"Em. Kamu sudah makan makan?" tanya Theo."Sudah. Aku makan sama William," jawab Thea."Thea, kenapa kamu suka bermain dengan William?" Theo teringat saat Thea mengajak Mike bertukar tempat.Biasanya Thea selalu duduk di samping Theo, tetapi hari ini dia malah lebih memilih duduk bersama William."Aku suka main sama William dan Wilona." Thea memiliki firasat yang kuat, William dan Wilona adalah keponakannya. Thea bisa merasakan kedekatan William dan Wilona.Tiba-tiba, Theo teringat kejadian di vila yang ada di tengah hutan. Saat itu Theo hampir membunuh William.Hari ini Theo dan William tidak berinteraksi. Tampaknya William sengaja menghindari Theo.Theo yakin, William pasti trauma. Bagaimanapun, dia masih anak kecil.Kalau diingat kembali, sejujurnya Theo menyesali perbuatannya.Theo yang dulu tidak akan menyesali perbuatannya. Jika Theo tidak ditantang, dia tidak mungkin menyakiti orang lain.Ketika William menantang Theo, Theo langsung kehilangan akal sehatnya dan menyakiti William
Anisa hampir pingsan saat melihat komentar-komentar di internet, bukan karena komentar yang menilai kehidupan pribadinya berantakan, tetapi karena ada oknum tidak bertanggung jawab yang menyebarkan foto William dan Wilona.Tak hanya foto, oknum tersebut juga membocorkan tempat William dan Wilona bersekolah.Anisa langsung bangkit dari tempat tidur dan pergi memanggil Mike, "Mike, bangun!"Mike tidak mengenakan sehelai baju pun. Dia hanya memakai sehelai celana dalam."Ada apa?" Mike mengangkat kepalanya. "Sudah pagi?""Sudah pagi." Anisa menunjukkan berita-berita yang beredar di internet. "Kamu bisa menghapus foto William dan Wilona? Aku tidak tahu bagaimana cara menghapus foto ini. Ada oknum yang menyebarkan foto anak-anak."Begitu melihat foto William dan Wilona, Mike langsung membuka mata dan bangun dari tempat tidur."Tenang, serahkan kepadaku." Mike mengenakan baju, lalu membuka komputernya dan mulai menghapus foto-foto yang beredar di internet. "Kayaknya ada yang menyerang kamu."
Theo sedang tidur siang karena tidurnya semalam tidak nyenyak.Begitu mendengar suara dering telepon, Theo langsung menjawabnya."Pak Theo, Mike ingin mencarikan pelayan untuk Anisa. Aku bilang aku mau membantunya, dia tidak keberatan."Kemarin Theo menyuruh Eden untuk mengawasi setiap pergerakan Anisa. Oleh sebab itu Eden langsung melaporkan informasi ini kepada Theo.Eden mendukung sikap Theo, ini adalah bentuk tanggung jawabnya sebagai seorang ayah."Baik, biar aku urus," jawab Theo."Oh iya, hari ini Anisa menjadi perbincangan di internet. Ada yang diam-diam mengunggah foto William dan Wilona ke internet. Oknum juga menyebarkan tempat kedua anak bersekolah. Katanya kehidupan pribadi Anisa berantakan, banyak yang memarahinya ...."Theo mengerutkan alis. "Cari pelakunya.""Baik. Kata Mike, hari ini Anisa bangun jam 6 pagi. Masalah William dan Wilona membuatnya cemas. Sekarang Anisa lagi hamil, suasana hatinya pasti terganggu. Pak, bagaimana kalau Anda pergi menghibur dia?" Eden membe
Thea kira Anisa tidak mengerti. Jadi Thea mengulang jawabannya. "Ini hadiah dari kakakku, untuk Anisa."Anisa langsung menatap Theo. "Apa maksudmu?"Seketika Mike pun mencium aroma pertikaian. Dia langsung membawa Thea, William, dan Wilona pergi dari ruang tamu.Mike tidak ingin anak-anak menyaksikan pertengkaran orang tua mereka.Sesampainya di halaman rumah, Thea menjelaskan kepada William dan Wilona, "Kakakku membelikan hadiah untuk Anisa, aku membelikan hadiah untuk kalian. Jadi kalian harus menerimanya.""Oh," jawab Wilona sambil membuka hadiah yang diberikan.William tidak bergeming, dia terus menatap ke arah ruang tamu."Tenang saja, ibumu sedang mengandung anak Theo. Dia nggak berani menyakiti ibumu. Ayo, aku bawa kalian jalan-jalan." Mike berusaha menghibur William."Tidak mau." William tidak ingin meninggalkan Anisa sendirian di rumah.Thea menarik tangan William. "Ayo, kita main. Kakakku nggak akan menyakiti Anisa. Kakakku sangat menyayangi Anisa."William merinding mendenga
Theo merasa sangat bodoh dan tidak berguna.Kedua mata Theo sontak memerah, dia bangkit dari tempat duduk dan hendak pergi."Jangan pernah ke rumahku lagi!" kata Anisa sambil menggertakkan giginya. "Kamu sudah lupa bagaimana kamu memperlakukan anakku? Setiap melihat kamu, dia merasa seperti melihat mimpi buruk. Dia tidak akan pernah melupakan kejadian itu.”"Kamu hanya melihat aku menyakitinya, tapi kamu tidak bertanya apa yang dia lakukan sampai membuatku marah." Theo menatap Anisa."Tidak peduli apa pun yang dia katakan, kamu nggak berhak main tangan!" bentak Anisa.Anisa benar, Theo memang salah."Aku memang pria kasar yang tidak beradab." Theo mengalah."Aku sudah tahu. Kamu tidak perlu memperkenalkan diri." Anisa memelototi Theo.Theo menekan keinginan untuk menjelaskan. Dia harus menyelamatkan sisa-sisa kewarasan dan martabatnya.Kemudian Theo mengambil hadiah yang ada di meja, lalu membalikkan badan dan pergi.Anisa menarik napas panjang sambil menatap Theo yang beranjak pergi m
Sabai duduk sambil mendengarkan curahan hati Theo."Theo, Nara memang memaksa kamu, tapi kamu melakukannya bukan demi Anisa. Kamu melakukannya demi Thea." Kali ini Sabai berbicara apa adanya. "Sampai saat ini, Anisa belum mengetahui hubunganmu dengan Thea, makanya dia sangat marah. Aku bisa memahami perasaannya.""Menurutmu, apa hubunganku dengan Thea?" Theo mengangkat kepalanya.Sabai tersenyum. "Kamu memintaku menebaknya?""Aku tahu kamu bisa menebaknya." Theo menjawab dengan tenang, "Kamu sangat memahami aku.""Kamu marah karena Anisa tidak cukup memercayai kamu?" Jika tebakan Sabai benar, sepertinya hubungan Theo dan Anisa akan semakin buruk."Menurutmu ini bukan masalah?" Theo bertanya balik.Sabai menjawab, "Theo, tidak semua orang bisa bersikap rasional seperti kamu. Cinta bukan soal ujian yang bisa dijawab dengan menggunakan teori. Tahun lalu kamu juga sempat cemburu sama Mike. Waktu itu kamu sama sekali tidak tenang."Setelah mendengar penjelasan Sabai, suara Theo terdengar se
Pengawal merasa kondisi semakin tidak terkendali. Pengawal pun bergegas mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan alamat lokasi kepada Mike.[ Pak, Nona datang mencari Malia. Cepat ke sini! ]Mike terkejut sesaat membaca pesan dari pengawal. Tadi pagi Anisa masih muntah-muntah, dia bahkan tidak bisa bangkit dari tempat tidur. Kenapa sekarang malah pergi menemui Malia?Tanpa berpikir lebih lama, Mike langsung mengambil kunci mobil dan pergi ke lokasi hotel.Di hotel.Anisa berjalan ke atas panggung, lalu menatap Malia dan bertanya, "Bu Malia, aku ingin bertanya, apa benar asistenmu bernama Harlan?"Malia menjawab dengan dingin, "Pertanyaanmu tidak ada hubungannya dengan topik konferensi.""Topik hari ini adalah peran pemasaran untuk meraih kesuksesan, 'kan?" tanya Anisa sambil mengeluarkan beberapa lembar kertas.Melalui layar besar, semua orang di tempat bisa melihat jelas yang terjadi di atas panggung."Tanggal 1 Mei, asistenmu menyogok salah satu media untuk membuat rumor yang mencoreng
Eden tak mungkin berbohong kepada Theo. "Tadi Anisa pergi melabrak Malia. Pengawalnya Malia mendorong Anisa sampai jatuh."Tadi pagi Eden baru memberi tahu Theo bahwa asistennya Malia yang menyebarkan data diri William dan Wilona ke internet. Setelah mengetahui masalah ini, Theo sempat berpikir untuk menemui Malia, tapi siapa sangka, ternyata Anisa mendahuluinya.Eden menggenggam erat ponselnya, dia agak ketakutan mendengar napas Theo yang terengah-engah. "Pak, Anisa tidak salah. Dia hanya berusaha melindungi anak-anaknya. Kalau Anda datang, aku harap Anda tidak memarahinya."Theo langsung menutup teleponnya.Eden dan Mike terlihat sangat tegang. Mereka memedulikan kandungannya, tetapi mereka juga tidak mungkin mengabaikan keselamatan Anisa.Jika harus memilih di antara anak dan Anisa, Mike akan memilih Anisa.Maldy Group.Begitu mendengar pertikaian yang terjadi di antara Malia dan Anisa, Nara langsung bergegas datang untuk menemui Malia."Malia, ini rencanamu?" Nara melampiaskan semu
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."