Eden tak mungkin berbohong kepada Theo. "Tadi Anisa pergi melabrak Malia. Pengawalnya Malia mendorong Anisa sampai jatuh."Tadi pagi Eden baru memberi tahu Theo bahwa asistennya Malia yang menyebarkan data diri William dan Wilona ke internet. Setelah mengetahui masalah ini, Theo sempat berpikir untuk menemui Malia, tapi siapa sangka, ternyata Anisa mendahuluinya.Eden menggenggam erat ponselnya, dia agak ketakutan mendengar napas Theo yang terengah-engah. "Pak, Anisa tidak salah. Dia hanya berusaha melindungi anak-anaknya. Kalau Anda datang, aku harap Anda tidak memarahinya."Theo langsung menutup teleponnya.Eden dan Mike terlihat sangat tegang. Mereka memedulikan kandungannya, tetapi mereka juga tidak mungkin mengabaikan keselamatan Anisa.Jika harus memilih di antara anak dan Anisa, Mike akan memilih Anisa.Maldy Group.Begitu mendengar pertikaian yang terjadi di antara Malia dan Anisa, Nara langsung bergegas datang untuk menemui Malia."Malia, ini rencanamu?" Nara melampiaskan semu
Theo Pratama?Di rumah sakit.Mike sedang menemani Anisa di dalam ruangan, sedangkan Eden menunggu Theo di lorong rumah sakit.Begitu Theo datang, Eden langsung menenangkannya. "Pak, dokter bilang Anisa tidak boleh emosi. Dia harus beristirahat selama 1 minggu. Jadi ....""Kamu mengadangku?" Theo bertanya dengan dingin.Eden langsung menyerah, dia tidak mungkin melawan Theo. Eden terpaksa menuntun Theo ke ruangannya Anisa, lalu membukakan pintu dan mempersilakannya masuk.Sesaat Theo masuk, Eden langsung memberikan kode kepada Mike.Mike mengabaikan Eden, lalu berdiri di hadapan Theo dan berkata dengan angkuh, "Anaknya sudah nggak ada.""Tolong keluar dulu. Aku mau bicara dengan Anisa." Sorotan mata Theo terlihat berkecamuk.Awalnya Anisa sedang melamun, tetapi begitu mendengar keributan, dia langsung menoleh ke samping.Eden masuk dan menarik Mike keluar dari ruangan. Sekarang hanya tertinggal Theo dan Anisa.Theo berjalan ke samping tempat tidur, lalu menggenggam tangan Anisa dan men
Anisa agak gugup melihat sosok Theo yang membelakanginya."Theo, terlepas apakah anak ini bisa dilahirkan dengan selamat, aku harap kamu menghadapinya dengan lapang dada. Semua wanita hamil harus siap menerima risiko keguguran," kata Anisa.Anisa berkata seperti ini karena dia memiliki firasat yang buruk. Sejujurnya dia pesimis bisa melahirkan anak ini dengan selamat.Saat awal kehamilan, Anisa mengonsumsi antibiotik dan sering merasa sedih. Kemungkinan besar, anak ini tidak akan bertahan lama.Ucapan Anisa bagaikan jarum yang menusuk hati Theo.Theo membalikkan badan, lalu menatap Anisa dengan tajam dan berkata, "Kamu sedang menghibur aku? Siapa yang tidak bisa tenang menghadapinya? Bukannya kamu sudah mengetes aku? Kamu sudah mendapatkan jawabannya. Kalau kamu memang tidak menginginkan anak itu, anggap saja sudah mati."Setelah selesai bicara, Theo membalikkan badan dan pergi meninggalkan ruangan.Sesaat Theo pergi, Mike kembali ke dalam ruangan dan bertanya dengan penasaran, "Kok di
Malia adalah orang yang keras kepala dan sangat membenci Anisa. Tidak disangka, orang seperti dia mau bertekuk lutut di hadapan Anisa.Ketika perawat datang membawa obat, perawat terkejut melihat sekumpulan orang yang berlutut di lantai."Bawa orang-orangmu pergi!" kata Mike sambil membuang buah-buahan yang dibawa mereka.Setelah Malia, Harlan, dan semua pengawalnya pergi, suasana di dalam ruangan pun kembali tenang.Perawat bergegas menyuntikkan obat ke dalam infus Anisa, lalu berpesan beberapa hal dan pergi meninggalkan ruangan."Barusan aku tanya Eden." Mike menggoyangkan ponselnya di depan Anisa. "Katanya kedua pengawal yang mendorong kamu sudah dilumpuhkan."Mike tersenyum puas. "Meskipun aku nggak menyukai Theo, aku suka caranya memberikan pelajaran kepada Malia.""Dilumpuhkan?" Anisa tercengang.Mike langsung menutup mulutnya. "Ah, padahal Eden melarangku bicara. Dia takut membuatmu cemas."Anisa mengerutkan alis."Kalau tidak diberikan pelajaran, mana mungkin Malia datang memin
Awalnya Anisa berencana pergi sendiri, tetapi Mike memaksa untuk mengantarnya.Sesampainya di rumah sakit, Mike langsung membawa Anisa ke ruangan USG.Anisa mengerutkan alis dan menatapnya dengan curiga."Itu ... kamu langsung melakukan USG saja." Mike tidak bisa berbohong. "Baiklah, Theo lagi menunggu kamu. Dia menunggu kamu di ruang USG."Anisa mengempaskan tangan Mike dan memarahinya, "Sejak kapan Theo berhasil menyogok kamu?"Mike langsung bersumpah. "Aku tidak disogok. Eden yang memberi tahu aku.""Oh, Eden adalah asistennya. Jadi sekarang kamu berpihak kepada Eden? Apa bedanya dengan membela Theo?" tanya Anisa."Tentu berbeda! Eden orang yang baik, dia nggak kayak Theo." Mike kembali menggandeng tangan Anisa dan berkata, "Eden sudah janji, kalau Theo menyakitimu lagi, dia akan mengundurkan diri.""Tapi kamu juga jangan memberi tahu semuanya kepada Eden." Anisa terlihat kesal."Nggak semuanya, cuma beberapa hal saja, hehe. Contohnya nafsu makan kamu yang meningkat, kamu yang jaran
"Mike, kandunganku baik-baik saja," kata Anisa dengan canggung."Oh." Mike mengangkat kedua alisnya.Anisa menggandeng tangan Mike sambil berjalan ke arah lift. "Ayo, kita ke kantor."Mike sulit memercayai ucapan Anisa. "Anisa, jangan bercanda! Memangnya kamu sudah boleh bekerja?""Em." Anisa sudah bisa bekerja, kondisinya sudah jauh lebih baik.Eden berdiri di samping Theo dan berkata, "Pak, selamat! Sebentar lagi kandungannya 3 bulan. Setelah 3 bulan, tidak akan ada risiko keguguran lagi."Suasana hati Theo terasa jauh lebih bagus. Tadi malam dia bermimpi kehilangan anaknya, untung semua hanya mimpi.Kintara Group.Begitu Anisa sampai di kantor, Pak Tio selaku wakil presdir langsung datang melaporkan perkembangan perusahaan.Biasanya Pak Tio melaporkan semua urusan kantor melalui email. Jadi, Anisa tetap mengetahui semua yang terjadi meski tidak datang ke kantor.Sembari mendengar laporan Pak Tio, Anisa mengambil sebuah majalah yang ada di atas meja.Majalah ini bernama Windy Modest.
Theo berpikir sejenak, lalu menelepon Eden untuk menanyakan siapa yang mengirim majalah itu."Salah satu karyawan Kintara Group yang mengantarnya. Mereka memberikan sekitar 20 buah majalah," jawab Eden."Kamu sudah lihat isinya?" tanya Theo."Belum. Nanti aku beli sendiri saja," jawab Eden."Ambil saja punyaku."Selang beberapa menit, Eden masuk ke ruangan Theo. Melihat ekspresi Theo yang masam, Eden pun merasakan firasat yang buruk. Apakah ada yang aneh dengan majalahnya?Tadi Eden hanya melihat sampul yang menggunakan wajah cantik Anisa."Pak, majalahnya aku ambil?" tanya Eden memastikan."Bawa pergi!" kata Theo dengan dingin.Eden ketakutan dan bergegas pergi meninggalkan ruangan Theo. Setelah keluar, dia baru membuka majalah tersebut dan membaca isi wawancaranya.Apa? Evan adalah malaikatnya? Eden mengeluarkan ponsel dan langsung menelepon Mike."Untuk menyaingi Malia yang dikenal sebagai wanita mandiri, Anisa menerima wawancara dengan majalah ini untuk meningkatkan eksposur perusa
"Kamu tidak akan menang selama anak itu masih hidup." Nara sengaja memprovokasi Malia. "Dan satu lagi .... Jangan harap bisa mendapatkan uangku!""Kamu masih bisa mendapatkan uang dari Theo?" Kedua mata Malia tampak berbinar-binar.Nara mengangkat kepalanya dan menjawab dengan percaya diri, "Setidaknya masih ada 2 triliun.""Tenang saja!" Malia langsung menyanjung Nara. "Aku akan menghabisi anak yang dikandung Anisa."....Pada sore hari.Sepulang kerja, Anisa melihat sebuah mobil yang diparkir di depan rumah.Ada tamu?Di dalam rumah, William dan Wilona sedang bermain bersama Thea."Ibu!" Wilona berteriak saat melihat Anisa.Ketika Wilona berlari ke depan Anisa, Mike langsung menggendong Wilona."Kok Thea ada di sini?" Mike kebingungan.Thea menyapa Anisa sambil tersenyum, "Anisa sudah pulang?"Anisa menatap Wilona. "Wilo, sejak kapan Thea ada di rumah?""Waktu aku dan Kak William pulang, Thea sudah menunggu di depan rumah." Wilona mengerutkan alisnya. "Dia memberi tahu Kak William ra
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."