan badan, para tamu mengerutkan alis sambil menatapnya dengan jijik.

Tatapan para tamu bagaikan pengunjung yang sedang mengunjungi kebun binatang, merendahkan dan mengejek.

Anisa menggunakan tatapan yang sama untuk menatap Theo yang sedang duduk di sofa. Dia melihat seorang wanita seksi duduk di samping Theo, mereka terlihat cukup mesra.

Wanita tersebut memiliki rambut yang panjang, dia mengenakan gaun putih ketat yang menonjolkan lekukan tubuh. Anisa yakin, wanita itu pasti memiliki hubungan khusus dengan Theo.

Sesaat menatap wanita itu, Anisa mengerutkan alisnya sambil memikirkan sesuatu.

"Kamu Anisa, ya?" Wanita tersebut bangkit dari sofa, lalu berjalan ke depan Anisa. "Katanya kamu menantu pilihan Tante Sabrina? Emm, bagus juga selera Tante. Kamu lumayan cantik, sayangnya terlalu kecil. Eh, aku bukan bilang umurmu, tapi ukuran tubuhmu ...."

Anisa menyeringai dingin. "Kamu cantik dan seksi, aku nggak ada apa-apanya. Kapan Theo akan menikahi kamu?"

Pertanyaan Anisa sontak membuat wanita ini marah.

"Anisa! Jaga ucapanmu! Kamu nggak tahu aku sudah berapa lama kenal Theo? Jangan berlagak berkuasa mentang-mentang kamu sudah jadi istrinya. Kalaupun aku menamparmu di sini, Theo nggak akan membelamu." Sembari bicara, wanita ini mengangkat tangannya.

"Prang!" Terdengar suara pecahan. Anisa mengambil sebotol anggur dan memecahkannya.

Cairan anggur menyembur hingga mengotori meja serta karpet ruangan.

Dengan mata memerah, Anisa menggenggam pecahan beling sambil berjalan mendekati wanita tersebut. "Mau pukul aku? Sini! Kalau kamu berani menyentuhku, aku nggak akan tinggal diam!"

Semua orang terkejut melihat sikap Anisa. Berdasarkan gosip yang mereka dengar, istrinya Theo adalah wanita yang lembut dan pendiam, tetapi faktanya ....

Theo duduk mengisap rokok sambil mengernyit. Tatapan matanya tertuju kepada Anisa yang tampak galak sekaligus menyedihkan.

Related chapters

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 10

    Seketika suasana di ruang tamu pun menjadi sunyi.Anisa melemparkan pecahan beling, lalu kembali ke kamar dan membanting pintunya."Prang!" Semua orang terkejut mendengar suara dentuman pintu.Berani membanting pintu di depan Theo? Anisa tidak takut mati?Sebagian orang melirik Theo secara diam-diam. Yang mengagetkan, ternyata Theo tidak marah?Sejak kapan Theo bisa menoleransi orang yang bersikap lancang di hadapannya? Mengingat Anisa yang berteriak dan membanting pintu, masa Theo sama sekali tidak murka?Ditambah, Anisa juga memecahkan sebotol anggur yang harganya mencapai 4 miliar. Para tamu bahkan belum sempat meminumnya."Eh, aku dengar ayahnya Anisa baru meninggal 2 hari yang lalu. Dia memakai baju serba hitam, kayaknya baru pulang dari pemakaman," kata salah seorang tamu yang memecah keheningan.Wanita berambut panjang yang mengenakan gaun putih ini adalah Clara Tangsa, senior manajer departemen perhubungan masyarakat.Hari ini adalah ulang tahunnya Clara sekaligus merayakan kes

    Last Updated : 2023-05-19
  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 11

    Theo mengulurkan tangannya dan memberikan sebungkus tisu kepada Anisa.Anisa tertegun melihat kebaikan Theo. "Terima kasih."Setelah Anisa mengambil tisu tersebut, Theo menutup kaca jendela dan pergi.Pukul 10 pagi.Di perusahaan Kintara Group.Meskipun sudah bangkrut, para pegawai masih bertahan. Bagaimanapun Kintara Group adalah salah satu perusahaan terbesar di kota. Terlepas dari semua pemberitaan negatif, para karyawan tidak mau menyerah sampai ada keputusan lebih lanjut.Jika tidak mengetahui kebangkrutan yang dialami perusahaan, Anisa pasti mengira perusahaan baik-baik saja saat melihat para pegawai yang tampak tenang.Anisa masuk ke ruang rapat dengan didampingi wakil presdir.Sesaat melihat kedatangan Anisa, pengacara langsung berkata, "Nona Anisa, aku turut berduka cita. Aku dipercayakan ayahmu untuk membacakan surat wasiat ini."Anisa mengangguk."Ayahmu memiliki 6 properti, ini surat-suratnya. Silakan diperiksa," kata pengacara sambil memberikan dokumennya."Ayahmu memiliki

    Last Updated : 2023-05-19
  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 12

    Pada pukul 9 malam. Angin berembus meniup pepohonan, terdengar gemerisik daun-daun yang jatuh.Anisa keluar dari taksi, dinginnya angin membuat dia menggigil. Dia memeluk tasnya sambil berlari ke dalam rumah.Anisa pergi dengan mengenakan kemeja polos, tetapi pulang dengan mengenakan gaun mewah yang seksi. Theo mengepalkan tangan saat melihat Anisa yang mengenakan pakaian seperti itu untuk menyenangkan pria lain.Ketika melepaskan sepatu, Anisa baru menyadari keberadaan Theo yang sedang duduk di sofa. Hari ini Theo mengenakan pakaian berwarna hitam, auranya terasa dingin dan suram.Anisa tidak berani menatap Theo terlalu lama, dia langsung menundukkan kepala.Setelah melepaskan sepatu, Anisa bingung apakah dia harus menyapa Theo. Bagaimanapun tadi pagi Theo sudah berbaik hati memberikannya tisu.Anisa berjalan ke ruang tamu dengan perasaan gugup. Suasana malam ini terasa berbeda, biasanya ada Bibi Wina yang menyambut kepulangan Anisa.Jangan-jangan Bibi Wina sedang tidak ada di rumah?

    Last Updated : 2023-05-19
  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 13

    Di kamar utama.Perawat menyeka tubuh Theo yang basah. Theo masih belum bisa berdiri sehingga dia membutuhkan bantuan perawat.Perawat ini telah mengurus Theo sejak mengalami kecelakaan. Perawat ini adalah seorang pria paruh baya berumur 40 tahun, dia rajin dan telaten."Tuan Theo, ada memar di paha Anda. Aku ambil obat dulu," kata perawat sambil memapah Theo keluar dari kamar mandi.Setelah meletakkan Theo duduk di tempat tidur, perawat bergegas mengambil obat oleh. Theo memandangi memar di paha, dia tahu Anisa yang mencubitnya.Ketika Anisa mencubit, Theo menahan rasa sakitnya dan tidak bereaksi. Sembari menatap memarnya, bayangan Anisa yang menangis terus terbesit di benak Theo.Theo juga tak dapat melupakan aroma tubuh Anisa yang khas.Selama bertahun-tahun Theo tidak pernah menyukai wanita mana pun, bahkan bisa dibilang sudah mati rasa.Namun malam ini Anisa berhasil membuat hatinya bergejolak. Kenapa Theo bersikap seperti kepada wanita yang akan diceraikannya?Meskipun aneh setia

    Last Updated : 2023-05-19
  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 14

    Theo seperti iblis yang mengeluarkan mengeluarkan kedua taring."Theo, aku tahu kamu nggak mau anak, tapi nggak perlu mengucapkan kata-kata sekejam itu." Anisa terlihat sangat sedih.Theo menatapnya, lalu menjawab, "Aku hanya memperingatimu. Mana tahu kamu punya rencana licik?"Anisa menghela napas sambil membuang muka. Rasanya seperti sedang berjalan ke jurang kehancuran ....Respons Anisa justru membuat Theo penasaran. Dia bertanya sambil menyeringai, "Anisa, kamu mau melahirkan anakku?"Pertanyaan Theo sontak membuat Anisa membelalak ...."Aku tidak main-main, kamu tahu karakterku. Aku tidak akan segan-segan menyiksamu. Kalau tidak mau mati, jangan cari masalah!" Setelah selesai bicara, Theo kembali memang ke arah jendela."Tenang saja, aku pun nggak sudi mengandung anakmu. Yang terpenting sekarang adalah bercerai!" Anisa mengepalkan tangannya.Kalaupun Anisa mau melahirkannya, Anisa yang akan membesarkannya. Setelah anak-anaknya dewasa, Anisa akan memberi tahu mereka kalau ayahnya

    Last Updated : 2023-05-19
  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 15

    Wanita hamil dan orang tua cenderung kekurangan vitamin kalsium. Oleh sebab itu kalsium paling banyak dikonsumsi oleh orang lanjut usia dan ibu hamil."Apa aku ada kewajiban memberi tahu semua makanan, minuman, obat, bahkan sampai vitamin yang aku konsumsi?" Meskipun panik, Anisa tetap berusaha bersikap tenang.Setelah bicara, Anisa langsung berlari ke kamar. Sesampainya di kamar, Anisa menyimpan vitamin kalsium ke dalam laci, lalu pergi mencuci tangan dan wajah.Tidak bisa seperti ini terus. Kalau Anisa tidak segera meninggalkan rumah ini, suatu saat pasti akan ketahuan.Semua surat dokter ada di dalam lemari. Jika Theo menggeledah kamarnya, semua akan langsung terungkap.Namun akal sehat Anisa mengatakan bahwa Theo memang gila, tetapi dia tidak mungkin menggeledah kamar Anisa.Tanpa persetujuan Theo, mereka tidak mungkin bercerai. Theo telah memberikan mahar yang banyak.Anisa duduk di tempat tidur sambil melamun. Rasa laparnya bahkan sudah hilang.Tak berapa lama, seseorang datang m

    Last Updated : 2023-05-19
  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 16

    "Anisa, beri tahu aku, siapa wanita yang Theo sukai? Kamu tahu dari mana dia menyukai wanita lain?" Clara mulai merasa cemas.Meskipun yakin kalau tidak ada wanita lain yang dekat dengan Theo, Clara ingin memastikannya sekali lagi.Anisa menggelengkan kepala. "Aku cuma memberikan pandanganku. Aku nggak tahu apa-apa soal Theo."Sepertinya kisah percintaan Theo agak rumit, Anisa tidak mau ikut terlibat. Dia hanya mau hidup dengan baik dan melahirkan buah hatinya."Aku kira kamu melihat dia sama wanita lain. Bikin kaget saja." Clara pun lega setelah mendengar jawaban Anisa. "Theo bukan pria cocok untukmu. Dia nggak suka wanita dan nggak suka anak kecil.""Apakah kamu tahu kenapa dia nggak suka anak kecil?" Anisa bertanya dengan hati-hati."Sejujurnya aku nggak tahu, tapi aku juga nggak mau tanya. Kalau dia nggak suka, aku nggak akan memberikannya anak." Clara mengerutkan alisnya dan melanjutkan, "Sebenarnya sikap Theo lumayan baik sama aku.""Yang penting kamu bahagia." Anisa berhenti mem

    Last Updated : 2023-05-19
  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 17

    Sesaat mendengar mobil yang melaju lewat, Anisa mengangkat kepalanya dan bergegas mengusap wajahnya yang berlinang air mata.Apakah itu mobilnya Theo?Setelah mengatur ulang suasana hati, dia pun berjalan ke arah pintu rumah. Sesampainya di depan, dia melihat mobil yang ada di depan pintu.Anisa berdiri di dekat pintu, dia tidak mau berpapasan dengan Theo.Sembari menunggu, Anisa mengangkat kepalanya dan memandang langit yang penuh dengan bintang-bintang dan berkelap-kelip.Pemandangan yang cantik ....Tak terasa Anisa sudah satu jam berdiri di sana. Mobil Theo bahkan sudah dimasukkan ke dalam garasi.Lampu ruang tamu masih menyala, tetapi tak ada seorang pun di sana.Anisa menarik napas panjang, lalu berjalan masuk ke dalam rumah.Theo duduk di balkon lantai 2 sambil menikmati segelas anggur. Anisa berdiri selama satu jam, Theo juga sudah memandangi Anisa selama satu jam.Entah apa yang sedang dipikirkan Anisa, kenapa dia berdiri di sana?Sejak kecil, Theo bertemu dengan banyak orang

    Last Updated : 2023-05-19

Latest chapter

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 884

    Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 883

    "Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 882

    Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 881

    "Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 880

    Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 879

    Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 878

    Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 877

    "Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 876

    Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."

DMCA.com Protection Status