Theo menjelaskan keadaan Thea kepada Dokter Subandi, lalu bertanya, "Apakah Thea bisa sembuh tanpa dioperasi?"Dokter Subandi menjawab dengan jujur, "Aku senang mendengarnya, tapi untuk masalah pemulihan ... aku juga tidak tahu. Tapi satu hal yang bisa aku bisa pastikan, operasi terlalu banyak tidak akan menguntungkan kondisinya."Selain 2 operasi yang dilakukan Nara, Theo juga sempat membawa Thea ke beberapa dokter lain. Kalau dihitung-hitung, Thea sudah melakukan operasi lebih dari dua kali."Pak Theo, apakah Anda sudah menanyakan pendapat Dokter Nara?" tanya Dokter Subandi."Belum.""Hmm, kalau kamu tidak mau bertanya kepada Dokter Nara, coba tanya sama Anisa. Kondisi Evan pulih dengan baik. Walaupun tidak bisa menari seperti dulu, dia bisa menyanyi dan hidup dengan normal. Aku sendiri juga kaget melihat perkembangan kondisi Evan."Sesaat mendengar ucapan Dokter Subandi, suasana hati Theo langsung berubah menjadi sangat buruk.Theo sudah pernah menanyakannya hal ini kepada Anisa, te
Sania memapah Anisa ke dalam mobil.Mike mengikuti dari belakang sambil berbicara kepada Sania, "Sania, bantu bujuk dia. Dia lagi diet, makannya dikit banget. Kamu lihat sendiri betapa kurusnya dia, aku mengkhawatirkan kesehatannya. Dulu dia sering jalan-jalan di sekitar kompleks, tapi sekarang dia malas banget."Sania menepuk pundak Mike dan menjawab, "Tenang saja, aku akan membujuk dia.""Hmm, selamat bersenang-senang! Eh, kok kamu nggak mengundang aku?" Mike kelihatan sedih."Kamu harus jaga anak-anak," jawab Sania.Mike tercengang mendengar jawaban Sania.Sania dan Anisa masuk ke dalam mobil, lalu melambaikan tangan ke arah Mike."Sania, kamu mengundang Eden?" tanya Anisa yang duduk di kursi belakang."Ngapain mengundang dia? Dia adalah asistennya Theo. Aku nggak mengundang siapa pun yang dekat sama Theo, termasuk Sabai," jawab Sania."Aku melakukannya demi kamu, aku nggak suka sama mereka. Aku sudah bilang sama Vanzoe untuk menjaga jarak sama mereka. Theo bukan pria yang baik, tem
Tiba-tiba Sabai jadi penasaran dengan Anisa.Sabai berpikir sebentar, lalu membalas pesan Vanzoe.[ Coba foto dari depan. ]Vanzoe membalas.[ Kamu mau memperlihatkannya kepada Kak Theo? ]Sabai mendesak.[ Cepat! ]Sania dan Anisa melepaskan jaket mereka, lalu beranjak duduk di sofa.Sania menyiapkan bermacam-macam buah dan meletakkannya di depan Anisa.Anisa terkejut melihat buah persik yang disajikan. "Bukannya belum musim buah persik?""Asalkan ada uang, semuanya bisa dibeli. Ini, coba!" kata Sania.Anisa mengangguk sambil tersenyum.Vanzoe mengambil beberapa foto Anisa secara diam-diam. Vanzoe sangat pintar memotret orang. Anisa terlihat sangat cantik dan menggemaskan.Setelah mendapatkan foto Anisa, Vanzoe langsung mengirimkannya kepada Sabai.Sabai bertanya-tanya saat melihat foto yang dikirimkan Vanzoe.[ Tangannya asli? ]Di dalam foto, kedua tangan Anisa terlihat kurus dan panjang.Vanzoe membalas.[ Dia mirip sama pasien yang menderita penyakit kritis, 'kan? ]Sabai membalas
Sabai sengaja masuk ke ruangan Theo tanpa mengetuk pintu.Sesaat mendengar suara pintu, Theo langsung meletakkan ponselnya."Uhuk, uhuk. Theo, aku tidak sengaja mengirimkan foto Anisa kepadamu," kata Sabai sambil mengetes kesabaran Theo.Theo menatapnya dan berkata, "Kalaupun kamu sengaja, aku juga tidak melakukan apa-apa."Sabai tertawa canggung. "Kata Vanzoe, Anisa kurus banget kayak orang sakit. Aku tidak percaya, jadi dia mengirimkan fotonya.""Dia kelihatan bahagia, tidak sakit."Senyuman di wajah Sabai pun membeku. "Eh, aku dengar dia melakukan diet ekstrim. Ada banyak cara menurunkan berat badan, tapi dia malah memilih mengurangi porsi makan. Bukannya dia belajar ilmu kedokteran? Mengurangi porsi makan dalam jumlah banyak tidak bagus bagi tubuh. Aku merasa tindakannya tidak masuk akal, sama seperti saat dia mau membunuh kamu."Senyuman di wajah Theo langsung sirna."Kamu begitu memperhatikan dia. Mau pindah kerja?" tanya Theo sambil memeriksa beberapa dokumen."Anggap saja aku t
Setelah cukup tidur, Anisa merasa lebih segar dan semua rasa mualnya hilang."Aku juga nggak tahu sampai kapan, bisa lebih cepat atau bahkan harus menunggu sampai selesai melahirkan. Kamu jangan takut, nggak semua orang hamil seperti aku." Anisa duduk di depan meja sambil menatap semangkuk mi yang dibawakan Sania. "Sania kasih atas semua perhatian kamu. Aku sudah lama nggak makan mi asam pedas.""Kamu makan sedikit dulu, takutnya nanti muntah." Sania duduk menemani Anisa makan. "Kamu tahu hal bodoh apa yang Vanzoe lakukan hari ini?""Karena kamu nggak makan siang, Vanzoe takut kamu pingsan. Terus dia pergi ke rumah sakit untuk menyewa ambulans. Sekarang ambulansnya menunggu di depan vila." Sania menggelengkan kepala sambil tersenyum tak berdaya.Anisa terharu sampai meneteskan air mata. "Sania, semoga kamu dan Vanzoe bahagia selamanya.""Sudah, sudah, jangan menangis. Tugasmu sekarang adalah menjaga bayi di dalam perutmu dan juga kesehatan kamu. Setiap mengingat William dan Wilona yang
Anisa melihat gelang pengukur detak jantung yang dikenakan. Detak jantungnya menurun drastis, dari 180 langsung turun ke 80.Kenapa Theo datang? Bukankah Sania tidak mengundang Theo dan teman-temannya Theo?Berarti Theo datang tanpa diundang?Sania juga tercengang melihat kedatangan Theo. Dia langsung mencubit Vanzoe dan bertanya, "Kenapa dia datang?"Begitu Theo datang, suasana di dalam vila pun menjadi dingin. Sania tidak senang melihat kedatangan Theo, tetapi Sania juga tidak berani mengusir dia.Vanzoe berbisik di telinga Sania, "Sania, jaga sikapmu! Jangan bersikap terlalu kasar, hargai aku."Setelah berpesan kepada Sania, Vanzoe langsung menghampiri Theo dan bertanya sambil tersenyum, "Kak Theo, Kak Sabai, kalian datang juga? Sudah makan? Kalau belum, di dapur ....""Aku nggak lapar. Tadi kalian main apa? Sampai teriak-teriak histeris," kata Sabai.Sesaat mendengar pertanyaan Sabai, semua orang yang tercengang pun tersadar dari lamunannya."Kami lagi main tantangan detak jantung.
"Hahaha, sudah. Eh, tapi siapkan yang lain juga. Siapa tahu dia nggak suka wanita?""Boleh, boleh. Kita siapkan beberapa foto pria tampan.""Harus yang tampan banget.""Astaga, yang ini lucu."....Mereka semua masih muda, mereka tidak tahu orang seperti apa Theo.Ketika mendengar ucapan mereka, Sabai malah ingin tertawa. Meskipun mereka memutar video terpanas yang ada, hati Theo juga tidak akan tergerak.Vanzoe mendekati Sania dan berkata, "Kak Sabai mau datang, aku nggak mungkin menolaknya, 'kan? Kak Sabai adalah seniorku, tapi dia memang keterlaluan. Dia nggak bilang Theo mau ikut. Tapi kalaupun Kak Sabai bilang, aku juga nggak mungkin melarangnya datang."Sania memelototi Vanzoe. "Nasi sudah jadi bubur. Apa gunanya menjelaskan panjang lebar?"Vanzoe berusaha membujuk Sania. "Aku takut kamu marah, terutama Anisa ....""Aku nggak keberatan. Bagaimanapun mereka adalah teman-temanmu," jawab Anisa.Vanzoe berterima kasih kepada Anisa. "Anisa, terima kasih atas pengertian kamu. Tapi sung
Anisa mengeluarkan ponselnya dan menunduk.Sabai melirik jam tangan yang dipakai Theo.Theo benar-benar hebat, detak jantungnya stabil. Sabai sendiri sampai curiga, jangan-jangan jam tangannya rusak?Tak hanya Sabai, Vanzoe juga melirik jam tangan Theo. "Jam tangannya nggak rusak, kok. Tadi masih berfungsi waktu Anisa pakai.""Berapa detak jantung Anisa?" Sabai penasaran.Vanzoe melirik ke arah Anisa. Ekspresi Anisa terlihat datar, justru Sania yang memelototi Vanzoe."Anisa menang. Kalau detak jantung terlalu tinggi, jamnya bakal berbunyi. Waktu dipakai Anisa, jam tangannya nggak berbunyi," kata Vanzoe sambil menarik kembali tatapannya.Sabai mengangguk, lalu menoleh ke arah Anisa yang sedang memainkan ponsel.Video pertama tidak berhasil menggoda Theo. Video kedua adalah seorang wanita seksi yang menunjukkan pose menggoda.Meskipun tidak berbicara, wanita di dalam layar terlihat sangat memesona. Beberapa orang bersiul, tetapi Theo hanya diam saja. Dia sama sekali tidak bereaksi.Mesk
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."