Suara tendangan langsung membuat Mike dan Anisa terkejut. Mereka mengangkat kepala, lalu menatap ke arah pintu. Wajah Theo tampak muram dan mengerikan."Eh, mantan suami?" Mike melompat dari meja dan menyapa Theo dengan ramah.Kepala Anisa sontak terasa berdenyut. Mike tidak tahu betapa menakutkannya Theo ....Anisa bangkit berdiri dan berjalan ke samping Mike, lalu menariknya ke belakang.Melihat Anisa yang melindungi Mike, Theo pun marah dan cemburu.Apa hubungan Anisa dan pria berambut pirang ini? Anisa terlihat sangat melindunginya."Ngapain ke sini? Kita berdua sudah nggak ada keperluan untuk bertemu," Anisa bertanya dengan ketus.Theo meremas kertas yang dipegangnya sambil berjalan ke depan Anisa. Begitu melihat Theo yang diselimuti kemarahan, Anisa menarik tangan Mike dan mendorongnya keluar. "Tunggu di luar."Setelah mengusir Mike dan menutup pintu, Anisa kembali ke tempat duduk."Siapa dia?" Theo penasaran melihat wajah Anisa yang memerah.Sekarang hanya ada Anisa dan Theo di
Begitu Theo pergi, Mike bergegas kembali ke dalam ruangan Anisa."Ngapain mantan suamimu datang? Dia galak banget, kamu baik-baik saja, 'kan?" Mike memapah Anisa ke tempat duduk, lalu memberikan segelas air kepadanya.Awalnya Anisa agak kesal, tetapi dia malah tertawa saat melihat Mike. "Dia mengira kamu pacarku. Aku tidak membantahnya. Nggak apa-apa, 'kan?"Mike mengedipkan kedua matanya. "Jangankan pacar, asalkan kamu mau, aku bersedia menikahimu sekarang juga.""Aku nggak mau menikah lagi. Simpan saja cintamu untuk istrimu nanti," jawab Anisa.Mike menghela napas. "Aku juga nggak mau nikah, aku masih trauma sama hubunganku kemarin. Ah, di dunia ini nggak ada cinta sejati."Beberapa tahun lalu Mike menderita tumor otak. Anisa adalah dokter yang mengoperasinya.Walaupun operasi berjalan lancar, kekasih Mike mencampakkannya begitu saja. Hingga saat ini Mike masih trauma, hubungan yang dijalani selama 5 tahun hancur begitu saja.Setelah operasi, Mike dan Anisa mendirikan Asta Technology
"Paman, jangan bergerak!" teriak Wilona.Awalnya Leo terkejut dan hendak memarahi Wilona yang kurang ajar, tetapi dia tertegun saat mendengar teriakan Wilona."Paman, rambutmu banyak uban, aku bantu cabut. Kalau nggak dicabut, nanti Paman dikira kakek-kakek." Sembari bicara, Wilona buru-buru memasukkan rambut Leo ke dalam tasnya.Setelah memasukkan rambut Leo ke dalam tas, Wilona menepuk pundaknya dan berkata, "Paman, aku sudah cabut ubannya."Leo mengusap kulit kepalanya yang sakit dan bertanya, "Mana? Aku mau lihat. Seingat aku, aku nggak ada uban.""Aku sudah buang. Apa bagusnya uban? Ngapain dilihat?" Wilona menjawab dengan polos.Leo tertegun mendengar jawaban gadis kecil ini."Paman, rambutmu berminyak. Aku cuci tangan dulu, bau ...." Ekspresi Wilona terlihat jijik. Dia membalikkan badan dan meninggalkan Leo yang membeku di tempat.Perasaan Leo terasa campur aduk, dia tidak tahu harus merespons apa. Di tengah kebingungan, Leo mengusap rambutnya sendiri dan menciumnya."Hmm? Lembu
Bibi Wina merasa serba salah. "Thea, kata dokter kamu harus beristirahat selama 1 bulan penuh. Kalau aku membiarkanmu keluar, Tuan pasti marah.""Tuan? Siapa Tuan?" tanya Thea."Theo." Bibi Wina berpikir sebentar, lalu lanjut bertanya, "Kamu memanggil Tuan Theo dengan panggilan apa?"Thea tidak menghiraukan pertanyaan Bibi Wina, dia menunjuk ke arah jendela dan terus berkata, "Mau main ...."Bibi Wina tidak berani membuat keputusan. Akhirnya dia menelepon Nara untuk datang menenangkan Thea.Tak berapa lama Nara datang dan langsung beranjak ke kamar Thea. "Thea mau main di luar? Emm, tapi aku temani, ya? Dan Thea harus duduk di kursi roda, takutnya nanti tiba-tiba kepalamu sakit."Thea setuju untuk di kursi roda, sebenarnya dia hanya mau menghirup udara segar."Bibi Wina, biar aku saja," kata Nara sambil mendorong kursi roda Thea.Jika Nara ingin terus berada di sisi Theo, pertama-tama dia harus menjalin hubungan yang baik dengan Thea. Sama seperti sekarang, Thea tidak menolak saat Nar
"Prang!" Sikat gigi Anisa terjatuh.Sania juga tercengang, sarapan yang ditenteng hampir terjatuh. Melihat makanan yang hampir jatuh, Mike bergegas mengulurkan tangan dan menangkap kantong yang dipegang Sania."Anisa, ini temanmu?" Mike membuka kontong yang dibawa Anisa, lalu mengambil sebuah roti dan menyantapnya. "Em, enak juga. Anisa, kamu mau? Aku suapin."Begitu melihat psikologis Sania yang terguncang, Anisa langsung menarik Mike dan membawanya masuk ke dalam kamar."Sania, kamu duduk dulu. Tunggu aku sebentar," kata Anisa sambil menarik tangan Mike.Tak lama setelah Anisa pergi, Sania terbangun dari lamunannya ....Kemudian Sania menarik napas panjang, lalu mengeluarkan ponsel dan mengirimkan pesan kepada Vanzoe.[ Astaga, Anisa berubah banget! Kamu tahu? Dia tinggal serumah sama seorang cowok ganteng. ]Vanzoe terkejut dan membalas.[ Apa? Siapa? Anisa? ]Sania membalas.[ Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Kalau nggak lihat langsung, mungkin aku juga nggak akan perca
Di mata William, Leo hanyalah pecundang yang mudah dikelabui. Namun berbeda dengan Theo, dia bukanlah orang bodoh.Sejak sistem keamanan Tera Group berhasil diretas, Theo menghabiskan banyak uang untuk memperketat keamanan perusahaan. Kali ini William tidak bisa meretas sistem perusahaan dengan mudah ....Akhir-akhir ini Mike sedang sibuk, dia tidak ada waktu untuk membantu William. William hanya bisa meratapi foto Theo dan perlahan-lahan meredakan emosi di dalam hatinya.Di dalam kelas, William belajar dengan didampingi dua orang guru. Yang satu adalah guru pendamping, sedangkan yang satu lagi adalah guru pengajar.Guru pengajar sedang menjelaskan di depan, sedangkan William duduk dan memainkan laptopnya. Suasana kelas terlihat harmonis.Tiba-tiba, sebuah sosok muncul di depan pintu kelas. William adalah anak yang peka, dia melirik dari ekor mata dan bergegas menarik kembali pandangannya."Tok, tok." Terdengar suara ketukan pintu.Begitu melihat Thea yang mengetuk pintu, salah seorang
Setibanya di sekolah, Theo langsung memeluk Thea dan menenangkannya. "Thea, tenang, jangan nangis."Tadinya Thea menangis tersedu-sedu, tetapi begitu mendengar suara Theo, Thea pun merasa lebih tenang dan aman.Perlahan-lahan Thea mulai menenangkan diri dan tertidur di dalam pelukan Theo.Kemudian Theo meletakkan Thea ke atas tempat tidur dan pergi mencari William untuk meminta penjelasan. Sesaat melihat Theo yang masuk ke kelas, guru yang mengajar pun langsung pamit pergi.Di dalam kelas hanya tersisa Theo dan William. Ketika Theo berjalan mendekatinya, William bergegas memasukkan bukunya ke dalam tas."William, aku tahu siapa ibumu." Theo duduk di depan William dan mencegatnya pergi.William adalah anak yang pintar, dia sadar bahwa dirinya tidak akan bisa kabur. Jadi dia kembali ke tempat duduk dan mengacuhkan Theo."Bagaimana kamu bisa mengenal Thea?" tanya Theo.Theo tidak mengerti kenapa William selalu mengenakan topi. Di luar maupun di dalam ruangan, William tidak pernah melepask
William menggigit leher Theo sampai berdarah.....Sekitar pukul 4 sore, kepala sekolah menelepon Anisa untuk memintanya datang ke Akademi Akila. Katanya William menggigit orang sampai berdarah.Anisa kebingungan, William menggigit siapa? William adalah satu-satunya murid di dalam kelas. Jangan-jangan ... William menggigit gurunya?Sesaat memikirkan kemungkinan ini, Anisa buru-buru menutup laptop dan mengambil kunci mobil. Bagaimana mungkin William menggigit gurunya?Walaupun William marah, dia tidak mungkin menyakiti orang lain, apalagi gurunya sendiri.Anisa yakin, William bukan anak yang nakal dan tega menyakiti orang lain. Kenapa William berubah jadi seperti ini? Apakah karena akhir-akhir ini Anisa terlalu sibuk sehingga mengacuhkan anak-anaknya?Malam ini Anisa harus mengajak William dan Wilona berbicara ....Sesampainya di sekolah, gurunya William pun meminta maaf kepada Anisa. "Bu Anisa, William dibawa pergi ...."Anisa mengerutkan alis ...."Tapi Anda tidak perlu khawatir, Will
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."