Memangnya Theo yang meminta Anisa untuk mengembalikan uang tersebut?Anisa sendiri yang berlagak hebat. Dia yang memaksa dirinya sendiri!"Menurutmu, aku yang memaksanya membayar utang? Aku yang memaksanya bekerja begitu keras?" Suara Theo terdengar gemetaran.Eden menggelengkan kepala. "Aku tahu, Anda tidak mungkin meminta Anisa untuk membayar uangnya. Anisa sendiri yang berinisiatif ingin mengembalikan semua uang yang telah Anda keluarkan. Pak, kurasa Anda bisa menyuruh Anisa untuk tidak perlu mengembalikan uangnya.""Apakah Anisa akan mendengarkan aku?" Theo menjawab dengan sinis, "Apa yang membuatmu berpikir kalau aku bisa membujuknya?"Eden tertegun ...."Mike yang menyuruhmu untuk menemui aku?" tanya Theo sambil mengerutkan alis.Eden menggelengkan kepala. "Mike tahu bahwa Anisa tidak akan mendengarkan Anda. Hanya saja, aku merasa perlu memberi tahu Anda. Setidaknya Anda bisa menegaskan kepada Anisa. Mau mendengarkan atau tidak, itu adalah urusannya Anisa. Seandainya ke depan ter
Melihat Theo yang kembali ke tempat duduk, sekretarisnya bergegas menyajikan kopi panas yang telah diseduh.Theo menyeruput kopi tersebut, rasanya sangat pahit, sama seperti perasaan Theo saat ini.Anisa selalu bertindak semaunya, dia tidak pernah memikirkan perasaan Theo. Meskipun sudah berpisah, Anisa selalu punya cara untuk menyiksa Theo.Kelas berbakat Akademi Darena.Saat jam makan siang, seorang anak laki-laki membawa makanannya dan duduk di samping William."William, aku baru baca berita. Wanita yang menipu uangnya Theo adalah ibumu, 'kan?" tanya anak laki-laki yang bernama Deo."Ibuku bukan penipu!" William menjawab dengan marah."Aku nggak bilang ibumu penipu. Kalau ibumu penipu, Theo pasti sudah memberikan ibumu pelajaran." Deo bertanya dengan penasaran, "Ibumu baik-baik saja, 'kan? Dia ada di rumah, 'kan?""Ibuku lagi di luar negeri," jawab William.Deo mendorong bingkai kacamatanya sambil menatap William dengan penasaran. "Oh, kapan ibumu pulang?"William mengerutkan alis.
Mike dan William kegirangan melihat nilai bitcoin yang terpampang."William, jangan dijual dulu. Kurasa harganya masih bisa naik." Mike mengingatkan."Em." William mengangguk."Oh iya, jangan beri tahu ibumu. Aku takut ibumu bisa jantungan kalau tahu kamu mempunyai uang sebanyak ini," kata Mike."Nanti aku berikan uangnya kepada kamu, kamu yang memberikannya kepada Ibu," jawab William."Oke. Sekarang kita makan dulu." Mike menggendong William.Mike sungguh sangat mengagumi kecerdasan William.Di Negara Hamok.Setelah mengoperasi salah satu pasien, keluarga pasien tersebut mengajak Anisa untuk makan bersama."Dokter, apakah kamu kenal orang yang bernama Nara?" tanya pria tersebut.Anisa tersentak mendengar nama Nara, tetapi dia tetap berusaha bersikap tenang. "Tidak akrab. Ada apa?""Wanita yang bernama Nara ini mendekati teman-temanku untuk mencari informasi mengenai kamu. Aku tidak tahu bagaimana Nara bisa mengetahui hubungan kita. Kalau kalian tidak akrab, kenapa dia mencari tahu inf
"Em.""Perkembangan kandunganmu kurang bagus." Dokter menggelengkan kepala."Apa yang terjadi?" Anisa gugup mendengar ucapan dokter.Jika janinnya tidak berkembang, Anisa pun tidak bisa memaksa untuk mempertahankan anak ini. Anisa sudah pasrah, dia harus menerima apa pun hasilnya."Apakah kamu membawa hasil USG terakhir? Aku boleh melihatnya?" Dokter membersihkan perut Anisa.Kemudian Anisa turun dari tempat tidur, lalu mengeluarkan foto USG terakhir yang ada di dalam tasnya."Apakah kamu pernah melakukan Tes Skrining Pranatal?" tanya dokter sambil mengembalikan foto USG-nya.Anisa menggelengkan kepala."Apakah kamu bersedia melakukan tes tersebut? Kamu sudah sarapan? Kalau belum, kita bisa melakukan tesnya hari ini juga," kata dokter.Tes Skrining Pranatal adalah tes untuk memeriksa apakah janin memiliki kelainan bawaan. Jika kandungan dideteksi memiliki kelainan, anak akan lahir dengan kondisi khusus di mana perkembangannya mengalami keterlambatan di banding anak pada umumnya.Meskip
"Aku sudah pulang. Kapan kamu ada waktu? Kita harus bertemu," kata Anisa.Orang yang berada di ujung tampak kebingungan. "Ketemu? Untuk apa ketemu?""Bukannya kamu sangat memedulikan gerak-gerikku? Kamu bahkan secara khusus pergi ke Negara Hamok untuk mencari tahu informasi tentang keberadaanku." Anisa menyeringai dingin. "Begitu turun dari pesawat, kamu adalah orang pertama yang aku hubungi."Nara tersenyum. "Jangan terlalu percaya diri. Aku pergi ke Negara Hamok untuk mengunjungi keluargaku. Waktu ngobrol, aku hanya sekalian menanyakan kabarmu. Aku kira kamu sakit keras makanya tidak bisa pulang bersama anak-anakmu.""Apa kataku? Kamu adalah orang yang paling memedulikan aku. Kalau kamu tidak peduli, mana mungkin kamu tahu anak-anakku sudah pulang? Masa anak-anakku pergi menemui dan memberi tahu kamu? Tidak mungkin, 'kan?" sindir Anisa.Ucapan Anisa sontak membungkam mulut Nara."Ayo, kita bertemu nanti sore. Dengan begitu kamu bisa melihat perkembangan kondisiku," kata Anisa."Aku t
"Pfft!" Nara langsung menyemburkan semua air yang diteguk.Anisa ingin meminta semua uang yang Theo berikan kepada Nara? Apa hak Anisa memintanya? Semua uang itu adalah miliknya Nara."Anisa, aku tahu kamu lagi mengumpulkan uang untuk membayar Theo," kata Nara dengan gemetaran. "Tapi kamu jangan meminta uang padaku. Demi mengobati Thea, aku mengorbankan waktu dan tenaga ....""Bukan kamu yang mengobati Thea." Anisa menyeringai dingin. "Sudah bagus aku tidak menghitung bunganya. Anggap saja itu upah kerja kerasmu."Nara membuka mulut tanpa bisa mengatakan apa-apa. Konyol, Anisa benar-benar konyol!"Nara, tidak ada yang pernah mengajarimu, ya? Di dunia ini tidak ada uang yang jatuh dari langit. Lancang sekali kamu berani membohongi Theo. Sudah membohongi, berani mengambil uangnya pula. Kamu cari mati?" sindir Anisa.Nara membelalak, dia benar-benar kesal. "Anisa, jangan mentang-mentang murid intinya Profesor Carmen, lantas kamu berhak bersikap lancang. Apa buktinya? Jangan menuduh sembar
Maldy Group.Nara menangis sambil menceritakan semuanya kepada Malia.Seketika wajah Malia pun berubah jadi muram. "Aku tidak memiliki uang sebanyak itu. Semua uangnya sudah dipakai untuk pengembangan perusahaan. Kalau tidak percaya, tanya saja sama departemen keuangan.""Malia, kamu bisa berbicara begitu karena bukan kamu yang diancam. Kalau kamu jadi aku, apa yang akan kamu lakukan?" bentak Nara.Malia menatap Nara dengan dingin dan berkata, "Aku tidak sebodoh kamu! Kamu harus menjaga baik-baik uang yang kamu dapatkan. Kalau kamu tidak bisa menjaganya, jangan gunakan uang itu untuk berinvestasi. Kabur saja yang jauh!""Saat kamu memohon kepadaku untuk berinvestasi di perusahaanmu, sikapmu jelas tidak seperti ini." Emosi Nara pun mulai terpancing.Anisa hanya memberikan waktu 3 hari kepada Nara.Dalam waktu 3 hari, Nara harus mengembalikan semua uang yang diberikan Theo. Nara tidak mau kalau sampai Theo mengetahui semuanya. Jika Theo sampai tahu, nyawa Nara bisa terancam."Apa gunanya
Dengan mata memerah, Nara mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.Orang yang berada di ujung telepon berbicara dengan suara lembut, "Dokter Nara? Kamu nggak salah telepon? Aku kira kamu sudah melupakan aku, hehehe."Suara tawa Clara terdengar di ujung telepon.Clara yang membawa Nara ke Negara Legia. Clara memberi tahu Nara bahwa dia hanya perlu mendengarkan semua perintah Clara. Clara juga menjanjikan uang yang banyak agar Nara mau mematuhinya.Hanya saja, Nara melunjak dan menusuk Clara dari belakang.Setelah Anisa mengetahui rahasia Nara, Nara tak punya pilihan lain selain menghubungi Clara."Clara, apa yang kamu tertawakan?" bentak Nara."Aku mentertawakan kamu, aku mentertawakan nasibmu." Suara Clara terdengar sangat bersemangat. "Aku bisa membunuhmu semudah membunuh semut, tapi aku bukan orang seperti itu. Aku nggak mau mengotori tanganku.""Oh ya?" Nara bergumam. "Apa yang kamu dapatkan? Theo adalah milik Anisa, bukan milikmu!""Hahaha. Theo belum menjadi milikku, tapi
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."