Firasat Apa Ini?“Terimakasih Om, telah bersedia membantu saya. Sementara ini saya tinggal di villa sebelah sana, tak jauh dari sini kok” Kevin memberitahu tempat singgahnya pada Om Aji“Baiklah, kalau gitu saya pamit dulu Om, takut Vania mencari saya” Kevin bangkit dari tempat duduknya“Vania istrimu Vin?” tanya Om Aji ingin tahu“Bukan Om, anak saya” jelas Kevin“Istrimu tak ikut bersamamu?” “Itu dia Om, selain perusahaan saya yang mengalami kebangkrutan, istri pun meninggalkanku. Dia pikir aku telah berselingkuh dengan wanita yang ada difoto itu yang tak lain adalah Siena” tutur Kevin kembali duduk dan membeberkan permasalahan yang menimpa dirinya“Om turut prihatin ya dengan apa yang menimpamu saat ini. Gara-gara Siena kamu jadi mengalami kesialan bertubi-tubi” Om Aji merasa simpati dan menyalahkan ulah Siena yang telah merugikan orang yang ternyata adalah anak dari sahabatnya dulu.“Maafin aku Vin, karena kebodohanku menjadikan rumahtanggamu hancur juga perusahaanmu” ucap Siena m
Suasana KekeluargaanKevin masih memikirkan apa yang dikatakan oleh anaknya tentang bunga tidurnya. Mimpi seorang anak biasa terhubung dengan siapa yang sedang dirindukannya. Meski Liliana jarang mengurus sendiri buah hatinya itu, sang anak tetap menganggap ibunya adalah malaikat baginya. Sama seperti yang dilakukan oleh sang ayah yang tetap menghormati ibu Tanti meski hanya ibu sambungnya.“Sus, Suster.. Vania dimandikan dulu ini, sudah sore! Vania sudah bangun, kamu masih tertidur” ucap Kevin seraya menyerahkan tubuh mungil yang berada digendongannya pada babysitter yang masih merebahkan tubuhnya diatas kasur tak sadar jika Vania sudah pergi keluar“Ma-maaf Tuan, hawanya dingin disini, jadi saya keenakan tidur” jawabnya sambil meraih tubuh Vania“Putri cantik mandi dulu yuk.. “ ucap Sus Imah merayu Vania Tanpa penolakan bocah kecil itu pun menurut saja apa ajakan babysitter yang telah merawatnya dari lahir hingga sekarangDi dapur ada seseorang yang sedang memasak. Aromanya tercium
Kedatangan vs KepergianSelepas menerima panggilan telepon, Kevin keluar lagi dari kamar mengambil minuman jahe susu yang tadi diminumnya. Segera menghabiskannya lalu masuk lagi ke kamar, menutup pintunya, bersiap untuk pergi ke alam mimpi. Di tengah keheningan malam, Kevin yang badannya terasa hangat sembari membungkus tubuhnya dengan selimut bulu yang sudah tersedia, mulai terlelap dalam tidurnya.***Udara pagi yang begitu dingin, suara kicauan burung yang hidup bebas di alam menambah betapa terasanya suasana alam yang masih natural. Sangat berbeda dengan suasana perkotaan yang selalu ramai oleh kendaraan hingga suara burung sangat jarang terdengar lagi di pagi hari.Suara gemericik air, dan aroma kopi tercium hingga menembus ke kamarnya. Kevin terbangun meski waktu sholat subuh telah lewat. Dilihatnya benda penunjuk waktu itu jarum panjang menunjuk angka 2 sedangkan jarum pendek mengarah pada angka 5.“Saking lelapnya tidurku hingga bangun kesiangan” Kevin baru menyadari jika diri
Tamu Tak Diundang“Heh, Pak, buka pintunya” gertak Bram pada lelaki tua itu“Ma-maaf saya tidak bisa membukakan pintu gerbang ini, karena saya tidak mengenal kalian” jawabnya dengan wajah yang kini tampak pucat ketakutan dan mulai berpindah menjauh dari pintu yang masih tergembok“Saya ini polisi, kalau sampai anda menghalangi penyidikan kasus yang sedang saya tangani, tak segan-segan saya akan membuat laporan penangkapan untuk anda” ucap Bram sembari mengeluarkan kartu tanda anggota untuk meyakinkan penjaga villaMerasa tak tega dengan rasa keputusasaan yang menimpa sahabatnya, Bram mencari cara agar si penjaga itu mempercayai omongannya, meski dengan pengancaman verbal.“Biar saya yang ngomong pelan Bang sama Bapak ini” Hasan yang sedari tadi hanya memperhatikan dari mobil, ia turun untuk membantu saudaranya itu“Kamu urus deh” ucap Bram yang sudah merasa jengah pada penjaga villa yang masih teguh dengan pendiriannya untuk tidak membukakan pintu untuk siapa punDengan mendekat ke a
The Real 'Musuh Dalam Selimut'“Ma, aku harus segera menikahi Lili” ucap Farel pada ibunya Setelah pulang dari kantor, Farel berkunjung ke rumah orang tuanya. Farel yang sudah dewasa itu sangat dimanja oleh Tanti -sang ibu-, tak jarang jika ingin membicarakan sesuatu bahkan hal yang rahasia pasti mendatangi kediaman orang tuanya dan tak sungkan masuk kedalam ruang pribadinya. Malam itu Farel mengungkapkan apa yang sedang mengganggu pikirannya, mencoba bertukar pikiran dengan ibunya sekaligus mengungkapkan keinginannya.“Nggak secepat itu Farel sayang.. Liliana masih menjadi istri sah Kevin, kamu harus nunggu sampai mereka bercerai dulu baru bisa menikah” jawab ibunya yang sedang memakai anting berliannya hendak menghadiri suatu undangan pernikahan rekan bisnis suaminya yang sudah kenal sejak lama.“Kalau nunggu proses cerai bisa lama, Ma” Farel terus saja merajuk agar ibunya “Kamu apa-apaan sih? menikah itu membutuhkan persiapan khusus, apalagi perusahaan kita sekarang bukanlah peru
Mencari Siena"Bram, kamu ini polisi! Kenapa malah membiarkan ada tindak kejahatan didepan matamu sendiri? Ayo kita samperin mereka" Kevin menyadari kalau yang datang ke villa bukanlah Siena, melainkan tamu tak diundang yang secara tidak sopan menyapa pemilik rumah dengan kekerasan "Jangan bertindak bodoh Vin, kita tidak tahu siapa mereka! Dengan maksud apa mendatangi tempat ini" tahan Bram yang melihat Kevin beranjak hendak keluar dari persembunyiannya dalam melakukan pengintaian.Kevin yang hanya orang sipil mempercayai tindakan Bram, ia kembali berjongkok setara dengan Bram. Mungkin ini adalah salah satu bagian dari siasatnya dalam menindak suatu kasus. Tak lama kemudian, dengan brutal laki-laki bertubuh besar dan tinggi itu berhasil membuka pintu pagar besi yang tergembok. Ketiga orang itu masuk ke dalam, Kevin dan Bram tak mampu melihat lagi apa yang dilakukannya di dalam villa dengan satu penjaga yang sudah udzur."Di sana ada Pak Tono, kalau dia sampai melukai bahkan jika gela
Dilema“Bisakah Bapak menghubungi Om Aji atau Siena tentang kejadian ini? agar mereka bisa segera kembali, saya juga ada perlu penting dengan mereka” Kevin yang tak tega melihat keadaan penjaga villa yang mengalami luka dalam, memberikan ide untuk menghubungi majikannya tentang keadaan dirinya dan villa yang sebagian perabotannya telah dirusak sekelompok orang yang tak dikenal.“Saya tidak tahu nomor telepon Tuan Aji, biasa jika hendak kemari, beliau yang menelepon memberitahukan akan menginap” jawab Pak Tono yang memang tak berani menghubungi majikannya terlebih dahulu“Apa Bapak menjaga di villa ini sendirian?” tanya Bram seraya melempar pandangan ke sekitar ruangan“Jika Tuan atau Non Siena disini, ada asisten wanita dua orang yang membantu di sini. Berhubung Tuan dan Non sudah pergi maka dua para asisten ikut bersamanya” jelasnyaDari ucapan Pak Tono, Bram bisa menarik kesimpulan bahwa ia menjaga sendirian di villa, tanpa ada orang lain yang menemani. Bahkan saat ketiga orang itu m
Kepulangan Yang Tak Sia-sia “Bram, sepertinya aku juga harus pulang hari ini” ucap Kevin yang berhasil membuat hati Bram bertanya-tanya, ada apa gerangan. Setelah mendapat telepon, raut wajah Kevin yang awalnya biasa saja, tiba-tiba berubah dengan cepat tanpa ada angin atau hujan badai.“Kenapa, ada apa Vin? apa ada yang serius?” Bram mencoba memberanikan diri untuk bertanya lebih lanjut “Papa anfal semalam, Mama menghubungiku tidak bisa. Tahu sendiri, di pegunungan susah mendapat sinyal” ucapnya sembari mengetik pesan di ponselnya selagi masih bisa berkirim pesan.Beberapa tahun terakhir Benny Adiwilaga menderita penyakit jantung, dan menjalani pengobatan secara rutin di salah satu Rumah Sakit Internasional di Jakarta. Sering juga melakukan chek up ke Singapura jika bertepatan dengan waktu liburan bersama keluarga. Bram yang telah lama ikut dengan Benny, mengetahui segala permasalahan yang menimpa keluarga miliarder tersebut, dengan sekuat tenaga membantu jika dibutuhkan.“Baiklah,
Kembali Ke KotaDavid mengajak anak buahnya yang masih dalam keadaan berjaga untuk masuk ke dalam mobil setelah urusannya di tempat itu telah selesai. Merasa sedikit tenang karena bisa bertemu dengan wanitanya meski kini beban berat menumpu di bahunya. Berat jika hanya dipikirkan saja, namun sepenuh hati akan diupayakan demi bersanding dan menepati janji yang telah diucapkannya.Di dalam mobil yang dikemudikan oleh Firman, David tampak sibuk dengan ponsel yang ada di tangannya. Dua mobil melaju kencang setelah keluar dari pintu masuk area villa yang terletak di atas perbukitan.“Lanjut kemana lagi ini Bos?” tanya Firman tanpa canggung“Kita langsung kembali ke Jakarta! nanti jika kamu mengantuk, bergantianlah dengan yang lain, masih banyak urusan yang harus aku selesaikan! sejak Gilang mengalami kecelakaan, semua pekerjaan terpaksa harus ku urus sendiri” jawab David yang masih sibuk berkutat dengan benda pipih sejuta info miliknya tanpa melihat orang yang sedang diajaknya bicara.“Hal
Syarat Dari SienaTampaknya Siena kini makin pintar, tak mau kecolongan untuk yang kedua kalinya. Memberikan sebuah syarat pada lawan bicaranya saat ini untuk menguji seberapa besar keseriusan ucapannya. Munafik sekali rasanya, menjalin hubungan hingga membuahkan makhluk baru dan harus mengaku tak ada lagi cinta. Bagi sebagian wanita tak semudah itu melupakannya. Dalam lubuk hati Siena yang paling dalam masih tersimpan sebuah nama yang selalu dibawa kemanapun ia pergi, meski lidah mampu berkata tidak.“Apapun syarat darimu aku terima! aku tahu, kamu ingin menguji seberapa dalam cintaku kini kan?” David, laki-laki yang sering plin plan dalam mengambil keputusan menerima apapun syarat meski Sena belum mengucapkan syarat apa, dan bisa atau tidak dia lakukan.“Kamu yakin?” Siena pun masih menguji dengan mempertanyakan kembali.“Ya! katakanlah, apa yang harus aku lakukan, akan kulakukan saat ini juga” ucap David yang tak membutuhkan penasihat pribadi untuk merebut hati Siena kembali.Kedu
Rayuan Maut"Iya, sepertinya begitu, betul apa katamu Dev, biarkan mereka menyelesaikan urusannya sendiri. Ayo kita tinggalkan saja" ujar Aji mengajak Deva untuk masuk ke ruang keluargaDisamping rumah, dua orang yang sempat terpisah dan kini dipertemukan kembali oleh Tuhan masih sibuk beradu pendapat. Saling menyalahkan, itu sudah pasti. Bagaimana tidak, yang satu mengatakan apa yang dialaminya, satunya lagi menolak tindakannya tak seperti yang diungkapkan. Tak ada ucapan yang sama. Namun setelah selang waktu beberapa menit, sembari berpikir, memiliki persamaan. Yaitu sama2 mendapatkan berita dari Siska yang tak lain adalah istri David sekaligus sahabat seprofesi Siena.Namun tak bisa hanya berprasangka saja, semua ucapan harus disertai dengan pembuktian agar terbukti kebenarannya bukan hanya tuduhan semata.Sungguh pelik memang permasalahan dalam putaran cinta segitiga. Dimana satu pria diperebutkan oleh dua wanita yang sama-sama mengisi hatinya. Meski porsinya berbeda. "Tunggu, ta
Perdebatan SengitDavid masih tampak bingung, rasa tak percaya pada ucapan ayahnya Siena yang mengatakan anaknya hendak bunuh diri karenanya. Tangannya mengepal, pikirannya terbang mengingat perkataan Siska yang justru berbanding terbalik dengan kenyataan yang didengarnya saat ini.“Maaf, Om! aku sama sekali tidak tahu apa yang terjadi dengan Siena waktu itu. Aku terpaksa harus ke luar kota untuk menyelesaikan masalah pabrik yang terbakar dua hari sebelum acara pertunangan kami berlangsung” terang David menjelaskan alasan mengapa ia pergi tanpa memberi tahu calon tunangannya.“Itu yang kamu namakan cinta? pergi tanpa memberi kabar pada orang yang lebih memilihmu daripada keluarganya sendiri tapi kau campakkan begitu saja pengorbanannya” “Aku tidak pernah ada niat untuk meninggalkanya, justru Siena yang tak bisa lagi dihubungi. Siska bilang Siena akan menggugurkan kandungannya, ia sudah tak mencintaiku lagi, tapi aku tak percaya penuh padanya. Maka dari itu aku kesini ingin bertemu de
Menepati Janji“Stop! hentikan!” teriak Deva yang sangat keras hingga membuat orang-orang yang sedang saling adu jotos mengalihkan perhatiannya pada orang yang kini saling berhadapan.Bukan tanpa sebab Deva melakukan itu, ia tak ingin ada keributan di tempat yang seharusnya tercipta rasa tenang, aman, dan damai. Terlebih lagi kedatangan orang yang mungkin sangat dinantikan oleh seseorang sejak lama.“Ternyata nyalimu besar juga ya?” sebuah sapaan yang kini menggetarkan hatinya“Sudah lama aku mencari Siena, namun nihil. Kalian berhasil menutup akses agar aku tak bisa menemuinya, iya kan?” “Simpan saja omong kosongmu itu, siapkan dirimu untuk bertemu dengan ayah dari wanita yang telah kau sakiti. Ayo tunggu apa lagi” Deva, orang yang dekat dengan Siena dan berulang kali menyuruh untuk segera memutuskan hubungan dengan pria beristri ini, menampakkan wajah juteknya seraya memberi kode agar mengikuti langkah kakinya berjalan menuju villa.“Duduk dulu disini, akan ku panggilkan Om Aji” ti
Yang DitungguSiena dan Aji yang beranjak hendak kembali ke villa, langkah kakinya terhenti saat mendengar orang memanggilnya. Lalu tubuhnya berbalik 180 derajat menghadap pemuda yang masih berdiri di samping kendaraannya.“Apa tadi kamu memanggil kami?” tanya Aji, takut jika hanya salah dengar“Iya, Tuan” jawab Hasan disertai dengan anggukan. Keduanya mendekat ke arah Hasan kembali.“Tuan dan Nona silahkan duduk dulu di dalam, saya akan mencoba menghubungi saudara saya untuk meminta izin terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk memberikan nomor Tuan Kevin” ucap Hasan yang merasa iba pada dua orang yang berasal dari kalangan atas, mencari Tuan Kevin. Ia tahu bahwa majikan yang baru dikenalnya itu pun sangat berharap bisa bertemu dengan orang ini. Entah ada permasalahan penting apa yang menjadikan orang-orang ini saling mencari satu sama lain.Hasan tak ingin mencari tahu lebih lanjut. Ia lebih memilih untuk meninggalkan mereka di dalam. Tangannya yang masih setengah basah merogoh saku
KecewaSiena tertunduk, matanya terlihat sendu. Ada suatu benda yang mengganjal di pelupuk mata indahnya. Tak lama kemudian, menetes jatuh ke tangannya. Aji memeluk tubuhnya dengan erat, berusaha menenangkan hati yang sedang dilanda kesedihan.“Papa tak bermaksud membuka luka dihatimu sayang, tapi jika cinta itu masih ada, biarkan mengalir begitu saja. Jika kamu paksa untuk melupakannya, akan membuatmu semakin sakit nantinya” “Tumben Papa nanyain itu? dulu kan Papa nggak mau sama sekali membahas hubunganku dengan David?” tanya Siena balik pada ayahnya “Eh, iya Pa, Soleh bilang tadi waktu ke pasar lihat villa yang ditempati Kevin ada orangnya di sana. Nanti kita kesana yuk, siapa tahu Kevin balik kesini lagi!” ajak Siena untuk mengalihkan pembicaraan. Melihat ayahnya yang dengan wajah tertunduk saat mendapati pertanyaannya yang sangat menentang hubungannya dulu.“Berita bagus tuh, ayo kita kesana sekarang! Papa ngerasa punya hutang sama dia!” spontan Aji mengajaknya langsung ke vill
Masih Cinta Tapi MenolakUdara pagi masuk melalui pintu jendela ruang makan, hawa segar merasuk ke dalam tubuh beserta dengan kabar berita yang kini didengarnya. Siena yang sudah menciduk nasi goreng dan menuang pada piringnya terhenti seketika.“Apa kamu bilang tadi?” tanyanya meminta Soleh untuk mengulang ucapannya kembali“Non Siena kemari ingin mencari orang yang menyewa villa yang ada di sebelah sana kan? tadi saya melihat orang yang dulu mengantar Bapak saya ke rumah, ada di situ” terangnya dengan jelas“Papa udah bangun belum?” Siena menanyakan ayahnya, tak sabar ingin segera mendatangi orang yang sangat dicarinya itu bersama sang ayah“Tuan sepertinya masih tidur Non, semalam pulang sangat larut. Coba cicipi nasi gorengnya dulu Non, barangkali ada yang kurang sambil menunggu yang lainnya bangun” Soleh mengalihkan pembicaraan pada makanan, mencoba mencairkan suasana yang terasa agak menegang saat melihat reaksi wanita berkulit putih yang ada di hadapannya ini nampak terkaget.S
Gundah GulanaTomi membuang nafas kasar, emosinya tak bisa tersalurkan. Terpaksa ia menuruti saran dari salah satu anak buahnya yang dianggapnya ada benarnya juga. Kendaraan terus melaju sesuai yang diarahkan oleh sistem pemosisi global yang terpasang di salah satu aplikasi pada ponselnya.Malam yang sudah larut, jalanan terasa lengang. Beberapa menit berlalu akhirnya sampai juga di salah satu rumah sakit daerah. Tempat parkir dengan pintu masuk rumah sakit berjarak sangat dekat jadi tak membutuhkan waktu yang lama untuk menuju kesana. Hendri memarkirkan kendaraannya bersebelahan dengan mobil mobil yang sama-sama memiliki ciri khusus berplat B. Saat keluar dari mobil dan berjalan memasuki pintu gerbang, Bagas tampak sedang berdiri di bagian depan tempat antrian pasien yang tak ada orang satupun.“Hei..” teriak Bagus melambaikan tangan serta memanggil kawanannya yang baru datang hendak menghampirinya“Tian, dimana?” Tomi yang baru saja tiba menanyakan keberadaan Tian“Ada, disana” tun