Sekarang baru jam 5.20, kenapa Anisa datang secepat ini?Meskipun Anisa mengakui William sebagai anak adopsi, William tahu bahwa Anisa sangat menyayanginya."William!" Anisa menangis saat melihat William yang duduk di depan pintu dengan didampingi dua orang pengawal.Setelah mendengar suara Anisa, Theo bangkit dari sofa dan berjalan ke arah pintu.Kedua pengawal tidak berani menghalangi Anisa. Mereka tahu betapa Theo sangat mencintai wanita ini.Meskipun sekarang sudah bercerai, Anisa pernah menempati posisi penting di hati Theo.Anisa memeluk William sambil menangis tersedu-sedu, seolah Theo telah menyiksa anaknya."Anisa, kita perlu bicara," kata Theo.Anisa mengangkat kepalanya, tatapannya terlihat marah. "Kenapa kamu membawa anakku? Siapa yang mengizinkanmu? Siapa?"Theo mengerutkan alis. "Aku tidak menyakiti anakmu. Aku hanya ingin tahu bagaimana dia mengenal Thea? Kenapa mereka bertengkar?""Kamu nggak bisa tanya Thea? Theo, aku tahu Thea adalah wanita yang paling penting di hidu
Anisa mengerutkan alis."Si Pirang? Dia punya nama. Kamu nggak tahu cara menghargai orang lain?" tanya Anisa."Menghargai? Memangnya kamu dan si Pirang menghargai aku? Kalian pacaran sebelum kita bercerai!" kata Theo sambil menggertakkan gigi."Aku nggak ngerti jalan pikiranmu ...." Anisa menghela napas. "Sejak 4 tahun lalu, aku sudah mengirimkan surat cerai. Kamu sendiri yang nggak mau tanda tangan.""Sebelum aku tanda tangan, kita masih berstatus suami istri. Kenapa kamu mengkhianati aku?" tanya Theo.Melihat raut wajah Theo yang serius, Anisa hampir berpikir bahwa memang dia yang mengkhianati Theo."Memangnya kita pernah bersama? Kamu sendiri yang terlalu percaya diri. Theo, jangan memanipulasi aku. Siapa yang mengkhianati siapa?" Anisa membantah.Theo menarik napas panjang, dia berusaha menenangkan diri. "Siapa nama pria itu?""Untuk apa kamu tahu namanya?" Anisa mencurigai Theo."Kamu yang minta aku menghargainya," jawab Theo."Hem .... Kalaupun aku memberi tahu namanya, kamu juga
Thea sempat memikirkan alasan kenapa tiba-tiba William marah kepadanya.Thea mengira William dimarahi karena membawanya kabur dari sekolah. Selain ini, Thea tidak dapat memikirkan alasan lain.Setelah mendengar permintaan maaf Thea, William malah semakin marah.Berarti Thea mengakui bahwa dia yang menyebabkan Anisa dan Theo bercerai?"Jangan ikuti aku!" William berteriak, "Aku membencimu!"Thea berhenti, kedua matanya memerah dan meneteskan air mata.Melihat pertengkaran mereka, Bibi Wina bergegas memapah Thea untuk duduk di sofa. "Thea, jangan nangis. Kalau William tidak mau berteman denganmu, jangan paksa dia."William sangat emosian, sikapnya hanya akan menyakiti Thea. Namun di sisi lain, Thea juga tidak mau kehilangan teman.Thea menggelengkan kepalanya sekuat tenaga."Thea, jangan menggelengkan kepala, nanti sakit. Kamu tunggu sebentar, Bibi akan coba membujuk William," kata Bibi Wina sambil mengusap kepala Thea.Setelah mendengar ucapan Bibi Wina, Thea baru berhenti menggelengkan
"Kamu ... Anisa?" Nara inisiatif menyapanya, "Aku Nara."Anisa tidak terlalu menghiraukan Nara. "Em, aku pamit dulu."Anisa menggandeng William dan pergi meninggalkan Rumah Theo.Nara memandang Anisa sampai melamun. Tidak disangka, ternyata Anisa jauh lebih cantik daripada yang dibayangkan.Untuk apa Anisa datang mencari Theo? Dia bahkan membawa seorang anak kecil. Apakah itu anaknya Theo? Anisa membawa anaknya untuk mengajak Theo balikan?Nara pun cemas, apakah Theo bersedia menerima Anisa kembali?Ketika Theo keluar dari ruang kerja, Nara terbangun dari lamunannya dan menyapa, "Theo ....""Theo, maaf aku datang tanpa memberi tahu dulu," kata Nara sambil menunjuk kue yang ada di meja. "Temanku mengirimkan kue, aku tidak bisa menghabiskan kuenya sendiri. Jadi aku bawa ke sini buat dimakan bersama."Theo melirik kuenya dan berkata, "Selamat ulang tahun. Sudah terima hadiahnya?"Nara tertegun sejenak. "Oh, itu hadiah dari kamu? Aku belum buka bingkisannya karena tidak tahu siapa yang kir
"Aku mirip Theo, Wilona mirip Ibu," jawab William."William, Theo memang ayahmu, tapi dia tidak menyukai anak-anak. William, jangan mencari ayahmu, anggap saja kalian tidak kenal. Kalau dia tahu kalian anaknya, Ibu tidak sanggup membayangkan apa yang akan dilakukannya." Anisa mengatakan yang sejujurnya kepada William."Aku tidak mengharapkan ayah seperti dia," jawab William."William, akhir-akhir ini Ibu merasa kamu banyak berubah. Kamu makin dewasa," kata Anisa sambil tersenyum."Bu, aku tidak sakit. Aku hanya merasa orang-orang terlalu membosankan," jawab William."Ibu tahu, kok. Kamu hanya suka berteman dengan orang-orang pintar seperti Paman Mike. Tapi setelah dewasa, aku akan melihat bahwa orang yang tidak pintar juga memiliki kelebihan. Kita harus belajar menghargai kelebihan orang lain. Contohnya ... kebaikan dan ketulusan orang lain." Anisa berusaha memberikan pengertian.Sementara ini William tidak sependapat dengan Anisa, tetapi William juga tidak mau buru-buru membantahnya.
Anisa tersedak, dia mengambil sehelai tisu dan mengelap bibirnya."Nara, aku tegaskan kepadamu, aku yang ngotot minta cerai. Aku tidak peduli apakah kamu mau berpacaran atau menikah dengan Theo. Em, kalian berdua sangat cocok. Kenapa tidak langsung menikah? Kalau kalian menikah, aku pasti akan memberikan hadiah yang istimewa."Nara tersenyum kaku dan menjawab, "Oh, begitu .... Tapi kami berdua tidak ada keinginan untuk menikah. Kami lebih suka hubungan seperti ini.""Kenapa tidak menikah? Kamu atau dia yang tidak mau? Kalau dia tidak mau menikah, apakah perlu aku bantu untuk membujuknya?" tanya Anisa sambil tersenyum ramah."Tidak perlu repot-repot. Aku sudah cukup bahagia dengan hubungan sekarang. Oh iya, apa maksud ucapanmu tadi? Aku tidak mengerti. Siapa yang tidak tahu malu?" Nara menuntut penjelasan.Anisa tersenyum sinis, Nara benar-benar wanita yang licik dan menjijikkan. Rasanya Anisa mau muntah setiap melihat tatapannya yang sok polos dan tak berdosa."Gurumu tidak pernah meng
Kelewatan! Anisa tercengang melihat sandiwara Nara.Seketika Anisa pun teringat dengan drama-drama televisi yang pernah ditontonnya. Menjijikkan!Pelayan buru-buru menghampiri Nara dan membawanya untuk diobati.Anisa duduk sambil berpikir, hatinya terasa berapi-api. Kalau bisa, dia ingin menampar wajah Nara. Sekarang Nara terluka, di mata orang-orang dia adalah korban.Sudahlah, Anisa akan mengikuti alur kebohongan Nara. Anggap saja Anisa memang sengaja menyakiti Nara.Anisa memanggil pelayan, lalu membayar semuanya dan pergi meninggalkan Nara.Tak berapa lama, insiden ini pun sampai ke telinga Theo. Di antara sebuah anggota tubuh Nara, tangannya merupakan bagian yang paling berharga."Anisa tidak mungkin sengaja," kata Theo.Pengawal menunjukkan rekaman CCTV kepada Theo. Di dalam rekaman, Anisa tampak mengempaskan tangan Nara dan menyebabkan tangannya ketumpahan air panas."Anisa pasti tidak sengaja," Theo bergumam kecil.Theo tahu karakter Anisa, dia bukan orang yang tega menyakiti o
Hati Anisa terasa berkecamuk saat mendengar pertanyaan Theo."Apa kata pacarmu?" Anisa bertanya balik.Theo langsung terdiam, dia belum menemui Nara.Setelah mendengar rekaman pembicaraan di antara Anisa dan Nara, Theo kesal dan langsung meneleponnya."Anisa, aku sedang bertanya. Kamu jangan sengaja mengubah topik." Theo meninggikan suaranya.Amarah Anisa pun menyulut saat mendengar Theo yang membentaknya."Kamu sudah lihat buktinya, 'kan? Aku sengaja menyiram tangan pacarmu biar dia nggak muncul di hadapanku lagi. Kalau dia masih muncul, aku akan menyiram wajahnya!" Anisa balas membentak.Theo terdiam, dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa."Hmm? Kenapa diam saja? Kamu mau meminta keadilan untuk pacarmu, 'kan?" tanya Anisa. Tenggorokan Theo tampak bergulir, dia mengatupkan bibirnya dengan erat."Oh, aku tahu ...." Anisa tertawa kecil. "Kalau tangan Dokter Nara luka, siapa yang akan mengoperasi Thea? Aduh, tiba-tiba aku jadi khawatir. Theo, kamu bakal membalas dendam sama aku?""A
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."