Share

Bab 11

Author: Cahaya Suci
Theo mengulurkan tangannya dan memberikan sebungkus tisu kepada Anisa.

Anisa tertegun melihat kebaikan Theo. "Terima kasih."

Setelah Anisa mengambil tisu tersebut, Theo menutup kaca jendela dan pergi.

Pukul 10 pagi.

Di perusahaan Kintara Group.

Meskipun sudah bangkrut, para pegawai masih bertahan. Bagaimanapun Kintara Group adalah salah satu perusahaan terbesar di kota. Terlepas dari semua pemberitaan negatif, para karyawan tidak mau menyerah sampai ada keputusan lebih lanjut.

Jika tidak mengetahui kebangkrutan yang dialami perusahaan, Anisa pasti mengira perusahaan baik-baik saja saat melihat para pegawai yang tampak tenang.

Anisa masuk ke ruang rapat dengan didampingi wakil presdir.

Sesaat melihat kedatangan Anisa, pengacara langsung berkata, "Nona Anisa, aku turut berduka cita. Aku dipercayakan ayahmu untuk membacakan surat wasiat ini."

Anisa mengangguk.

"Ayahmu memiliki 6 properti, ini surat-suratnya. Silakan diperiksa," kata pengacara sambil memberikan dokumennya.

"Ayahmu memiliki 3 lahan parkir, 8 toko, dan 12 mobil." Pengacara kembali menyerahkan setumpuk dokumen.

Anisa tidak tahu menahu soal semua harta yang dimiliki Omar. Pertama Anisa tidak tertarik, kedua Omar tidak pernah memberitahunya.

Anisa agak terkejut mengetahui semua harga yang dimiliki ayahnya. Jika Omar memiliki aset sebanyak ini, kenapa tidak dijual untuk biaya pengobatan?

"Selain aset-aset tersebut, ayahmu juga memiliki perusahaan ini." Pengacara terdiam sejenak saat membahas masalah perusahaan. "Ayahmu ingin memberikan perusahaan ini kepada kamu. Tapi seperti yang kamu tahu, perusahaan ini terlilit utang dan mengalami kerugian."

"Rugi berapa banyak?" tanya Anisa.

Wakil presdir berdeham, lalu menjawab, "Sekarang perusahaan membutuhkan dana sebesar 1,6 triliun. Kalau kamu bersedia menerima warisan perusahaan, berarti kamu juga bersedia bertanggung jawab atas semua utang-utangnya. Semua aset-aset yang disebut harus dijual untuk membayar utang perusahaan."

Anisa terkejut, 1,6 triliun?

Meskipun semua aset dijual, totalnya juga tidak sampai 1,6 triliun!

"Anisa, tapi kamu juga berhak menolak semua warisan ini. Dengan begitu kamu tidak perlu menanggung utang ayahmu." Raut wajah wakil presdir terlihat sedih. "Tapi kuharap kamu bisa mempertimbangkannya dulu. Ayahmu bekerja keras untuk mendirikan perusahaan ini, apakah kamu tega melihatnya hancur begitu saja?"

"Bagaimana dengan Malia dan Aida?" tanya Anisa.

"Jangan bahas ibu tirimu! Harusnya dia juga bertanggung jawab atas kerugian yang dialami perusahaan. Beberapa tahun lalu dia mengutus adiknya untuk bekerja di departemen keuangan. Adiknya menggelapkan banyak uang, sekarang orangnya kabur entah ke mana." Wakil presdir menghela napas.

Anisa memijat kening, suaranya terdengar gemetaran. "Aku juga tidak mau perusahaan ayahku bangkrut, tapi dari mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu?"

"Pinjam! Perusahaan sedang mengembangkan produk terbaru, sudah tahap akhir. Begitu produk baru diluncurkan, hasil penjualan bisa sedikit membantu operasional perusahaan," jawab wakil presdir.

"Pinjam sama siapa? Siapa yang mau meminjamkanku uang sebanyak itu?" Anisa mengerutkan alis.

"Pinjam sama bank. Kalau bank tidak mau memberikan pinjaman, cari investor yang mau mendanai. Pokoknya kita coba dulu, jangan langsung menyerah."

....

Tera Group.

Jendela besar membentang di sepanjang ruangan. Di ruangannya yang besar, Theo duduk di depan meja sambil membaca setumpuk dokumen yang ada di hadapannya.

Eden mengetuk pintu ruangan Theo, lalu masuk dan memberikan sebuah dokumen. "Pak Theo, utang Kintara Group mencapai hampir 2 triliun. Malia dan Aida kabur ke luar negeri, mereka naik penerbangan paling pagi. Sepertinya mereka tidak akan pulang sampai masalah perusahaan selesai. Aku rasa Nona Anisa akan melepaskan perusahaannya, Beliau tidak mungkin sanggup melunasi utang sebanyak ini."

Eden adalah asistennya Theo. Dia memberikan berkas-berkas yang dibawa sekaligus menjelaskan analisisnya kepada Theo.

Theo memang sedang memerlukan data-data Kintara Group.

Sebagai kepala keuangan Tera Group, Sabai Radiah memiliki pemikirannya sendiri.

"Eden, mari kita bertaruh!" kata Sabai sambil menggoyangkan cangkir kopi yang dipegang. "Aku yakin Anisa akan meminjam uang sama Theo. Sedikit banyak Theo pasti akan meminjamkannya."

Setelah keluar dari ruangan Theo, Eden dan Sabai membicarakan utang yang dihadapi Kintara Group.

"Dia tidak mungkin seberani itu." Eden menggelengkan kepala.

Sabai tersenyum sambil menyeruput kopinya. "Kamu tidak datang sih tadi malam. Anisa memecahkan sebotol anggur yang berumur 47 tahun di hadapan kami! Dia berani melawan Clara. Walaupun terlihat polos, dia lebih mengerikan daripada Clara."

"Oke, kita taruhan!" kata Eden.

"Yakin?" Sabai memastikan. "Kalau aku kalah, aku akan mentraktirmu kopi selama sebulan penuh. Kalau kamu kalah, kamu harus mentraktir seluruh jajaran direksi selama sebulan penuh. Bagaimana?"

"Oke."

....

Pada sore hari, Anisa sibuk menghubungi berbagai bank besar. Fakta di lapangan jauh lebih sulit daripada yang dibayangkan.

Di antara 8 bank yang dihubungi, Kintara Group berutang kepada 6 di antaranya. Kedua bank yang tersisa tentu saja tidak berani meminjamkan uang.

"Anisa, ini adalah penjelasan rinci mengenai produk terbaru kita. Aku akan berusaha untuk membuat janji dengan kedua CEO bank itu. Kita harus menemui mereka, tapi kamu perlu berdandan dan berpakaian yang rapi." Wakil presdir memberikan setumpuk dokumen kepada Anisa.

"Kenapa harus dandan? Kayak gini tidak boleh?" tanya Anisa.

"Kamu terlihat pucat, nanti dikira tidak sopan," jawab wakil presdir.

"Em, aku pelajari dulu produknya."

"Baik, aku akan menghubungi kedua CEO bank tersebut. Setelah tahu jam yang pasti, aku akan memberi tahu kamu," jawab wakil presdir sambil beranjak pergi.

Pada pukul enam sore.

Eden mendapatkan informasi yang akurat. "Pak Sabai, Anisa tidak melepaskan perusahaannya. Sebenarnya aku agak kaget .... Selain itu dia juga mengajak CEO River Bank dan Sunshine Bank untuk makan malam bersama."

Sabai terlihat sangat kecewa. "Kedua CEO itu sangat genit, Anisa lagi masuk ke dalam perangkap buaya! Dia bahkan belum lulus kuliah, belum tahu betapa kejamnya dunia bisnis. Cuma aku bingung, kenapa dia tidak meminta bantuan Theo? Bagaimanapun Theo adalah suaminya, jauh lebih baik daripada kedua tua bangka itu."

Eden diam-diam melirik ke arah Theo dan mengamati raut wajahnya.

Ekspresi Theo terlihat mengerikan. Meskipun tidak mencintai wanita tersebut, Anisa tetap adalah istrinya.

Kalau sampai Anisa menemani kedua pria mesum itu, mau ditaruh di mana muka Theo? Eden ikut cemas setiap membayangkan masalah yang akan dibuat Anisa.

"Pak Theo, apakah kita perlu mengingatkan Nona Anisa?" tanya Eden.

"Tidak ada yang boleh menghubunginya!" jawab Theo sambil meremas kertas yang ada di depannya.

Theo ingin lihat apakah Anisa berani berbuat macam-macam di belakangnya.

Sabai berdeham. "Ehem. Bagaimana kalau kita minum? Aku traktir?"

Theo menutup laptopnya, lalu melirik pengawal yang ada di sebelah. Pengawal bergegas mengangguk dan mendorong kursi roda Theo.

Related chapters

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 12

    Pada pukul 9 malam. Angin berembus meniup pepohonan, terdengar gemerisik daun-daun yang jatuh.Anisa keluar dari taksi, dinginnya angin membuat dia menggigil. Dia memeluk tasnya sambil berlari ke dalam rumah.Anisa pergi dengan mengenakan kemeja polos, tetapi pulang dengan mengenakan gaun mewah yang seksi. Theo mengepalkan tangan saat melihat Anisa yang mengenakan pakaian seperti itu untuk menyenangkan pria lain.Ketika melepaskan sepatu, Anisa baru menyadari keberadaan Theo yang sedang duduk di sofa. Hari ini Theo mengenakan pakaian berwarna hitam, auranya terasa dingin dan suram.Anisa tidak berani menatap Theo terlalu lama, dia langsung menundukkan kepala.Setelah melepaskan sepatu, Anisa bingung apakah dia harus menyapa Theo. Bagaimanapun tadi pagi Theo sudah berbaik hati memberikannya tisu.Anisa berjalan ke ruang tamu dengan perasaan gugup. Suasana malam ini terasa berbeda, biasanya ada Bibi Wina yang menyambut kepulangan Anisa.Jangan-jangan Bibi Wina sedang tidak ada di rumah?

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 13

    Di kamar utama.Perawat menyeka tubuh Theo yang basah. Theo masih belum bisa berdiri sehingga dia membutuhkan bantuan perawat.Perawat ini telah mengurus Theo sejak mengalami kecelakaan. Perawat ini adalah seorang pria paruh baya berumur 40 tahun, dia rajin dan telaten."Tuan Theo, ada memar di paha Anda. Aku ambil obat dulu," kata perawat sambil memapah Theo keluar dari kamar mandi.Setelah meletakkan Theo duduk di tempat tidur, perawat bergegas mengambil obat oleh. Theo memandangi memar di paha, dia tahu Anisa yang mencubitnya.Ketika Anisa mencubit, Theo menahan rasa sakitnya dan tidak bereaksi. Sembari menatap memarnya, bayangan Anisa yang menangis terus terbesit di benak Theo.Theo juga tak dapat melupakan aroma tubuh Anisa yang khas.Selama bertahun-tahun Theo tidak pernah menyukai wanita mana pun, bahkan bisa dibilang sudah mati rasa.Namun malam ini Anisa berhasil membuat hatinya bergejolak. Kenapa Theo bersikap seperti kepada wanita yang akan diceraikannya?Meskipun aneh setia

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 14

    Theo seperti iblis yang mengeluarkan mengeluarkan kedua taring."Theo, aku tahu kamu nggak mau anak, tapi nggak perlu mengucapkan kata-kata sekejam itu." Anisa terlihat sangat sedih.Theo menatapnya, lalu menjawab, "Aku hanya memperingatimu. Mana tahu kamu punya rencana licik?"Anisa menghela napas sambil membuang muka. Rasanya seperti sedang berjalan ke jurang kehancuran ....Respons Anisa justru membuat Theo penasaran. Dia bertanya sambil menyeringai, "Anisa, kamu mau melahirkan anakku?"Pertanyaan Theo sontak membuat Anisa membelalak ...."Aku tidak main-main, kamu tahu karakterku. Aku tidak akan segan-segan menyiksamu. Kalau tidak mau mati, jangan cari masalah!" Setelah selesai bicara, Theo kembali memang ke arah jendela."Tenang saja, aku pun nggak sudi mengandung anakmu. Yang terpenting sekarang adalah bercerai!" Anisa mengepalkan tangannya.Kalaupun Anisa mau melahirkannya, Anisa yang akan membesarkannya. Setelah anak-anaknya dewasa, Anisa akan memberi tahu mereka kalau ayahnya

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 15

    Wanita hamil dan orang tua cenderung kekurangan vitamin kalsium. Oleh sebab itu kalsium paling banyak dikonsumsi oleh orang lanjut usia dan ibu hamil."Apa aku ada kewajiban memberi tahu semua makanan, minuman, obat, bahkan sampai vitamin yang aku konsumsi?" Meskipun panik, Anisa tetap berusaha bersikap tenang.Setelah bicara, Anisa langsung berlari ke kamar. Sesampainya di kamar, Anisa menyimpan vitamin kalsium ke dalam laci, lalu pergi mencuci tangan dan wajah.Tidak bisa seperti ini terus. Kalau Anisa tidak segera meninggalkan rumah ini, suatu saat pasti akan ketahuan.Semua surat dokter ada di dalam lemari. Jika Theo menggeledah kamarnya, semua akan langsung terungkap.Namun akal sehat Anisa mengatakan bahwa Theo memang gila, tetapi dia tidak mungkin menggeledah kamar Anisa.Tanpa persetujuan Theo, mereka tidak mungkin bercerai. Theo telah memberikan mahar yang banyak.Anisa duduk di tempat tidur sambil melamun. Rasa laparnya bahkan sudah hilang.Tak berapa lama, seseorang datang m

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 16

    "Anisa, beri tahu aku, siapa wanita yang Theo sukai? Kamu tahu dari mana dia menyukai wanita lain?" Clara mulai merasa cemas.Meskipun yakin kalau tidak ada wanita lain yang dekat dengan Theo, Clara ingin memastikannya sekali lagi.Anisa menggelengkan kepala. "Aku cuma memberikan pandanganku. Aku nggak tahu apa-apa soal Theo."Sepertinya kisah percintaan Theo agak rumit, Anisa tidak mau ikut terlibat. Dia hanya mau hidup dengan baik dan melahirkan buah hatinya."Aku kira kamu melihat dia sama wanita lain. Bikin kaget saja." Clara pun lega setelah mendengar jawaban Anisa. "Theo bukan pria cocok untukmu. Dia nggak suka wanita dan nggak suka anak kecil.""Apakah kamu tahu kenapa dia nggak suka anak kecil?" Anisa bertanya dengan hati-hati."Sejujurnya aku nggak tahu, tapi aku juga nggak mau tanya. Kalau dia nggak suka, aku nggak akan memberikannya anak." Clara mengerutkan alisnya dan melanjutkan, "Sebenarnya sikap Theo lumayan baik sama aku.""Yang penting kamu bahagia." Anisa berhenti mem

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 17

    Sesaat mendengar mobil yang melaju lewat, Anisa mengangkat kepalanya dan bergegas mengusap wajahnya yang berlinang air mata.Apakah itu mobilnya Theo?Setelah mengatur ulang suasana hati, dia pun berjalan ke arah pintu rumah. Sesampainya di depan, dia melihat mobil yang ada di depan pintu.Anisa berdiri di dekat pintu, dia tidak mau berpapasan dengan Theo.Sembari menunggu, Anisa mengangkat kepalanya dan memandang langit yang penuh dengan bintang-bintang dan berkelap-kelip.Pemandangan yang cantik ....Tak terasa Anisa sudah satu jam berdiri di sana. Mobil Theo bahkan sudah dimasukkan ke dalam garasi.Lampu ruang tamu masih menyala, tetapi tak ada seorang pun di sana.Anisa menarik napas panjang, lalu berjalan masuk ke dalam rumah.Theo duduk di balkon lantai 2 sambil menikmati segelas anggur. Anisa berdiri selama satu jam, Theo juga sudah memandangi Anisa selama satu jam.Entah apa yang sedang dipikirkan Anisa, kenapa dia berdiri di sana?Sejak kecil, Theo bertemu dengan banyak orang

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 18

    "Duduk!" Theo menatap Anisa dengan tajam."Oh ...." Ketika berjalan ke depan sofa, Anisa melihat sebuah laptop yang terletak di atas meja. Dari layar laptop yang terbuka, dia melihat sebuah rekaman yang tampak familier.Rekaman itu tampak seperti rekaman CCTV di kamar utama. Kamera menghadap ke arah kasur, Theo dan Anisa sedang berada di atas tempat tidur.Seketika darah Anisa pun mendidih saat melihat rekaman tersebut."Deg!" Hati Anisa tersentak. Dia mengangkat kepalanya, lalu menunjuk ke arah laptop dan memarahi Theo, "Theo! Kamu gila, ya? Kamu memasang CCTV di kamar?"Padahal Anisa ingin melupakan bahwa dia dan Theo pernah tidur bersama selama 3 bulan. Selama 3 bulan Theo koma, Anisa tidak terlalu memedulikan pakaiannya di dalam kamar. Dia keluar masuk kamar mandi dengan mengenakan handuk, bahkan mengganti baju di dalam kamar.Pantas saja Anisa tidak terima begitu mengetahui bahwa selama 3 bulan ini semua gerak-geriknya dipantau melalui CCTV.Ketika Anisa pindah kemari, tak ada seo

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 19

    Hari ini adalah akhir pekan, Anisa baru bangun pada pukul 10.30Setelah sekian lama, akhirnya Anisa bisa bangun siang. Sesaat keluar dari kamar, semua mata sontak menatap ke arahnya.Anisa mengenakan daster longgar, rambutnya terurai, dan wajahnya masih polos.Anisa tidak menyangka Theo menerima tamu di akhir pekan seperti ini.Theo dan para tamunya menatap Anisa dengan ekspresi serius, tampaknya kemunculan Anisa agak mengejutkan orang-orang.Setelah mematung sebentar, Anisa terbangun dari lamunannya, lalu membalikkan badan dan hendak kembali ke dalam kamar.Tiba-tiba Bibi Wina muncul dan menggandengnya ke ruang makan. "Nona, kamu pasti lapar. Ayo, makan dulu. Tadi pagi aku lihat Nona nyenyak banget, aku jadi tidak tega membangunkan Nona.""Si-siapa mereka? Kok ramai banget?" tanya Anisa terbata-bata."Temannya Tuan, mereka datang menjenguk Tuan. Kalau Nona takut, tidak perlu sapa mereka," jawab Bibi Wina.Anisa mengangguk. "Em."Jangan temannya Theo, Anisa saja malas menyapa Theo.Kal

Latest chapter

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 884

    Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 883

    "Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 882

    Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 881

    "Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 880

    Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 879

    Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 878

    Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 877

    "Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 876

    Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status