Maldy Group.Nara menangis sambil menceritakan semuanya kepada Malia.Seketika wajah Malia pun berubah jadi muram. "Aku tidak memiliki uang sebanyak itu. Semua uangnya sudah dipakai untuk pengembangan perusahaan. Kalau tidak percaya, tanya saja sama departemen keuangan.""Malia, kamu bisa berbicara begitu karena bukan kamu yang diancam. Kalau kamu jadi aku, apa yang akan kamu lakukan?" bentak Nara.Malia menatap Nara dengan dingin dan berkata, "Aku tidak sebodoh kamu! Kamu harus menjaga baik-baik uang yang kamu dapatkan. Kalau kamu tidak bisa menjaganya, jangan gunakan uang itu untuk berinvestasi. Kabur saja yang jauh!""Saat kamu memohon kepadaku untuk berinvestasi di perusahaanmu, sikapmu jelas tidak seperti ini." Emosi Nara pun mulai terpancing.Anisa hanya memberikan waktu 3 hari kepada Nara.Dalam waktu 3 hari, Nara harus mengembalikan semua uang yang diberikan Theo. Nara tidak mau kalau sampai Theo mengetahui semuanya. Jika Theo sampai tahu, nyawa Nara bisa terancam."Apa gunanya
Dengan mata memerah, Nara mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.Orang yang berada di ujung telepon berbicara dengan suara lembut, "Dokter Nara? Kamu nggak salah telepon? Aku kira kamu sudah melupakan aku, hehehe."Suara tawa Clara terdengar di ujung telepon.Clara yang membawa Nara ke Negara Legia. Clara memberi tahu Nara bahwa dia hanya perlu mendengarkan semua perintah Clara. Clara juga menjanjikan uang yang banyak agar Nara mau mematuhinya.Hanya saja, Nara melunjak dan menusuk Clara dari belakang.Setelah Anisa mengetahui rahasia Nara, Nara tak punya pilihan lain selain menghubungi Clara."Clara, apa yang kamu tertawakan?" bentak Nara."Aku mentertawakan kamu, aku mentertawakan nasibmu." Suara Clara terdengar sangat bersemangat. "Aku bisa membunuhmu semudah membunuh semut, tapi aku bukan orang seperti itu. Aku nggak mau mengotori tanganku.""Oh ya?" Nara bergumam. "Apa yang kamu dapatkan? Theo adalah milik Anisa, bukan milikmu!""Hahaha. Theo belum menjadi milikku, tapi
Bank mengirimkan sebuah notifikasi kepada Anisa.[ Rekening Anda baru menerima transaksi sejumlah 4 triliun. ]"Anisa, aku dengar ... kamu mencampakkan Theo?" Sania bertanya dengan hati-hati. "Mungkin dia sengaja berhubungan Clara untuk membuat kamu cemburu."Perasaan Anisa terasa jauh lebih baik setelah menerima uang dari Nara."Dia bebas melakukan apa pun yang dia mau." Anisa mengambil sebuah pisang, lalu mengupasnya dan memberikannya kepada Sania.Sania merasa tidak rela. "Wanita yang bernama Clara itu benar-benar licik. Setelah satu tahun menghilang, aku pikir dia sudah melupakan Theo. Nggak tahunya, ternyata dia masih mengincar Theo."Meskipun sudah lama tidak bertemu, Anisa memiliki kesan yang sangat mendalam tentang Clara."Dibandingkan dengan aku, Clara jauh lebih mencintai Theo." Anisa berkata secara perlahan, "Seperti yang kamu tahu, Theo nggak suka anak-anak. Demi Theo, Clara mengangkat rahimnya sendiri."Sania membelalak saat mendengar ucapan Anisa."Mungkin pikiran Theo su
"Eden, apakah Theo menutup rekening yang dipakainya?" Anisa melirik Eden.Eden tertegun sejenak. "Aku tidak disuruh menutup rekening Pak Theo. Aku tidak tahu. Kenapa? Uang yang kamu transfer gagal dikirim?"Anisa mengangguk."Besok coba kutanyakan. Mungkin Pak Theo tidak mau menerima uang darimu lagi," kata Eden dengan canggung."Konyol! Jadi ... dia mau Anisa berutang kepadanya seumur hidup?" Sania melampiaskan kekesalannya pada Eden. "Apa hubungan Theo dan Clara? Kata Vanzoe, kemarin Theo membawa Clara makan bersama."Eden langsung berkeringat dingin. "Hu-hubungan kerja. Bagaimanapun mereka sudah berteman belasan tahun. Jadi, kadang-kadang Pak Theo mengajak Clara makan bersama.""Kamu lagi membohongi anak-anak? Kata Vanzoe, Theo menyantap sayur-sayur yang diambilkan Clara. Memangnya hubungan kerja di kantor kalian seperti itu?" bentak Sania."Sania, kamu nggak perlu menjelek-jelekkan Pak Theo di hadapan Anisa dan anak-anak," kata Eden."Kenapa? Kamu malu?" Sania adalah wanita yang fr
Setelah terdiam selama beberapa detik, Theo berusaha mengontrol emosinya dan berkata, "Anisa!"Suara Theo terdengar jelas mencemaskan Anisa. Theo menenangkan dirinya, lalu berkata, "Anisa, istirahatlah!""Aku nggak perlu dikasihani!" Ucapan Theo tadi sontak membuat Anisa marah.Theo tidak perlu memamerkan kebaikan Clara di hadapan Anisa."Aku kasihan sama anak kita." Suara Theo terdengar gemetaran dan gugup."Apa yang perlu dikasihani? Kasihan karena dia nggak jadi diaborsi?" Anisa menyindir."Anisa, kenapa kamu selalu menyerang aku?" Theo mulai meragukan dirinya sendiri. Apakah dia memang sejahat yang Anisa katakan?Theo sangat bahagia dan antusias menanti kelahiran anaknya."Siapa yang menyerang kamu?" Anisa menggenggam erat spreinya, kedua matanya tampak memerah. "Clara penurut, pengertian .... Coba ulangi kata-katamu!"Theo membuka mulutnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun."Jangan membuatku jijik!" Anisa langsung menutup panggilannya.....Theo memejamkan matanya dengan putus a
"Aku sangat senang setiap bersama Thea, aku merasa santai. Jadi ... aku menyetujui permintaan Theo. Theo juga diam-diam memberikan uang kepada orang tuaku," kata Grey.Anisa tersenyum. "Ambil saja uangnya."Grey menggelengkan kepala. "Aku meminta orang tuaku untuk mendonasikannya. Aku nggak perlu dikasihani, aku masih bisa bekerja.""Kak, aku rasa Theo nggak bermaksud seperit itu," kata Anisa.Meskipun matanya berkaca-kaca, Grey berusaha menjawab dengan tenang, "Aku tahu, Theo mungkin bermaksud baik. Anisa, kamu bisa membujukku, tapi kenapa kamu sendiri membuat keputusan yang gegabah?""Hmm?" Wajah Anisa memerah."Keputusanmu untuk meninggalkan Theo sangatlah tidak masuk akal. Sekarang kamu sedang hamil, harus ada yang menjaga kamu." Raut wajah Grey tampak sangat serius. "Sampai saat ini, apakah kamu belum bisa melihat betapa dia mencintai kamu?"Anisa menundukkan kepala, dia merasa semakin sedih."Kamu selalu bersikap lembut dan ramah di hadapan orang lain. Tapi setiap berhadapan deng
Wawancara ini diliput dan diunggah ke internet. Dalam sekejap, berita ini pun menjadi perbincangan hangat di seluruh negeri.Sebelumnya, berita mengenai tuduhan penipuan yang dilakukan Anisa ramai dibicarakan. Tidak disangka, Anisa mengakui perbuatannya itu.Anehnya, Theo tidak menuntut maupun mencari Anisa. Apakah Theo sebodoh itu? Mustahil!Di Tera Group.Begitu Theo masuk ke ruangan, dia melihat ratusan pesan yang masuk ke ponselnya. Tak hanya pesan, Theo juga banyak mendapatkan kiriman video.Theo mengerutkan alisnya, lalu membuka rekaman tersebut."Bu Anisa, apakah benar Anda menipu uangnya Pak Theo?""Benar.""Bu Anisa, kamu tidak bercanda? Kalau pengakuanmu benar, kenapa Pak Theo tidak menuntumu?""Karena Theo terlalu kaya. Bagi Theo, nominal itu hanyalah jumlah kecil. Kalau kalian juga mau kaya, tipu saja dia. Dia sangat mudah dibohongi."Seketika, ekspresi Theo pun berubah menjadi muram. Kalau tidak menonton rekaman ini secara langsung, Theo mungkin tidak akan memercayainya.S
Tak berapa lama, mobil pun tiba di sebuah restoran.Anisa masuk dan berlari ke dalam sebuah ruangan. "Evan, hari ini kamu libur?"Evan mengajak Anisa bertemu di sebuah restoran yang terletak di dekat Kintara Group."Em, hari ini aku libur." Evan mempersilakan Anisa duduk. "Untunglah kamu pulang dengan selamat. Aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu."Setelah Anisa duduk, Evan langsung mengeluarkan sebuah kartu dan memberikannya kepada Anisa. "Ini, ambillah.""Apa ini?" Anisa kebingungan."Ini kartu rekeningku. Pakailah untuk membayar utang Theo," jawab Evan.Tanpa berpikir panjang, Anisa langsung mengembalikan kartu yang diberikan Evan. "Aku tidak perlu. Meskipun aku berutang kepada Theo, dia tidak memaksaku untuk mengembalikannya. Kalau suatu saat nanti aku berubah pikiran dan tidak mau membayarnya, dia juga tidak akan menagihnya."Evan bersikeras memberikan kartunya dan berkata, "Kalian sudah putus, kamu harus segera mengembalikan utangnya. Anisa, kamu telah menyelamatkan nyawaku. Aku
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."