"Hahaha, sudah. Eh, tapi siapkan yang lain juga. Siapa tahu dia nggak suka wanita?""Boleh, boleh. Kita siapkan beberapa foto pria tampan.""Harus yang tampan banget.""Astaga, yang ini lucu."....Mereka semua masih muda, mereka tidak tahu orang seperti apa Theo.Ketika mendengar ucapan mereka, Sabai malah ingin tertawa. Meskipun mereka memutar video terpanas yang ada, hati Theo juga tidak akan tergerak.Vanzoe mendekati Sania dan berkata, "Kak Sabai mau datang, aku nggak mungkin menolaknya, 'kan? Kak Sabai adalah seniorku, tapi dia memang keterlaluan. Dia nggak bilang Theo mau ikut. Tapi kalaupun Kak Sabai bilang, aku juga nggak mungkin melarangnya datang."Sania memelototi Vanzoe. "Nasi sudah jadi bubur. Apa gunanya menjelaskan panjang lebar?"Vanzoe berusaha membujuk Sania. "Aku takut kamu marah, terutama Anisa ....""Aku nggak keberatan. Bagaimanapun mereka adalah teman-temanmu," jawab Anisa.Vanzoe berterima kasih kepada Anisa. "Anisa, terima kasih atas pengertian kamu. Tapi sung
Anisa mengeluarkan ponselnya dan menunduk.Sabai melirik jam tangan yang dipakai Theo.Theo benar-benar hebat, detak jantungnya stabil. Sabai sendiri sampai curiga, jangan-jangan jam tangannya rusak?Tak hanya Sabai, Vanzoe juga melirik jam tangan Theo. "Jam tangannya nggak rusak, kok. Tadi masih berfungsi waktu Anisa pakai.""Berapa detak jantung Anisa?" Sabai penasaran.Vanzoe melirik ke arah Anisa. Ekspresi Anisa terlihat datar, justru Sania yang memelototi Vanzoe."Anisa menang. Kalau detak jantung terlalu tinggi, jamnya bakal berbunyi. Waktu dipakai Anisa, jam tangannya nggak berbunyi," kata Vanzoe sambil menarik kembali tatapannya.Sabai mengangguk, lalu menoleh ke arah Anisa yang sedang memainkan ponsel.Video pertama tidak berhasil menggoda Theo. Video kedua adalah seorang wanita seksi yang menunjukkan pose menggoda.Meskipun tidak berbicara, wanita di dalam layar terlihat sangat memesona. Beberapa orang bersiul, tetapi Theo hanya diam saja. Dia sama sekali tidak bereaksi.Mesk
Theo menatap Anisa dengan gugup.Ketika Theo sampai, dia hanya memperhatikan Anisa dari kejauhan. Awalnya Anisa masih tersenyum, tetapi begitu melihat Theo, senyuman di wajah Anisa sirna dalam sekejap. Kemudian saat Theo beranjak ke sofa, Anisa malah langsung bersembunyi di sudut yang tak kelihatan.Akhirnya, sekarang Theo bisa melihat jelas wajah Anisa yang kurus dan kedua matanya yang tampak gugup. Berat badan Anisa turun drastis. Tak hanya itu, Anisa juga terlihat sangat rapuh dan lemah.Sesaat didorong ke samping Theo, Anisa dan Theo sempat bertatapan. Namun Anisa segera bangkit berdiri dan hendak pergi.Tiba-tiba, Theo refleks mengulurkan tangannya dan menarik pergelangan tangan Anisa.Semua orang sontak menatap ke arah Theo dan Anisa, mereka seperti sedang menonton sebuah pertunjukan yang seru.Sebenarnya teman-teman Vanzoe dan Sania tahu bahwa Anisa dan Theo pernah menjalin hubungan. Sekarang, begitu menyaksikan sepasang sejoli yang sedang tarik-menarik, semua orang pun penasara
Sebenarnya tidak ada seorang pun yang memaksa Theo minum.Setelah Theo meneguk birnya, Sabai menatapnya dan bertanya, "Lukamu sudah sembuh? Bukannya dokter melarang kamu minum alkohol selama 3 bulan? Ini belum sampai 3 bulan."Begitu mendengar ucapan Sabai, Vanzoe langsung menuangkan segelas air untuk Theo."Kak Theo, ini minum dulu airnya." Vanzoe menyingkirkan semua bir di atas meja. "Di dapur masih ada makanan. Mau aku ambilkan camilan?"Sabai menaruh gelasnya, lalu menarik Theo ke dapur. Setelah Sabai dan Theo pergi, suasana di ruang tamu kembali meriah.Sabai menuang segelas jus, lalu memberikannya kepada Theo. "Kalau tahu akan jadi begini, aku nggak bakal mengajak kamu.""Ayo, kita pulang saja." Sabai tersenyum kecut.Vanzoe yang berdiri di samping pun menimpali, "Kalian berdua habis minum-minum, nggak boleh nyetir. Oh iya, hari ini aku menyewa ambulans. Bagaimana kalau aku minta ambulansnya untuk mengantar kalian pulang?"Sabai dan Theo kebingungan mendengar ucapan Vanzoe.Melih
"Aku mau cari Anisa," jawab Theo.Mengerikan! Terlalu mengerikan!Meskipun tidak menyaksikannya sendiri, Vanzoe tahu insiden penusukan yang terjadi di antara Theo dan Anisa. Theo bahkan sampai harus dirawat di ICU dan baru sadar setelah 1 minggu.Vanzoe ketakutan, dia tidak ingin kejadian serupa terulang lagi.Lagi pula, untuk apa Theo mencari Anisa? Bukankah hubungan mereka sudah berakhir?Vanzoe benar-benar ketakutan ....Karena tidak sanggup menahan Theo, Vanzoe pun pergi memanggil Sabai dan Sania.Sabai menganalisa dengan tenang. "Dia cuma minum sebotol bir, nggak mungkin mabuk sampai nggak sadar."Berbeda dengan Sabai, Sania justru kebakaran jenggot. "Tapi Anisa nggak mau ketemu Theo. Anisa sendiri yang bilang ke aku. Kita harus menghentikan Theo!"Sania ingin menyusul Theo, tetapi Sabai dan Vanzoe bergegas menahannya."Sania, jangan gegabah. Biar aku yang naik." Sabai takut kalau Sania yang naik, situasi malah jadi semakin runyam.Theo sudah dipermalukan, Sabai tidak ingin Theo d
Sesaat melihat wajah tampan Theo, Anisa ingin marah. Hanya saja dia tidak sanggup berkata-kata.Dulu, Anisa mungkin akan mengajaknya bertengkar, tetapi sekarang kondisinya sangat lemah. Anisa tidak sanggup bertengkar, dia juga takut kalau Theo akan main tangan.Jika Theo mau menunggu di kamar, Anisa juga tidak bisa berbuat apa-apa. Theo yang tidak tahu malu, apa peduli Anisa?Theo bingung, kenapa Anisa tidak marah? Apakah ucapan Theo tidak cukup kasar? Atau ... jangan-jangan Anisa dan Evan memang sudah berpacaran?"Anisa, aku tidak akan pernah melepaskan kamu. Selama aku belum mati, kamu tidak akan pernah bisa menikah dengan orang lain," Theo mengancam.Anisa terlihat tenang saat mendengar ancaman Theo. Anisa memang tidak tertarik untuk menikah lagi. Bagi Anisa, ancaman Theo hanyalah angin lalu."Kamu suka jadi selingkuhan?" Anisa menggoda Theo.Theo mengerutkan alis. Apa maksud Anisa?"Kalau aku berpacaran dengan Evan, tapi juga masih berhubungan dengan kamu, berarti kamu adalah selin
Anisa berteriak ke arah Theo dan bertanya, "Theo, kalau aku mengganti anakmu yang keguguran, apakah kamu bisa berhenti menemuiku? Sama seperti yang kita sepakati sebelumnya."Anisa tidak ingin menjalin hubungan yang tidak jelas seperti ini.Theo berhenti, lalu menjawab tanpa menolehkan kepala, "Kembalikan dulu anakku, baru kita negosiasikan lagi."Kemudian Theo membuka pintu kamar dan beranjak pergi."Theo, kamu tidak apa-apa?" Sejak tadi, Sabai menunggu di depan pintu.Anisa merasa gelisah saat mendengar suara di luar. Setelah suara langkah di luar menjauh, Anisa berbaring di atas tempat tidur dan mengambil ponselnya untuk menelepon Mike.Mike menjawab panggilan video Anisa, "Anisa, kamu sudah makan?"Mike sedang menemani William dan Wilona bermain. Samar-samar, Anisa dapat melihat sosok kedua anak yang berada di ruang tamu.Mike bergegas memutar kameranya ke arah anak-anak agar Anisa bisa melihat mereka dengan jelas."Sudah makan." Anisa pun lega setelah melihat kedua anaknya. "Willi
"Anisa!" Ternyata Sania yang membuka pintu kamar. "Kamu tahu Theo ngomong apa sama Vanzoe?"Sania terlihat sangat emosional. Anisa sontak merasa tegang dan bangkit dari tempat tidur.Untuk apa Theo pergi menemui Vanzoe? Apa yang mereka bicarakan? Jangan-jangan ...."Kemarin Theo bilang nggak bisa menghadiri pernikahan kami, sekarang tiba-tiba malah berubah pikiran. Katanya besok dia mau menghadiri pesta pernikahan. Orang itu aneh banget, aku nggak ngerti," Sania bercerita dengan heboh.Anisa lega mendengarnya. Dia pikir Theo mau menyuruh Vanzoe untuk menukar kamarnya Sania."Oh iya, tadi dia ngapain ke sini? Dia ngomong apa saja?" Sania duduk di samping Anisa dan menatapnya dengan serius. "Dia nggak menindas kamu, 'kan? Tadinya aku mau membantu kamu, tapi Sabai dan Vanzoe ....""Dia tidak menyakiti aku. Hari ini banyak tamu, dia nggak mungkin macam-macam," jawab Anisa dengan tenang."Baguslah. Kamu mau keluar cari angin? Angin di luar segar banget. Nggak dingin, kok." Sania tersenyum m
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."