"Dugh!" Theo bangkit dari tempat duduknya.Thea ada di rumah sakit? Siapa yang mengantarnya ke rumah sakit?Kenapa tidak ada yang memberi tahu Theo sebelum operasi dilakukan?"Siapa yang mengantar Thea ke rumah sakit? Sekarang dia ada di mana?" Theo membalikkan badan dan bergegas pergi menuju rumah sakit."Maaf, kami kurang tahu jelasnya. Nona Thea ada di Rumah Sakit Genesis," jawab wanita asing yang berada di ujung telepon.Rumah Sakit Genesis? Lagi-lagi Rumah Sakit Genesis?Bukannya Nara berencana mengoperasi Thea di Rumah Sakit Klementa? Berarti Nara baru mengetahui keberadaan Thea yang berada di Rumah Sakit Genesis?Siapa yang mengantar Thea ke rumah sakit? Jangan-jangan Anisa? Namun kemarin Theo sudah mencari ke seisi rumah Anisa, jelas-jelas Thea tidak berada di sana.Thea memang agak keras kepala, tetapi dia bukan pembangkang. Thea pasti akan keluar saat mendengar teriakan Theo kemarin.Perasaan Theo terasa agak kacau, tetapi dia harus mengesampingkan semua kegelisahannya. Yang
Theo kembali menelepon Anisa, tetapi hasilnya sama saja. Anisa tetap tidak bisa dihubungi.Theo masih sulit memercayainya, bagaimana Anisa tegas menolak panggilannya?Akhirnya Theo membuka daftar kontak, lalu menghubungi Mike. Mike dan Anisa tinggal serumah, mereka juga selalu bersama.Mike terkejut saat melihat panggilan dari Theo. Untuk apa Theo meneleponnya? Memangnya mereka akrab?Mike memegang ponselnya sambil melirik Anisa yang sedang tidur. Theo pasti mau mencari Anisa.Begitu Mike menjawab telepon Theo, Theo langsung berteriak tanpa menunggu Mike berbicara, "Aku cari Anisa!"Mike tersentak, kenapa marah-marah? Theo salah makan, ya?"Anisa lagi tidur, ngapain cari dia?" Mike membalas teriakan Theo.Anisa baru memesan hotel tiga jam yang lalu. Ketika Mike sampai, Anisa sudah tidur tanpa mengatakan apa-apa."Bangunkan dia, ada yang mau kutanyakan." Suara Theo terdengar arogan dan dingin.Semalam Thea hilang di Vila Starbay, lalu Anisa keluar larut malam dan ada orang misterius yan
"Sudah bangun?" sindir Theo.Anisa duduk sambil memijat keningnya. "Kalau kamu nggak membangunkan aku, aku masih tidur nyenyak.""Anisa, tadi malam kamu ke mana? Untuk apa kamu pergi larut malam?" tanya Theo tanpa basa-basi.Sesaat mendengar pertanyaan Theo, Anisa langsung menendang Mike yang duduk di tempat tidur dan memberinya kode."Tadi malam Mike mabuk, pemilik bar menelepon aku untuk menjemputnya. Dia mabuk sampai marah-marah, aku takut dia akan membangunkan anak-anak, jadi kubawa ke hotel. Kenapa? Kamu mau ikutan? Lain kali aku ajak," Anisa menjawab dengan nada yang menyebalkan.Theo mengerutkan alis. Kenapa jawaban Anisa berbeda dari yang dibayangkan Theo?"Masih ada pertanyaan?" Anisa menguap sekeras mungkin. "Mike ribut banget sampai aku nggak bisa tidur semalaman. Aku ngantuk banget, kalau nggak ada urusan lain, aku tutup ya teleponnya."Ketika hendak menutup teleponnya, Anisa sempat bertanya, "Oh iya, Thea sudah ketemu?"Pertanyaan Anisa sontak membuat Theo mati rasa. Terny
"Ups ...." Mike baru menyadari ucapannya yang salah."Kamu sudah dipengaruhi!" Anisa menghela napas."Nggak gitu .... Akhir-akhir ini Eden sudah nggak pernah mencari informasi dari aku. Aku nggak bohong!" Mika berusaha meyakinkan Anisa.Anisa tidak pernah meragukan kesetiaan Mike. Mike tidak mungkin mengkhianati Anisa."Kamu mau terus membantu Thea? Rugi banget bantuin Theo, tapi nggak minta bayaran." Mika mengubah topik pembicaraan.Anisa menggelengkan kepala. "Ini terakhir kalinya. Bukannya aku nggak mau bantu, tapi kondisi Thea lumayan parah dan kemampuanku terbatas. Setelah operasi ini, kondisi Thea masih belum bisa ditebak. Harusnya kurang lebih sama kondisi sebelumnya.""Apakah Theo akan terus memaksanya untuk dioperasi?" Mike menghela napas panjang. "Theo memang bajingan, tapi Thea .... Sebenarnya Thea sangat cantik."Anisa tidak membantah ucapan Mike. Anisa tidak jadi menginap di hotel, dia bangkit berdiri dan pulang ke rumah.Di rumah sakit.Theo berdiri di samping tempat tidu
Sebenarnya Anisa yang berbohong atau Thea yang berhalusinasi?Theo mengeluarkan ponselnya, lalu menelepon Nara dan memintanya untuk bergegas datang ke rumah sakit. Nara memiliki firasat buruk sesaat mendengar nada bicara Theo."Theo, jangan panik. Thea baru selesai dioperasi, dia memerlukan waktu untuk pulih." Nara berusaha menenangkan Theo.Kecemasan Theo pun berkurang setelah mendengar penjelasan Nara. Hanya saja, pada operasi pertama, Thea tidak bersikap seaneh ini.Setelah selesai bicara, Theo kembali ke kamar Thea dan berkata dengan lembut, "Thea, kamu baru selesai operasi, jangan berpikir terlalu banyak. Nanti kepalamu sakit.""Kakak senang, kondisimu jauh lebih baik." Theo tersenyum lembut.Thea menarik napas panjang, lalu menjawab, "Kak, kepalaku agak sakit.""Tunggu Dokter Nara datang, ya! Nanti Kakak mintain obat pereda sakit kepala," kata Theo."Aku nggak mau ketemu Dokter Nara." Tatapan Thea dipenuhi kebencian.Tenggorokan Theo tampak bergulir. "Thea, Dokter Nara telah meng
Meskipun sandiwara Nara terlihat menyakinkan, Thea sama sekali tidak bergeming. Thea bisa melihat ketulusan maupun kepalsuan yang terpancar dari mata Nara.Thea bisa melihat betapa Nara mencintai Theo, tetapi Nara sama sekali tidak tulus memedulikan Thea."Kak Theo menyuruhku berterima kasih, tapi aku nggak mau," kata Thea dengan ketus.Nara menatap Bibi Nini dan memerintahkannya, "Tolong keluar sebentar, aku mau berbicara sama Thea."Bibi Nini merasa serba salah, tetapi dia tidak berani melawan Nara. Bagaimanapun Nara adalah kekasihnya Theo. Karena tidak berdaya, Bibi Nini pun pergi sesuai perintah Nara.Setelah Bibi Nini keluar dari kamar, Nara bertanya kepada Thea, "Thea, aku tidak tahu kenapa kamu sangat membenciku. Apakah ada orang yang menjelek-jelekkan aku di depan kamu? Sejak kembali ke sini, setiap hari aku susah payah mencari cara untuk mengobati penyakitmu. Kenapa berterima kasih saja tidak mau?""Aku rasa bukan kamu yang mengoperasi aku," jawab Thea.Kalau memang Nara yang
Theo bermimpi buruk. Dia bermimpi Anisa memblokir nomornya.Jangankan bertemu, Theo bahkan tidak bisa menghubungi Anisa. Akhirnya mereka berdua tidak pernah berhubungan lagi.Seketika dada Theo pun terasa sakit, dia merasa seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Sekujur tubuh Theo berkeringat dingin, dia terkejut dan membuka matanya secara perlahan. Di balik tatapan yang dilapisi kabur berair, sorotan matanya menyimpan rasa sakit yang amat menyiksa. Waktu menunjukkan pukul 7 malam, Theo bangkit dari tempat tidur, lalu mengambil ponselnya dan menelepon Anisa.Anisa sudah tidur seharian, harusnya sekarang dia berada di rumah dan sudah bangun."Maaf, nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi. Silakan coba beberapa saat lagi ...."Seiring suara yang pemberitahuan yang terdengar di ujung telepon, Theo menggenggam erat ponselnya. Mimpi Theo menjadi kenyataan!Anisa benar-benar memblokir nomor Theo! Kalau tidak diblokir, kenapa Theo tidak bisa menghubunginya sejak pagi?Untuk memas
Anisa sedang bertengkar di dalam kamar, sementara Mike dan kedua anak-anak menguping di depan pintu. Teriakan Anisa sontak menarik perhatian mereka. Karena penasaran, mereka bergegas ke depan kamar Anisa untuk mencari tahu apa yang terjadi.Tak berapa lama, Mike hampir jatuh ke dalam pelukan Anisa saat pintu kamar terbuka.Anisa terkejut melihat ketiga orang yang berdiri di depan pintu kamarnya. "Kalian ngapain?""Ibu bertengkar sama siapa?" Wilona mengangkat kepala, kedua matanya terlihat antusias dan penasaran. "Bertengkar sama Theo, ya?""Siapa lagi? Ibumu berubah jadi monster setiap berhadapan sama pria itu." Mike menggoda Anisa."Oh, jadi Ibu dan Theo bermusuhan?" Wilona sangat pintar membuat kesimpulan.Kepala Anisa terasa berdenyut, dia keluar dari kamar dan bergegas turun ke ruang makan."Anisa, di dapur ada makanan," teriak Mike sambil melihat Anisa yang beranjak pergi."Em," jawab Anisa dengan singkat."Aku mandiin anak-anak dulu. Habis kamu makan, kita baru bicara," kata Mik
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."