Ekspresi Sabrina terlihat sangat murung.Kalau bukan karena dipapah Theo, Sabrina mungkin sudah pingsan.Teknisi bergegas mencabut kabel layar LED. Seketika warna hijau yang menyakiti mata pun sirna."Ada apa ini?" tanya Marvin. "Kenapa layarnya jadi berwarna hijau?"Salah seorang manajer datang dan meminta maaf. "Pak Marvin, maafkan kelalaian kami. Teknisi sudah memeriksa, katanya tadi laptopnya terserang virus sehingga tampilan layar LED juga terpengaruh."Marvin melirik Sabrina."Kami sedang mengambil laptop yang lain. Kesalahan seperti ini tidak akan terulang lagi."Setelah manajer itu pergi, suasana di bawah panggung masih terasa canggung.Warna hijau memiliki makna yang kurang bagus. Salah satunya adalah perselingkuhan.Nara merasa semua pandangan tertuju kepadanya.Nara panik dan langsung menjelaskan. "Tante, aku tidak pernah mengkhianati Theo. Pengawal saksinya.""Maksudmu ... aku yang berkhianat?" tanya Theo.Nara menggelengkan kepala. "Theo, bukan itu maksudku. Tadi pasti ada
Malam itu Theo mengira kalau wanita yang berada di dalam pelukannya adalah Anisa. Jika tahu bahwa wanita itu adalah Nara, Theo tidak akan mungkin menyentuhnya.Di sisi lain, Anisa mengajak beberapa sahabatnya untuk menikmati hidangan laut di sebuah restoran yang terletak di Jalan Golsan.Setelah Maya meninggal, hidup Anisa benar-benar hancur. Tanpa dukungan teman-temannya, Anisa mungkin tidak bisa bangkit kembali dalam waktu secepat ini.Meskipun hancur, Anisa tidak gegabah membalas kejahatan Malia yang telah membunuh Maya.Mike ingin menuangkan segelas anggur untuk Grey, tetapi Grey bergegas menolak sambil berkata, "Aku nyetir."Anisa memberikan segelas jus kepada Grey, lalu berkata kepada Mike, "Kak Grey nggak bisa minum. Kamu minum sendiri saja.""Anisa, kamu meremehkan aku? Aku bisa minum, loh!" teriak Sania."Aku tahu kamu bisa minum, tapi Vanzoe memintaku untuk menjaga kamu. Kamu nggak boleh minum, dia nggak mau kamu mabuk," jawab Anisa mengingatkan Sania."Aduh, masa cuma makan
Anisa tercengang mendengar pertanyaan Grey."Kak Grey, apakah kamu pernah mencintai seseorang? Kalau kamu pernah mencintai seseorang, kamu pasti mengerti perasaanku," jawab Anisa sambil menundukkan kepala.Grey menggelengkan kepala."Mencintai akan membuat seseorang jadi posesif. Aku berharap dia hanya milikku seorang, aku berharap di dalam hatinya hanya ada aku. Yang lebih parah, aku ingin dia selalu mencintaiku tampa pamrih." Anisa tersenyum kecut. "Tapi seperti yang kamu lihat, dia hanya memedulikan Thea. Demi Thea, Theo bahkan rela menjual dirinya sendiri.""Waktu aku nggak tahu ternyata Thea memiliki gangguan mental, keberadaan Thea bagaikan duri yang menancap di hatiku. Tapi begitu tahu Thea memiliki keterbelakangan, kebencianku kepadanya pun perlahan pudar. Kalau kamu tanya apakah aku bisa mengoperasi Thea, aku memang bisa, tapi aku nggak mau."Grey tercengang mendengar jawaban Anisa ...."Seandainya Theo tahu bahwa aku yang mengoperasi Thea, coba tebak bagaimana reaksinya?" Ani
"Bukannya kita sudah janji nggak akan memarahi Thea?" tanya Wilona dengan cemberut.William menarik Wilona masuk ke dalam kelas.Jadwal operasi Thea sudah ditentukan. Walaupun dia takut dan mencari William serta Wilona, mereka berdua juga tidak bisa mengubah keadaannya.Seharusnya Thea pergi mencari Theo. Saat ini hanya Theo yang bisa menyelamatkan Thea.Pukul 3 sore, Bibi Nini menelepon Theo.Di ujung telepon terdengar Bibi Nini yang berbicara sambil menangis histeris. "Tuan, Nona hilang lagi! Aku dan satpam sudah mencari semua sudut sekolah dan Vila Starbay, tapi Nona tidak ketemu juga.""Untuk apa kalian pergi ke Vila Starbay?" Theo mengambil kunci mobil dan bergegas menyusul ke Vila Starbay."Sejak tadi pagi Nona memaksa mau menemui William. Aku sudah bilang tidak boleh, tapi Nona malah marah. Nona tidak mau makan dan minum. Nona tidak pernah seperti ini, aku jadi khawatir. Akhirnya aku terpaksa membawa Nona ke sekolahnya William," jawab Bibi Nini dengan terisak-isak.Sejak operasi
William dan Wilona langsung berdiri dan berlari ke depan pintu. Kemudian mereka mengintip melalui jendela, lalu berteriak, "Ibu ....""Theo datang, Theo datang!" Wilona terdengar emosional.Anisa bergegas menggendong Wilona dan berkata, "Sayang, jangan takut. Kamu dan Kak William ke kamar dulu."Sesaat mendengar perintah Anisa, William terpaksa menggandeng Wilona dan kembali ke kamar mereka.Setelah William dan Wilona masuk ke kamar, Anisa baru membuka pintu rumahnya. Theo berdiri di depan pintu, cahaya matahari senja menyinari wajahnya yang tampan dan tegas."Thea hilang. Kata pengasuhnya, Thea hilang di kompleks vila ini. Aku sudah mencari ke mana-mana, tapi dia belum ketemu juga." Theo memberi tahu tujuan kedatangannya."Jadi kamu mau menggeledah rumahku?" Anisa mengangkat kedua alisnya."Aku datang untuk cari orang, bukan untuk menggeledah rumah," jawab Theo dengan tenang."Bagaimana kalau Thea nggak di rumahku?" tanya Anisa sambil membuka lebar pintu rumahnya."Kamu mau gimana?" T
Anisa sengaja berkata seperti itu untuk mengusir Theo. Apakah Theo akan membencinya seumur hidup?Setelah makan malam, Anisa menelepon Mike sambil membereskan dapur."Anisa, hari ini aku pulang agak malam." Suara Mike terdengar serius dan sungguh-sungguh. "Aku nggak minum-minum, kok. Ada urusan kantor, urusan yang sangat serius. Besok baru aku ceritain, ya!""Oh, ada urusan apa? Aku nggak terbiasa mendengar kamu yang serius banget," tanya Anisa."Besok saja aku ceritain, yang penting kamu tahu aku lagi bekerja. Takutnya nanti kamu pikir aku lagi minum-minum di luar. Oh iya, nggak usah menyisakan makanan," jawab Mike sambil tertawa."Baik." Setelah menutup teleponnya, Anisa menatap kondisi rumahnya yang sangat sunyi. Seketika Anisa pun teringat pada Maya, dia sangat merindukan ibunya.Anisa tidak mau mempekerjakan pembantu karena dia mau melakukan dan merasakan bagaimana keseharian Maya. Anisa ingin tahu apa yang dirasakan Maya saat dia melakukan semua ini.Semakin dipikirkan, Anisa sem
Di rumahnya Theo.Theo sudah semalam tidak tidur. Bukankah Thea menghapal nomor Theo? Kenapa Thea tidak meneleponnya semalaman?Beberapa orang yang diutus untuk berjaga-jaga di sekitar Vila Starbay juga tidak memberikan kabar, berarti Thea tidak berada di sana.Meskipun musim dingin belum tiba, cuaca di luar lumayan dingin. Di mana Thea bersembunyi? Apakah ada orang baik yang memberikannya tempat tinggal?Theo menyalahkan dirinya sendiri. Ketika hendak menjalani operasi pertama, Thea juga memberontak sampai kabur dari sekolah. Theo pikir seiring kecerdasan Thea yang meningkat, dia tidak akan kabur lagi.Sebelum operasi dilakukan, Theo juga sudah berulang kali menjelaskannya kepada Thea. Theo pikir Thea sudah mengerti, siapa sangka, ternyata dia kabur lagi.Seandainya tahu akan jadi seperti ini, Theo tidak akan memaksa Thea untuk melakukan operasi kedua. Theo hanya menginginkan kesembuhan Thea, dia tidak tega melihat Thea yang selalu dihina.Apalagi, Theo tidak mungkin selamanya meneman
"Dugh!" Theo bangkit dari tempat duduknya.Thea ada di rumah sakit? Siapa yang mengantarnya ke rumah sakit?Kenapa tidak ada yang memberi tahu Theo sebelum operasi dilakukan?"Siapa yang mengantar Thea ke rumah sakit? Sekarang dia ada di mana?" Theo membalikkan badan dan bergegas pergi menuju rumah sakit."Maaf, kami kurang tahu jelasnya. Nona Thea ada di Rumah Sakit Genesis," jawab wanita asing yang berada di ujung telepon.Rumah Sakit Genesis? Lagi-lagi Rumah Sakit Genesis?Bukannya Nara berencana mengoperasi Thea di Rumah Sakit Klementa? Berarti Nara baru mengetahui keberadaan Thea yang berada di Rumah Sakit Genesis?Siapa yang mengantar Thea ke rumah sakit? Jangan-jangan Anisa? Namun kemarin Theo sudah mencari ke seisi rumah Anisa, jelas-jelas Thea tidak berada di sana.Thea memang agak keras kepala, tetapi dia bukan pembangkang. Thea pasti akan keluar saat mendengar teriakan Theo kemarin.Perasaan Theo terasa agak kacau, tetapi dia harus mengesampingkan semua kegelisahannya. Yang
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."