Theo tertidur pulas. Sekujur tubuhnya berkeringatan, suhu badannya sudah kembali normal.Kemudian Anisa berbaring di sebelah Theo, sekujur tubuhnya terasa sangat lelah. Tak berapa lama Anisa pun terlelap.Sekitar pukul 3, Anisa bangun karena kelaparan. Dia bergegas ganti baju dan keluar dari kamar. Ketika melewati ruang tamu, Anisa melihat pengawal dan sopir yang sedang menonton, sedangkan Maya duduk di dapur sambil bermain ponsel.Suasana di rumah terasa harmonis."Anisa, kamu sudah lapar?" Maya bangkit berdiri, lalu menyajikan hidangan yang sudah disiapkannya.Anisa menghampiri sopir yang sedang menonton dan berkata, "Kayaknya sebentar lagi Theo bangun. Tolong ambilkan baju bersih.""Baik." Sopir bergegas melaksanakan perintah Anisa.Setelah sopir pergi, Anisa mengambil remot dan mematikan televisi. "Ibuku vertigo, dia nggak tahan sama suara yang berisik."Pengawal tidak berani membantah. Bagaimanapun Theo masih tidur, entah kapan baru bangun ........Seperti dugaan, waktu sudah men
Satu jam kemudian sopir kembali dengan membawa obat-obatan, pakaian, perlengkapan, serta makanan yang lezat.Bibi Wina menyiapkan makan malam untuk porsi 3 orang."Nona, ini obat Tuan. Maaf merepotkan ...." Sopir menyerahkan semua perlengkapan Theo, lalu pamit dan pulang.Anisa duduk di sofa sambil membereskan barang-barang yang dibawa untuk Theo.Anisa berpikir, apakah dia terlalu baik? Kalau dia mengusir Theo sejak tadi, dia tidak akan repot begini.Ketika Anisa sedang melamun, tiba-tiba terdengar suara batuk-batuk dari kamar.Anisa menghela napas, dia mengambil obat-obatan Theo dan membawanya ke kamar.Sekarang hanya ada Anisa dan Theo di dalam rumah. Jadi, Anisa membuka semua pintu agar ada pergantian sirkulasi udara.Theo sudah mandi dan ganti baju, tetapi kondisi tempat tidur sangat berantakan."Ada air hangat?" Theo agak haus.Anisa meletakkan obat-obatan di samping kasur, lalu keluar untuk mengambil air.Theo mengikuti Anisa dari belakang. Sesampainya di ruang tamu, Theo melih
Di sini hanya ada 1 tempat tidur, sedangkan Theo masih sakit. Jadi Anisa mengalah dan tidur di ruang tamu.Setelah mandi, Anisa berbaring di atas sofa. Ketika Anisa sedang bermain ponsel, Theo keluar dari kamar dan menghampirinya.Anisa tidak mungkin memaksa Theo tidur. Masalahnya Theo sudah tidur seharian, wajar saja sama sekali tidak ngantuk. Ternyata dewan direksi tidak menyerah begitu saja, mereka kembali menelepon Anisa."Anisa, selama satu minggu ini aku tidak bisa tidur nyenyak. Jangan ditunda lagi, kita harus bicarakan malam ini juga!" kata salah seorang dewan direksi."Aku juga tidak bisa tidur dan tidak nafsu makan.""Keuangan perusahaan sudah menipis, pengembangan produk jadi ikut terhambat."Satu demi satu mengutarakan keluh kesahnya .... Mereka mengeluh agar Anisa cepat membuat keputusan.Theo melihat wajah beberapa pria yang tampak di layar ponselnya Anisa.Theo mengerutkan alis dan merebut ponsel Anisa. "Ini ....""Eh, aku lagi video call, kembalikan ponselnya ...." Ani
"Theo, aku nggak mengharapkan uangmu. Jangan memaksaku lagi." Suara Anisa terdengar serius."Kenapa? Apa bedanya uangku dengan uang orang lain?"Anisa terdiam beberapa saat, lalu menjawab, "Aku nggak mau uang siapa pun, aku nggak mau menjadi antek siapa pun."Jawaban Anisa sontak membuat Theo terdiam."Aku mau tidur, jangan ribut." Anisa berbalik dan membelakangi Theo.Melihat bayangan Anisa yang kurus, Theo menggunakan selimutnya untuk menyelimuti Anisa."Aku sudah ada selimut, jangan ganggu aku," kata Anisa sambil mengembalikan selimut Theo.Di kasur ada 2 selimut, Theo memakai yang tebal, sedangkan Anisa memakai yang tipis.Cuaca memang sangat dingin, tetapi Anisa sudah menyalakan penghangat ruangan."Kamu pakai yang tebal, aku pakai yang tipis," jawab Theo. Theo merasa sangat dingin, makanya dia berpikir kalau Anisa juga kedinginan."Pengap! Sudah, cepat tidur! Besok kamu harus pergi sebelum ibuku pulang. Jangan mengganggu kami lagi," kata Anisa tanpa sungkan."Em." Theo tidak mau
"Sejak kecil sampai sekarang, anakku tidak pernah tinggal di tempat sejelek ini! Semua salahku, aku memberikannya istri yang salah. Di antara semua wanita, kenapa aku bisa memilih Anisa ...." Perlahan-lahan napas Theo mulai terdengar stabil. Anisa mengulurkan tangannya untuk memeriksa suhu badan Theo.Theo berkeringatan, suhu tubuhnya sudah normal.Anisa takut Theo kehausan di tengah malam. Dia bangun dari tempat tidur, lalu mengambil segelas air dan meletakkannya di samping tempat tidur.Keesokan hari, Anisa bangun dan melihat kasur yang kosong. Kemudian dia mengambil ponsel untuk melihat jam. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi, Theo pasti sudah pulang ke rumahnya.Sekitar pukul 6 pagi, Theo mengirimkan pesan kepada Anisa.[ Tidurku sangat nyenyak. Aku pulang dulu. ]Begitu membaca pesan dari Theo, kedua wajah Anisa pun memerah. Bukankah cuma pesan biasa, kenapa dia tersipu malu?Anisa bangun dari tempat tidur, dia mencari remot dan mematikan penghangat ruangan.Setelah mandi dan b
"Di matamu cuma ada Anisa?" Senyuman di wajah Clara pun sirna."Cari orang yang mencintaimu, aku bukan orang itu," jawab Theo.Clara langsung berbalik dan pergi meninggalkan ruangan Theo.Selama seharian ini, suasana hati Clara sangat buruk. Pada malam hari dia mengajak Nial untuk minum-minum.Melihat penampilan Clara yang acak-acakan, Nial langsung berkata, "Nggak akan ada pria yang menyukai wanita berantakan."Clara memelototi Nial, kedua matanya tampak memerah. "Aku sudah cukup lelah, jangan ajak berantem."Nial menuangkan segelas arak untuk Clara. "Clara, bisa dibilang kita berdua cukup kompak. Kalau kamu mau mendapatkan Theo, dengarkan aku!""Memangnya aku masih bisa mendapatkan Theo?" Clara langsung meneguk araknya.Nial merangkul Clara, lalu berbisik di telinganya, "Selama Theo masih hidup, kamu nggak akan bisa mendapatkan dia. Tapi kalau dia sudah mati, kamu bisa menyimpan abunya. Bagaimana?"Ekspresi Clara terlihat makin muram, dia mengangkat tangan dan mendorong tubuh Nial."
Clara tidak tahu harus menjawab apa. Sejak tadi pagi, Clara sudah berusaha mempersiapkan mental untuk menghadapi Theo.Clara tidak ingin emosinya terpancing saat membicarakan Anisa. Namun, sekarang dia merasa sangat frustasi, seluruh pertahanannya hancur.Sembari menahan rasa sakit, Clara pergi meninggalkan Theo.Tak jauh dari sana, Nial melihat Theo yang kembali menyakiti Clara. Berani-beraninya Theo bersikap lancang di rumah Keluarga Tangsa!Nial sedih melihat Clara yang terus disakiti. Di sisi lain, Nial juga malu melihat Clara yang ngotot mendekati Theo.Clara telah mengorbankan masa mudanya untuk Theo. Selama belasan tahun, Theo selalu memperlakukan Clara seenaknya. Hari ini Nial akan membalas semua tindakan Theo!Setelah makan siang, Theo pergi ke kamar tamu untuk beristirahat. Dia heran, kenapa Anisa belum sampai juga?Bukankah Anisa nyaman berada di dekat Nial? Apakah Anisa membohongi Theo?Theo sama sekali tidak mengantuk, dia cuma malas berinteraksi dengan tamu yang lain.Set
"Tuan Theo, Anda tidak boleh masuk." Pengawal Keluarga Tangsa mencegat Theo.Theo menatapnya dengan tajam dan berkata, "Aku mau masuk! Istriku di dalam.""Maksud Anda ... Nona Anisa? Nona Anisa dan Tuan Nial sedang mendaki gunung," jawab pengawal.Theo mengerutkan alis, tatapannya memancarkan aura membunuh.Pengawal Keluarga Tangsa menunjuk ke arah jalan gunung yang terletak tak jauh dari sana. "Mereka pergi ke arah situ. Tapi sekarang sudah malam, jalanan juga gelap, sebaiknya Anda menunggu di aula pesta. Harusnya sebentar lagi Tuan pulang."Theo mengepalkan tangan dan bergegas menuju jalan yang ditunjuk pengawal.....Di ruang tamu vila selatan.Selama dua jam, Anisa mendengar ayahnya Nial menceritakan awal mula bisnisnya berdiri hingga pandangannya terhadap Kintara Group.Anisa sudah tidak tahan ...."Paman, terima kasih untuk semua sarannya, senang mengobrol dengan Paman. Oh iya, selamat tahun dan semoga panjang umur. Untuk masalah kerjaan, aku akan membicarakannya dengan Nial," ka
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."