"Mereka semua menghindari aku. Jangankan saling menyapa, melihatku saja enggan." Theo sulit menjelaskan perasaannya saat ini."Pak, bagaimana kalau aku yang ke sana?" Eden ingin membantu Theo."Tidak perlu. Tugasmu malam ini adalah mendekati Mike," perintah Theo."Baik."Setelah makan malam selesai, para karyawannya Anisa berencana pergi ke bar.Temannya Eden berjanji untuk mengajaknya pergi bersama. Eden akan menggunakan kesempatan ini untuk mendekati Mike."Pak Theo, kamu pulang duluan saja. Oh iya, kamu belum menjenguk Nara? Dia pasti sedih ...." Meskipun tidak begitu menyukai Nara, Eden berusaha memberikan saran sebagai orang yang netral.Eden bisa melihat betapa sedihnya Theo, makanya Theo sengaja menyibukkan diri agar tidak mengingat semua keresahannya.Namun Theo tidak bisa selamanya lari dari kenyataan. Bagaimanapun Nara masih bertanggung jawab atas pengobatan Thea. Oleh sebab itu Eden merasa Theo tidak boleh terlalu mengacuhkan Nara.Sepuluh menit setelah Theo pergi, sekelompo
Pukul 5 pagi.Ponsel Theo menyala, Eden mengirimkannya beberapa pesan.[ Pak Theo, Mike adalah hacker yang hebat. ][ Dia tidak menyukai wanita. ][ Pak, hari ini aku izin, ya. ]Setelah bangun tidur, Theo mengerutkan alis saat membaca pesan yang dikirimkan Eden. Eden mendapatkan semua informasi ini dalam semalam?Mike bukanlah orang yang bodoh, dia tidak mungkin memberi tahu Eden mengenai semua informasi ini.Theo berpikir sebentar dan menelepon Eden. "Bagaimana kamu mendapatkan semua informasi itu?"Eden terdiam selama beberapa detik, suaranya terdengar agak kelelahan. "Tadi malam dia mabuk.""Semudah itu?" tanya Theo."Em, aku juga mabuk. Kepalaku masih sakit. Pak, hari ini aku izin, ya?""Em, istirahatlah," jawab Theo.....Vila Starbay.Pukul 8 pagi, Anisa bersiap-siap mengantar kedua anaknya ke sekolah."Bu, Paman Mike nggak ada di kamar. Paman Mike nggak pulang, ya?" tanya Wilona sambil memakai tasnya.Pukul 11 tadi malam, Anisa sempat menelepon Mike. Mike mabuk, mungkin dia men
Theo memperhatikan wajah Wilona. Ternyata benar, Wilona memang mirip dengan Anisa.Wilona menatap Theo dengan tajam. Dari tatapan tersebut, Theo bisa melihat betapa kedua anak ini sangat membencinya."Ada apa?" tanya Anisa sambil berjalan ke hadapan Theo."Anisa, mereka anak kandungmu? Mustahil anak adopsi bisa semirip itu." Theo menatap Anisa dengan tatapan rumit."Kamu datang untuk menanyakan ini?" Anisa mendengus dingin."Siapa ayah mereka?" Theo meninggikan suaranya. "Dia sudah sekolah, berarti umurnya sekitar 3 sampai 4 tahun."Theo terus mendesak Anisa untuk mengatakan yang sejujurnya.Wilona terlalu mirip dengan Anisa. Siapa pun sulit memercayai bahwa Wilona adalah anak yang diadopsi Anisa."Benar, dia memang anak kandungku, tapi kamu bukan ayahnya." Anisa tersenyum sinis. "Aku sempat berhubungan dengan pria asing dan melahirkan mereka. Seperti yang kamu tahu, aku sangat ingin menjadi seorang ibu."Menjadi seorang ibu .... Kalimat ini sontak membuat Theo tak dapat berkata-kata.
Begitu mendapatkan kabar, Anisa pun bergegas pergi ke Departemen Teknis."Pak Theo, hari ini atasan kami tidak datang." Manajer Teknis tidak tahu apa yang terjadi. "Pak, mau kuantar untuk menemui Bu Anisa?"Untungnya Anisa segera tiba di Departemen Teknis. Melihat Theo yang tampak muram, Anisa pun berkata, "Ayo, ke ruanganku."Theo datang untuk mencari Mike? Apa yang terjadi? Kenapa Mike tidak menceritakan apa-apa kepada Anisa?Sesampainya di ruangan Anisa, Theo dan Sabai masuk, sedangkan pengawal menunggu di luar."Apa yang terjadi?" tanya Anisa."Direktur Teknis perusahaan kalian menindas Eden," jawab Sabai.Eden adalah orang kepercayaan Theo. Menindas Theo sama saja dengan menindas Eden.Anisa menggelengkan kepala, dia tidak menyangka Mike berani memprovokasi Theo.Anisa pun mengeluarkan ponselnya dan menelepon Mike.Begitu Mike menjawab telepon, Anisa langsung berteriak, "Cepat ke kantor!""Aku lagi makan. Ada apa? Kok kamu teriak-teriak?" Mike tampak kebingungan."Kamu menindas as
Jika Mike benar-benar melakukan itu semua, Theo pasti tidak akan mengampuninya.Tak berapa lama Mike membuka pintu ruangan Anisa, lalu masuk sambil berkata, "Anisa, dengarkan aku, aku sama sekali nggak menindas Eden! Kalau tahu dia asistennya Theo, aku akan menghajarnya sampai babak belur!"Setelah bicara, Mike baru menyadari keberadaan Sabai dan Theo.Seketika, suasana pun terasa canggung ....Demi mencairkan suasana, Anisa pun bergegas mengubah topik pembicaraan, "Mike, kamu meretas sistem keamanan Akademi Akila dan Tera Group?"Mike langsung mengangkat tangannya dan bersumpah, "Bukan aku! Kalau aku pelakunya, aku pasti akan mengaku. Walaupun aku hacker yang hebat, aku bersumpah bukan aku yang melakukannya."Setelah bicara, Mike memberikan tatapan isyarat kepada Anisa. Tatapannya seolah sedang mengatakan, "Anakmu yang melakukannya."Sekujur tubuh Anisa sontak terasa tegang."Em ... aku belum makan, kalian sudah makan? Mau makan bersama?" Untuk melindungi William, Anisa mengumpulkan k
Meskipun berusaha tenang, suara Anisa tetap terdengar agak gemetaran. "Oh, memangnya apa yang dilakukan?"Theo mengerutkan alis dan menceritakan semuanya. "Dia menulis kalimat yang kekanak-kanakan. Bajingan, bunuh aku!"Anisa tertegun ...."Aku rasa hackernya masih kecil," kata Sabai sambil tertawa kecil."Belum tentu. Kenapa kamu berpikir seperti itu?" tanya Anisa."Lihat saja dari cara dia meretas. Kalau orang dewasa, mungkin data-data perusahaan sudah dicuri. Lagi pula mana mungkin orang dewasa menggunakan gambar hantu yang menjulurkan lidah," jawab Sabai."Tidak juga. Siapa tahu orangnya memang aneh?" Anisa terus berusaha menggiring opini.Semakin Anisa berusaha, Theo dan Sabai justru semakin mencurigai Anisa.Theo dan Sabai melirik satu sama lain, sepertinya mereka memiliki pemikiran yang sama."Anisa, kamu kenal Mike di mana? Setahu aku Mike agak misterius, kok kalian bisa kenal?" Sabai mengganti topik pembicaraan. "Aku lihat dia juga patuh banget sama kamu."Anisa meneguk segela
Pada sore hari.Hari ini Anisa pulang lebih awal daripada biasanya. Setelah Anisa pulang, Maya membawa Wilona ke kamar dan meninggalkan William di ruang tamu.Melihat Maya yang membawa Wilona pergi, William sudah tahu apa yang akan terjadi.Anisa duduk di sofa, lalu mengulurkan tangannya dan berkata, "William, berikan tasmu.""Ini." William memberikan tasnya kepada Anisa.Kemudian Anisa membuka tas William, lalu mengeluarkan laptopnya dan berkata, "Paman Mike sudah memberitahuku, kamu menggunakan kemampuan meretas untuk mencelakai orang lain. William, tindakanmu jelas telah melanggar hukum. Bagaimana kalau ketahuan? Kamu tahu konsekuensinya?"William mengedipkan kedua matanya dan menjawab, "Aku baru 4 tahun, mereka tidak mungkin memenjarakan aku."Meskipun Theo merupakan salah satu orang berpengaruh di Kota Dome, dia tidak mungkin memenjarakan dan menyiksa seorang anak berusia 4 tahun.Namun bukan itu intinya, Anisa mengkhawatirkan perkembangan psikologis William."Kamu tidak mungkin s
Nara mengenakan sehelai gaun merah yang seksi.Sesampainya di hotel, Nara beranjak ke kamar V809 dan membuka pintunya. Awalnya dia tercengang melihat kamar hotel yang redup, tetapi saat menoleh ke samping, dia melihat bayangan lilin berwarna merah yang bersinar di atas meja makan.Di samping lilin, terdapat sebotol anggur merah dan sebuket mawar merah yang harum.Suasana yang romantis ini sontak membuat Nara luluh. Dia tidak menyangka kalau Theo adalah pria yang seromantis ini.Nara sangat menanti-nantikan kejutan yang akan terjadi selanjutnya ....Nara beranjak ke meja makan, lalu mencium aroma bunga mawar dan mengeluarkan ponselnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 10, kenapa Theo belum tiba?Menit demi menit berlalu, kenapa Theo tak kunjung datang? Apakah dia terjebak kemacetan?Nara merasa agak gelisah, jangan-jangan Theo tidak jadi datang?Namun Theo telah mendekorasi kamar secantik ini, dia tidak mungkin membatalkan janji."Dia salah kirim pesan?" Nara bergumam kecil.Sembari menung
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."