Theo tersenyum lembut. "Beberapa hari ini Kakak sangat sibuk. Hari ini kamu pergi ke rumah sakit, ya?""Tadi pagi aku terbangun, lalu nggak bisa tidur lagi. Tapi tadi siang aku tidur lama banget." Setelah beristirahat seharian, kondisi Thea terlihat jauh lebih baik. "Kak, bagaimana keadaan Wilson?""Hari ini Kakak mendapatkan pendonor baru. Seharusnya Wilson baik-baik saja." Theo merasa gelisah setiap membahas masalah Wilson.Seandainya Theo bisa mendapatkan pendonor yang banyak ...."Kak, kamu hebat banget!" Thea menggenggam tangan Theo sambil menatapnya dengan penuh kekaguman. "Kak, aku sedih melihat kamu yang kurusan. Bibi Nini sudah menyiapkan makanan. Kakak harus makan."Thea menarik Theo ke ruang makan. "Kak, Wilson pasti sembuh. Aku mau mengajarinya untuk memanggilku Bibi.""Kamu adalah bibinya yang paling baik." Theo tersenyum."Kamu adalah ayah yang terbaik. Aku dengar, Wilson sangat mirip dengan Kakak. Kak, waktu kecil wajah Kakak mirip dengan Wilson, ya?" tanya Thea."Em." T
Polisi berhasil menangkap pelaku yang memesan batu nisan dan mengirimkannya kepada Anisa.Pihak kepolisian menangkap pria itu sekitar pukul 3 dini hari.Setelah membaca pesan itu, Theo langsung bangkit dari tempat tidur dan menelepon pihak kepolisian."Pak Theo, tersangka telah mengakui perbuatannya. Melalui interogasi panjang, pelaku mengatakan bahwa motifnya melakukan kejahatan tersebut adalah karena kebenciannya terhadap orang kaya.""Bagaimana dia mengetahui anakku? Orang biasa tidak mungkin memiliki akses sampai bisa mencari tahu nama anakku," tanya Theo.Polisi terdiam beberapa saat, lalu menjawab, "Pak, kami akan melakukan interogasi lanjutan.""Serahkan pelaku itu kepadaku. Aku punya cara untuk membuatnya buka mulut."Dokter dan Anisa tidak mencari Theo, berarti keadaan Wilson stabil.Theo menghela napas lega, lalu meletakkan ponselnya dan pergi membersihkan diri.Bibi Nini telah menyiapkan sarapan yang lezat. Sesampainya di bawah, Theo tidak melihat keberadaan Thea. "Di mana T
Theo tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia hanya ingin memeluk Anisa.Dalam sekejap, semua kesedihan dan rasa sakit pun sirna. Anisa mendapatkan lagi kekuatannya, dia percaya bahwa keajaiban akan terjadi.Setelah Anisa tenang, Theo memberikan beberapa camilan yang disiapkan Bibi Nini untuknya. Anisa mengambil camilan tersebut dan memakannya."Hasil laporannya sudah keluar. Malia mengutus orang untuk memesan batu nisan itu," kata Theo dengan suara teredam.Anisa menutup kembali kotak makanannya, lalu menarik napas panjang.Theo menggenggam erat tangan Anisa. "Kamu tunggu di rumah sakit, biar aku yang pergi menemuinya."Kemudian Theo bangkit berdiri dan langsung pergi.Sembari menatap sosok Theo yang beranjak pergi, Anisa berusaha menghibur diri sini dan bergumam, "Kali ini Theo tidak akan berbelas kasihan kepada Malia!"Theo dan Clara berteman selama belasan tahun, makanya Theo tidak tega menghabisi Clara. Namun berbeda dengan Malia, Theo dan Malia tidak memiliki hubungan apa-apa. The
Theo sama sekali tidak tahu apakah Nial yang mencuri kotak merah itu, dia juga tidak yakin apakah Malia akan mematuhinya.Theo sengaja memberikan informasi ini agar Malia memancing pelakunya muncul. Meskipun kotak tersebut sudah lama dicuri, masalah ini masih mengganggu pikirannya.Kotak itu bagaikan bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Theo telah merenungkannya, tetapi dia sama sekali tidak memiliki petunjuk siapa yang mencuri kotak tersebut.Siapa sebenarnya yang mencuri kotak tersebut dari ruang kerja Theo? Siapa berani menyelinap ke rumah untuk mencurinya?Jika pelaku ingin menghancurkan Theo, pelaku bisa menyebarkan isi kotak itu kapan saja. Masalahnya, kotak tersebut sudah lama dicuri, tapi tidak ada seorang pun yang menghubungi Theo atau menyebarkan isi kotak tersebut.Kalau tidak ingin mencelakai Theo, untuk apa pelaku mencuri kotak tersebut?Theo tidak memahami jalan pikiran pelaku. Theo bahkan sampai berpikir, jangan-jangan kotak tersebut tidak dicuri, tetapi jatuh ke dala
"Setidaknya kalian harus menyiapkan 500 ml darah."Berarti ... Theo harus menemukan 2 orang dewasa untuk mendapatkan 500 ml darah.Jangankan dua orang, untuk menemukan 1 orang saja Theo harus sampai naik pesawat, melewati gunung, dan masuk ke pedalaman. Dari mana dia bisa mendapatkan 2 orang yang juga memiliki jenis darah langka ini?Tidak, Theo tidak akan mengizinkan Thea untuk mendonorkan darahnya. Risikonya terlalu besar.Namun bagaimana dengan Wilson? Theo yang menginginkan Wilson lahir ke dunia, lantas apakah Theo hanya bisa menyaksikan putranya meninggal?Ketika Theo sedang merenung, Anisa berlari ke arahnya dan berkata, "Mike sudah mendapatkan darah."Mike baru saja menelepon Anisa. Begitu mendapatkan kabar dari Mike, Anisa langsung memberi tahu Theo. "Mike mendapatkan donor sebanyak 200 ml. Darahnya sudah dibawa ke laboratorium. Kalau tidak ada masalah, Mike langsung pulang ke sini.""Masih kurang 300 ml. Aku akan segera mencarinya," Theo bergumam."Kamu mau cari ke mana? Sekar
Grey yang berdiri di belakang Thea pun menimpali, "Hanya butuh 500 ml?"Eden mengerutkan alis sambil tersenyum kecut. "Kedengarannya memang gampang, tapi faktanya tidak semudah yang dibicarakan. Untuk menemukan 1 pendonor, Pak Theo sampai harus naik turun gunung. Ditambah, satu pendonor hanya bisa memberikan 300 ml darah. Mike menemukan seorang pendonor di Negara Hamok, dia mendapatkan 200 ml darah. Berarti, sekarang masih kurang 300 ml."Jantung Thea berdebar kencang saat mendengar ucapan Eden. "Apakah Wilson bisa diselamatkan setelah mendapatkan 300 ml darah?"Eden mengangguk. "Iya, tapi mendapatkan 300 ml darah tidaklah mudah. Di Negara Legia tidak banyak orang yang memiliki jenis darah seperti Wilson. Apalagi, pendonor darah hanya boleh berusia di antara 18 sampai 55 tahun ...."Thea menarik lengan Grey, lalu berpamitan kepada Eden. "Aku dan Grey akan mencarinya."Eden menjawab, "Thea, kamu pulang saja. Jangan cemas, kami akan menemukan darah untuk Wilson. Lagi pula hari sudah mala
Thea langsung mengerutkan alis, dia menggenggam erat tangan Grey dan menatapnya dengan serius."Kakakku tidak akan mengizinkannya. Dia tahu darahku bisa menyelamatkan Wilson, tapi dia malah tidak meminta bantuanku. Aku tidak mau melihat kakakku tersiksa, aku tidak mau Wilson meninggal. Grey, aku mohon ...." Thea menatap Grey dengan tulus."Grey, kalau aku mati, aku akan menikah dengan kamu di kehidupan berikutnya." Tiba-tiba Thea tersenyum. "Tapi kayaknya aku nggak bakal mati. Kata Bibi Nini, aku mempunyai 9 nyawa. Setiap sakit, dokter selalu bisa menyembuhkan aku."Hati Grey pun luluh saat melihat senyuman dan kedua mata Thea yang berbinar-binar. Grey bertanya kepada dirinya sendiri, kenapa dia menyukai Thea? Bukankah karena Thea memiliki hati yang baik?Di sebuah vila mewah.Malia yang mengenakan gaun malam tampak bersandar di sofa sambil memegang segelas anggur merah. Dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Nial.Malia mengenal Nial karena dikenalkan oleh Clara.Beberapa hari lalu
Seketika harapan Anisa pun pupus.Semua kebahagiaan Anisa setelah membaca pesan dari dokter hanya berlangsung beberapa detik. Berarti Wilson masih membutuhkan 200 ml darah."Tidak apa-apa, aku akan menelepon rumah sakit," jawab Anisa."Apakah aku membangunkan kamu?" tanya Mike."Tidak, aku memang sudah bangun. Mike, terima kasih, kamu sudah berusaha keras." Anisa beranjak dari tempat tidur dan hendak pergi ke rumah sakit. "Oh iya, pusat bank darah baru menghubungi rumah sakit. Mereka mendapatkan 300 ml darah, seharusnya cukup.""Baguslah. Kalau cukup, aku akan langsung pulang ke Negara Legia," jawab Mike."Em, sekarang aku mau ke rumah sakit," jawab Anisa."Jaga kesehatanmu. Jangan sampai Wilson sembuh, tapi malah kamu yang sakit. Sebenarnya aku tidak mau mengganggu istirahatmu, tapi aku tidak tenang sebelum mengabarimu," kata Mike."Kamu tidak mengganggu, tenang saja." Setelah menutup teleponnya, Anisa membuka aplikasi cuaca.Suhu di luar sangat dingin, sepertinya hari ini akan turun
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."