Share

Bab 5

last update Last Updated: 2023-03-28 18:38:39

Mencoba Bangkit

Kevin yang sedang hancur hatinya melihat dengan mata kepala sendiri perselingkuhan antara istri dan adiknya membuatnya semakin terpuruk. Perusahaan menjadi terbengkalai, Vania pun kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Hubungan mereka tanpa kejelasan, Liliana masih tetap menjalin hubungan dengan Farel dan kini lebih terang-terangan lagi. Bahkan ibu tiri Kevin pun mendukung perselingkuhan mereka. Sang ayah tak bisa berbuat banyak, karena kendali dipegang penuh oleh sang istri.

Sang pemilik sudah tak peduli lagi dengan perusahaan yang hampir hancur itu, namun Doni masih tetap setia untuk mengurus perusahaan. Masih ada beberapa bidang yang masih berjalan dan tetap mempercayakan pada Adiwilaga Group.

"Vin, kamu kok sekarang jadi begini? nggak ke kantor, Vania juga nggak terurus, orangtuanya mikirin dirinya masing-masing"

Bram mendatangi rumah Kevin, didapatinya Kevin sedang duduk di gazebo taman depan menemani anaknya bermain. Laki-laki yang sedari kecil menjadi teman baiknya ini merasa prihatin melihat keadaannya yang berantakan.

"Kamu pergi berlibur ya, semua sudah aku persiapkan kebutuhanmu dan kebutuhan Vania juga, ajaklah dia bersamamu. Aku tahu kamu sangat menyayanginya. Biarlah Liliana dengan pilihannya sekarang, cobalah kamu memulai hidup baru. Siapa tahu kamu disana akan mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik lagi"

"Papa.. main yuk" Vania mendekat pada papanya namun tak ada respon

"Sini, Nak" panggil Bram, saat Vania mendekat, dipangkunya bocah balita itu diciumnya dengan penuh kasih sayang

Kevin melihat Vania yang begitu lekat dipelukan Bram, ia pun merindukan Vania yang selalu ceria saat pulang kerja bocah itu sebagai pengobat saat penat menjalani aktivitas sehari-hari di kantor.

"Baiklah aku akan pergi bersama anakku ke tempat yang kamu pilihkan itu. Sini sayang sama Papa" Kevin cemburu melihat anaknya dipangku oleh Bram, ia tak mau anaknya lebih dekat dengan orang lain daripada dirinya

Beberapa hari kemudian akhirnya Kevin dan Vania dengan mengajak babysitternya, pergi ke salah satu kota yang berada di Jawa Tengah. Perjalanan ditempuh menggunakan kereta.

Lima jam perjalanan telah dilewati dari Jakarta, sampailah mereka di kota tujuan. Di depan sudah ada orang yang menjemput, terlihat dari papan yang bertuliskan nama keluarga Tuan Kevin.

"Jemputan untuk Tuan Kevin?" tanya Kevin pada laki-laki yang terbengong nampak sedang menunggu seseorang

"Iya, saya sudah lama disini, namun yang saya tunggu belum datang juga" keluhnya pada Kevin tak tahu orang yang menyapanya itu adalah tamu yang sedari tadi dinanti

Kevin hanya tersenyum mendengar keluh kesah pemuda yang usianya tak jauh berbeda darinya.

"Ayo kita pergi sekarang" ajaknya segera

"Anda Tuan Kevin?"

Kevin menjawabnya dengan memberi sebuah anggukan saja.

"Perkenalkan Tuan, nama saya Hasan, saudara dari istrinya Bang Bram punya saudara nah saudaranya itu masih saudara dengan sepupu saya

Pemuda itu menundukkan kepalanya ke arah Kevin seraya memperkenalkan siapa dirinya.

"Terus kamu jadi apanya Bram?" tanya Kevin yang merasa bingung mendengar penjelasan Hasan yang belibet

"Nah, saya sendiri juga kurang tahu, bisa dibilang saudara juga mungkin ya, Tuan"

"Sudahlah, lupakan, yang penting aku disini ada kamu yang ngurus semua ya? Ini anakku dan babysitternya" Kevin memperkenalkan anak dan babysitternya. Tak ingin menanggapi lebih jauh tentang siapa itu Hasan, yang dia tahu, disini hanya untuk berlibur dan mencari suasana baru sampai Bram mendapatkan kabar tentang Siena untuk membersihkan nama baiknya.

Hasan membawakan barang bawaan Kevin dan Vania yang ada dalam dua koper besar. Babysitternya membawa barangnya sendiri. Mereka berjalan bersama menuju dimana Hasan memarkirkan mobilnya, dan mulai memasukkan ke dalam bagasi.

Mereka telah masuk ke dalam mobil, Kevin duduk di depan, sebelah Hasan, sedangkan Vania dan babysitternya di jok belakang. Nampak Kevin sangat menikmati keindahan alam pedesaan yang sedang dilewatinya tanpa komplain meski kendaraan yang dinaikinya saat ini tak semewah kendaraan miliknya di Jakarta.

"Benar-benar masih alami ya di sini, udaranya sejuk, banyak tanaman hijau. Berkat Bram, aku bisa melihat keindahan alam yang tak kudapatkan di kota" Kevin terus menyanjung daerah yang akan ditinggalinya untuk sementara waktu

Sampailah di sebuah villa yang letaknya di daerah pegunungan, agak jauh dari pemukiman penduduk. Di daerah ini hanya ada beberapa bangunan saja, namun terlihat mewah jika dibandingkan dengan rumah penduduk yang ada di bawah sana.

"Disini villa nya Tuan, tenang ada pembantu yang tinggal disini. Saya juga akan tetap tinggal selama Tuan berada di vila ini"

Kevin turun dari mobil, melihat putrinya masih tertidur dengan pulas, ia menyuruh babysitternya tetap menemani di mobil. Kevin berjalan mengelilingi villa, dan tak jauh dari vilanya ada villa yang tampak lebih besar dari yang ditempatinya.

"Hasan, kenapa tidak menyewa villa yang disana? Itu kan lebih besar" panggilnya

"Kemarin waktu pesan, oleh pihak pengelola diberi yang ini Tuan. Lagi pula tak kalah bagusnya kok dengan yang disana" jawab Hasan mendekat

Hasan mencoba meyakinkan tuannya agar tetap menempati villa yang sudah dipesannya tanpa minta ganti dengan tempat yang lain

"Apa disini ada sepeda? Aku ingin bersepeda kesana, melihat dari dekat, ada pemandangan apa disana" Kevin sangat penasaran pada villa yang ada di sebelahnya, hatinya tergerak untuk pergi kesana

Hasan mengeluarkan sepeda gunung dari garasi, lalu menyerahkan pada Kevin.

"Titip anak saya ya, kalau tanya saya kemana, bilang saja saya lagi berkeliling sebentar" Kevin memberi pesan pada Hasan jika sang putri menanyakan keberadaannya

"Baik Tuan"

Kevin melenggang dengan sepedanya ke arah villa yang ingin dituju.

Alangkah terkejutnya, saat sampai di depan pintu pagar yang terlihat bagian dalamnya dari arah luar, orang yang selama ini dicarinya, Bram pun belum mendapatkan kabarnya sampai sekarang. Tak perlu mencari jauh-jauh, orangnya berada di sini.

Kevin turun dari sepedanya dan menyandarkan di bahu jalan. Ia mendekat ke arah pintu.

"Siena.." teriak Kevin hingga membuat sang pemilik nama itu menengok ke arah sumber suara

"Siapa orang disini yang mengenalku" ujar Siena dengan memicingkan mata, merasa bahwa dia merupakan orang baru di villa ini, belum lama pula ia menempatinya.

Untuk menghilangkan rasa penasarannya ia yang sedari tadi duduk di area taman memanjakan matanya melihat bunga-bunga yang bermekaran, ia berjalan ke arah pintu pagar yang disana ada orang yang tadi memanggilnya.

"Kevin? Kamu Kevin kan? yang waktu itu nolongin aku? Ayo sini masuk" ucap Siena sembari membukakan pintu pagar dan menarik tangan Kevin untuk masuk ke dalam bersama dirinya, mereka duduk di balkon samping rumah.

"Siena ada yang mau aku omongin, aku butuh bantuanmu"

"Kamu tadi belum jawab pertanyaanku loh" ucap Siena manja

"Mungkin ini keberuntunganku bertemu kamu disini, beberapa waktu lalu aku mencarimu dan sekarang aku bisa langsung bertemu denganmu, aku butuh bantuanmu, Siena"

"Memangnya ada apa kok kamu mencariku? Kalau aku bisa bantu pasti akan kulakukan"

Kevin menceritakan semua permasalahan yang menimpa dirinya. Perusahaannya hancur saat media memberitakan dirinya dengan seorang wanita yang bukan istrinya sehingga membuat reputasi Kevin di kancah bisnis merosot. Banyak pemilik saham yang menarik sahamnya kembali, dan banyak proyek yang gagal karena ketidakpercayaannya lagi pada perusahaannya.

"Ya Tuhan, aku sungguh tidak tahu tentang kabar ini, maafkan aku yang menjadi penyebab kehancuran perusahaanmu"

"Siapa dia Siena?" tanya laki-laki paruh baya dengan nada tinggi mendekatinya

"Ini Kevin Pa, orang yang menyelamatkanku saat ingin bunuh diri kemarin" Siena dengan wajah menunduk berusaha berkata jujur pada Papanya

"Jadi dia orangnya? Papa harus berterima kasih padamu Nak, berkat kamu, aku tak jadi kehilangan anak satu-satunya " Aji-papanya Siena menunduk, bersimpuh dihadapan Kevin mengucapkan terimakasih berkat pertolongannya, ia masih melihat anaknya sampai sekarang.

"Jangan seperti itu Om, bangunlah! ini hanya kemanusiaan saja" ungkapnya

"Pa, Kevin ini sedang mengalami masalah, perusahaannya hancur karena ada orang yang mengambil gambar kita saat Kevin membawaku ke kamarnya, lalu menyebarkannya pada media, ini hanya salah paham" Siena berkeluh pada papanya mengenai masalah yang sedang dihadapi Kevin, berharap papanya bisa membantunya

"Sebegitu besarkah pengaruhnya terhadap perusahaanmu hingga mengalami kehancuran? saya akan coba bantu, apa nama perusahaanmu Nak?"

"Adiwilaga Group, Om"

"Apa? Adiwilaga Group? Apa kamu anaknya Benny dengan Avrina?"

"Iya, benar Om. Itu nama Papa dan Mama saya, Om kenal?" Kevin membenarkan terkaan dari Om Aji

"Aku dan Benny dulu teman seperjuangan saat kuliah, setelah lulus dia meneruskan perusahaan orang tuanya. Saya pindah ke luar negeri untuk melanjutkan sekolah lagi" Aji bercerita panjang lebar kisah persahabatannya dengan Benny-Papanya Kevin

"Tenang saja, nanti akan saya bantu untuk menyelesaikan masalahmu, Benny sahabatku, kau anaknya. Aku bisa membuat namamu bersih kembali di kancah bisnis. Garuda Assosiation masih berada dibawah kancah bisnisku di Eropa. Aku mampu mengendalikannya"

Mendengar pernyataan yang dilontarkan Om Aji, membuat Kevin serasa hidup kembali, jiwanya bergairah, semangatnya kembali membara. Ia memacu dirinya untuk bangkit, membersihkan namanya dan merebut kembali apa yang seharusnya masih menjadi miliknya.

Related chapters

  • Bangkitnya Sang Miliarder Sejati    Bab 6

    Firasat Apa Ini?“Terimakasih Om, telah bersedia membantu saya. Sementara ini saya tinggal di villa sebelah sana, tak jauh dari sini kok” Kevin memberitahu tempat singgahnya pada Om Aji“Baiklah, kalau gitu saya pamit dulu Om, takut Vania mencari saya” Kevin bangkit dari tempat duduknya“Vania istrimu Vin?” tanya Om Aji ingin tahu“Bukan Om, anak saya” jelas Kevin“Istrimu tak ikut bersamamu?” “Itu dia Om, selain perusahaan saya yang mengalami kebangkrutan, istri pun meninggalkanku. Dia pikir aku telah berselingkuh dengan wanita yang ada difoto itu yang tak lain adalah Siena” tutur Kevin kembali duduk dan membeberkan permasalahan yang menimpa dirinya“Om turut prihatin ya dengan apa yang menimpamu saat ini. Gara-gara Siena kamu jadi mengalami kesialan bertubi-tubi” Om Aji merasa simpati dan menyalahkan ulah Siena yang telah merugikan orang yang ternyata adalah anak dari sahabatnya dulu.“Maafin aku Vin, karena kebodohanku menjadikan rumahtanggamu hancur juga perusahaanmu” ucap Siena m

    Last Updated : 2023-05-04
  • Bangkitnya Sang Miliarder Sejati    Bab 7

    Suasana KekeluargaanKevin masih memikirkan apa yang dikatakan oleh anaknya tentang bunga tidurnya. Mimpi seorang anak biasa terhubung dengan siapa yang sedang dirindukannya. Meski Liliana jarang mengurus sendiri buah hatinya itu, sang anak tetap menganggap ibunya adalah malaikat baginya. Sama seperti yang dilakukan oleh sang ayah yang tetap menghormati ibu Tanti meski hanya ibu sambungnya.“Sus, Suster.. Vania dimandikan dulu ini, sudah sore! Vania sudah bangun, kamu masih tertidur” ucap Kevin seraya menyerahkan tubuh mungil yang berada digendongannya pada babysitter yang masih merebahkan tubuhnya diatas kasur tak sadar jika Vania sudah pergi keluar“Ma-maaf Tuan, hawanya dingin disini, jadi saya keenakan tidur” jawabnya sambil meraih tubuh Vania“Putri cantik mandi dulu yuk.. “ ucap Sus Imah merayu Vania Tanpa penolakan bocah kecil itu pun menurut saja apa ajakan babysitter yang telah merawatnya dari lahir hingga sekarangDi dapur ada seseorang yang sedang memasak. Aromanya tercium

    Last Updated : 2023-05-06
  • Bangkitnya Sang Miliarder Sejati    Bab 8

    Kedatangan vs KepergianSelepas menerima panggilan telepon, Kevin keluar lagi dari kamar mengambil minuman jahe susu yang tadi diminumnya. Segera menghabiskannya lalu masuk lagi ke kamar, menutup pintunya, bersiap untuk pergi ke alam mimpi. Di tengah keheningan malam, Kevin yang badannya terasa hangat sembari membungkus tubuhnya dengan selimut bulu yang sudah tersedia, mulai terlelap dalam tidurnya.***Udara pagi yang begitu dingin, suara kicauan burung yang hidup bebas di alam menambah betapa terasanya suasana alam yang masih natural. Sangat berbeda dengan suasana perkotaan yang selalu ramai oleh kendaraan hingga suara burung sangat jarang terdengar lagi di pagi hari.Suara gemericik air, dan aroma kopi tercium hingga menembus ke kamarnya. Kevin terbangun meski waktu sholat subuh telah lewat. Dilihatnya benda penunjuk waktu itu jarum panjang menunjuk angka 2 sedangkan jarum pendek mengarah pada angka 5.“Saking lelapnya tidurku hingga bangun kesiangan” Kevin baru menyadari jika diri

    Last Updated : 2023-05-07
  • Bangkitnya Sang Miliarder Sejati    Bab 9

    Tamu Tak Diundang“Heh, Pak, buka pintunya” gertak Bram pada lelaki tua itu“Ma-maaf saya tidak bisa membukakan pintu gerbang ini, karena saya tidak mengenal kalian” jawabnya dengan wajah yang kini tampak pucat ketakutan dan mulai berpindah menjauh dari pintu yang masih tergembok“Saya ini polisi, kalau sampai anda menghalangi penyidikan kasus yang sedang saya tangani, tak segan-segan saya akan membuat laporan penangkapan untuk anda” ucap Bram sembari mengeluarkan kartu tanda anggota untuk meyakinkan penjaga villaMerasa tak tega dengan rasa keputusasaan yang menimpa sahabatnya, Bram mencari cara agar si penjaga itu mempercayai omongannya, meski dengan pengancaman verbal.“Biar saya yang ngomong pelan Bang sama Bapak ini” Hasan yang sedari tadi hanya memperhatikan dari mobil, ia turun untuk membantu saudaranya itu“Kamu urus deh” ucap Bram yang sudah merasa jengah pada penjaga villa yang masih teguh dengan pendiriannya untuk tidak membukakan pintu untuk siapa punDengan mendekat ke a

    Last Updated : 2023-05-08
  • Bangkitnya Sang Miliarder Sejati    Bab 10

    The Real 'Musuh Dalam Selimut'“Ma, aku harus segera menikahi Lili” ucap Farel pada ibunya Setelah pulang dari kantor, Farel berkunjung ke rumah orang tuanya. Farel yang sudah dewasa itu sangat dimanja oleh Tanti -sang ibu-, tak jarang jika ingin membicarakan sesuatu bahkan hal yang rahasia pasti mendatangi kediaman orang tuanya dan tak sungkan masuk kedalam ruang pribadinya. Malam itu Farel mengungkapkan apa yang sedang mengganggu pikirannya, mencoba bertukar pikiran dengan ibunya sekaligus mengungkapkan keinginannya.“Nggak secepat itu Farel sayang.. Liliana masih menjadi istri sah Kevin, kamu harus nunggu sampai mereka bercerai dulu baru bisa menikah” jawab ibunya yang sedang memakai anting berliannya hendak menghadiri suatu undangan pernikahan rekan bisnis suaminya yang sudah kenal sejak lama.“Kalau nunggu proses cerai bisa lama, Ma” Farel terus saja merajuk agar ibunya “Kamu apa-apaan sih? menikah itu membutuhkan persiapan khusus, apalagi perusahaan kita sekarang bukanlah peru

    Last Updated : 2023-05-10
  • Bangkitnya Sang Miliarder Sejati    Bab 11

    Mencari Siena"Bram, kamu ini polisi! Kenapa malah membiarkan ada tindak kejahatan didepan matamu sendiri? Ayo kita samperin mereka" Kevin menyadari kalau yang datang ke villa bukanlah Siena, melainkan tamu tak diundang yang secara tidak sopan menyapa pemilik rumah dengan kekerasan "Jangan bertindak bodoh Vin, kita tidak tahu siapa mereka! Dengan maksud apa mendatangi tempat ini" tahan Bram yang melihat Kevin beranjak hendak keluar dari persembunyiannya dalam melakukan pengintaian.Kevin yang hanya orang sipil mempercayai tindakan Bram, ia kembali berjongkok setara dengan Bram. Mungkin ini adalah salah satu bagian dari siasatnya dalam menindak suatu kasus. Tak lama kemudian, dengan brutal laki-laki bertubuh besar dan tinggi itu berhasil membuka pintu pagar besi yang tergembok. Ketiga orang itu masuk ke dalam, Kevin dan Bram tak mampu melihat lagi apa yang dilakukannya di dalam villa dengan satu penjaga yang sudah udzur."Di sana ada Pak Tono, kalau dia sampai melukai bahkan jika gela

    Last Updated : 2023-05-11
  • Bangkitnya Sang Miliarder Sejati    Bab 12

    Dilema“Bisakah Bapak menghubungi Om Aji atau Siena tentang kejadian ini? agar mereka bisa segera kembali, saya juga ada perlu penting dengan mereka” Kevin yang tak tega melihat keadaan penjaga villa yang mengalami luka dalam, memberikan ide untuk menghubungi majikannya tentang keadaan dirinya dan villa yang sebagian perabotannya telah dirusak sekelompok orang yang tak dikenal.“Saya tidak tahu nomor telepon Tuan Aji, biasa jika hendak kemari, beliau yang menelepon memberitahukan akan menginap” jawab Pak Tono yang memang tak berani menghubungi majikannya terlebih dahulu“Apa Bapak menjaga di villa ini sendirian?” tanya Bram seraya melempar pandangan ke sekitar ruangan“Jika Tuan atau Non Siena disini, ada asisten wanita dua orang yang membantu di sini. Berhubung Tuan dan Non sudah pergi maka dua para asisten ikut bersamanya” jelasnyaDari ucapan Pak Tono, Bram bisa menarik kesimpulan bahwa ia menjaga sendirian di villa, tanpa ada orang lain yang menemani. Bahkan saat ketiga orang itu m

    Last Updated : 2023-05-12
  • Bangkitnya Sang Miliarder Sejati    Bab 13

    Kepulangan Yang Tak Sia-sia “Bram, sepertinya aku juga harus pulang hari ini” ucap Kevin yang berhasil membuat hati Bram bertanya-tanya, ada apa gerangan. Setelah mendapat telepon, raut wajah Kevin yang awalnya biasa saja, tiba-tiba berubah dengan cepat tanpa ada angin atau hujan badai.“Kenapa, ada apa Vin? apa ada yang serius?” Bram mencoba memberanikan diri untuk bertanya lebih lanjut “Papa anfal semalam, Mama menghubungiku tidak bisa. Tahu sendiri, di pegunungan susah mendapat sinyal” ucapnya sembari mengetik pesan di ponselnya selagi masih bisa berkirim pesan.Beberapa tahun terakhir Benny Adiwilaga menderita penyakit jantung, dan menjalani pengobatan secara rutin di salah satu Rumah Sakit Internasional di Jakarta. Sering juga melakukan chek up ke Singapura jika bertepatan dengan waktu liburan bersama keluarga. Bram yang telah lama ikut dengan Benny, mengetahui segala permasalahan yang menimpa keluarga miliarder tersebut, dengan sekuat tenaga membantu jika dibutuhkan.“Baiklah,

    Last Updated : 2023-05-13

Latest chapter

  • Bangkitnya Sang Miliarder Sejati    Bab 46

    Kembali Ke KotaDavid mengajak anak buahnya yang masih dalam keadaan berjaga untuk masuk ke dalam mobil setelah urusannya di tempat itu telah selesai. Merasa sedikit tenang karena bisa bertemu dengan wanitanya meski kini beban berat menumpu di bahunya. Berat jika hanya dipikirkan saja, namun sepenuh hati akan diupayakan demi bersanding dan menepati janji yang telah diucapkannya.Di dalam mobil yang dikemudikan oleh Firman, David tampak sibuk dengan ponsel yang ada di tangannya. Dua mobil melaju kencang setelah keluar dari pintu masuk area villa yang terletak di atas perbukitan.“Lanjut kemana lagi ini Bos?” tanya Firman tanpa canggung“Kita langsung kembali ke Jakarta! nanti jika kamu mengantuk, bergantianlah dengan yang lain, masih banyak urusan yang harus aku selesaikan! sejak Gilang mengalami kecelakaan, semua pekerjaan terpaksa harus ku urus sendiri” jawab David yang masih sibuk berkutat dengan benda pipih sejuta info miliknya tanpa melihat orang yang sedang diajaknya bicara.“Hal

  • Bangkitnya Sang Miliarder Sejati    Bab 45

    Syarat Dari SienaTampaknya Siena kini makin pintar, tak mau kecolongan untuk yang kedua kalinya. Memberikan sebuah syarat pada lawan bicaranya saat ini untuk menguji seberapa besar keseriusan ucapannya. Munafik sekali rasanya, menjalin hubungan hingga membuahkan makhluk baru dan harus mengaku tak ada lagi cinta. Bagi sebagian wanita tak semudah itu melupakannya. Dalam lubuk hati Siena yang paling dalam masih tersimpan sebuah nama yang selalu dibawa kemanapun ia pergi, meski lidah mampu berkata tidak.“Apapun syarat darimu aku terima! aku tahu, kamu ingin menguji seberapa dalam cintaku kini kan?” David, laki-laki yang sering plin plan dalam mengambil keputusan menerima apapun syarat meski Sena belum mengucapkan syarat apa, dan bisa atau tidak dia lakukan.“Kamu yakin?” Siena pun masih menguji dengan mempertanyakan kembali.“Ya! katakanlah, apa yang harus aku lakukan, akan kulakukan saat ini juga” ucap David yang tak membutuhkan penasihat pribadi untuk merebut hati Siena kembali.Kedu

  • Bangkitnya Sang Miliarder Sejati    Bab 44

    Rayuan Maut"Iya, sepertinya begitu, betul apa katamu Dev, biarkan mereka menyelesaikan urusannya sendiri. Ayo kita tinggalkan saja" ujar Aji mengajak Deva untuk masuk ke ruang keluargaDisamping rumah, dua orang yang sempat terpisah dan kini dipertemukan kembali oleh Tuhan masih sibuk beradu pendapat. Saling menyalahkan, itu sudah pasti. Bagaimana tidak, yang satu mengatakan apa yang dialaminya, satunya lagi menolak tindakannya tak seperti yang diungkapkan. Tak ada ucapan yang sama. Namun setelah selang waktu beberapa menit, sembari berpikir, memiliki persamaan. Yaitu sama2 mendapatkan berita dari Siska yang tak lain adalah istri David sekaligus sahabat seprofesi Siena.Namun tak bisa hanya berprasangka saja, semua ucapan harus disertai dengan pembuktian agar terbukti kebenarannya bukan hanya tuduhan semata.Sungguh pelik memang permasalahan dalam putaran cinta segitiga. Dimana satu pria diperebutkan oleh dua wanita yang sama-sama mengisi hatinya. Meski porsinya berbeda. "Tunggu, ta

  • Bangkitnya Sang Miliarder Sejati    Bab 43

    Perdebatan SengitDavid masih tampak bingung, rasa tak percaya pada ucapan ayahnya Siena yang mengatakan anaknya hendak bunuh diri karenanya. Tangannya mengepal, pikirannya terbang mengingat perkataan Siska yang justru berbanding terbalik dengan kenyataan yang didengarnya saat ini.“Maaf, Om! aku sama sekali tidak tahu apa yang terjadi dengan Siena waktu itu. Aku terpaksa harus ke luar kota untuk menyelesaikan masalah pabrik yang terbakar dua hari sebelum acara pertunangan kami berlangsung” terang David menjelaskan alasan mengapa ia pergi tanpa memberi tahu calon tunangannya.“Itu yang kamu namakan cinta? pergi tanpa memberi kabar pada orang yang lebih memilihmu daripada keluarganya sendiri tapi kau campakkan begitu saja pengorbanannya” “Aku tidak pernah ada niat untuk meninggalkanya, justru Siena yang tak bisa lagi dihubungi. Siska bilang Siena akan menggugurkan kandungannya, ia sudah tak mencintaiku lagi, tapi aku tak percaya penuh padanya. Maka dari itu aku kesini ingin bertemu de

  • Bangkitnya Sang Miliarder Sejati    Bab 42

    Menepati Janji“Stop! hentikan!” teriak Deva yang sangat keras hingga membuat orang-orang yang sedang saling adu jotos mengalihkan perhatiannya pada orang yang kini saling berhadapan.Bukan tanpa sebab Deva melakukan itu, ia tak ingin ada keributan di tempat yang seharusnya tercipta rasa tenang, aman, dan damai. Terlebih lagi kedatangan orang yang mungkin sangat dinantikan oleh seseorang sejak lama.“Ternyata nyalimu besar juga ya?” sebuah sapaan yang kini menggetarkan hatinya“Sudah lama aku mencari Siena, namun nihil. Kalian berhasil menutup akses agar aku tak bisa menemuinya, iya kan?” “Simpan saja omong kosongmu itu, siapkan dirimu untuk bertemu dengan ayah dari wanita yang telah kau sakiti. Ayo tunggu apa lagi” Deva, orang yang dekat dengan Siena dan berulang kali menyuruh untuk segera memutuskan hubungan dengan pria beristri ini, menampakkan wajah juteknya seraya memberi kode agar mengikuti langkah kakinya berjalan menuju villa.“Duduk dulu disini, akan ku panggilkan Om Aji” ti

  • Bangkitnya Sang Miliarder Sejati    Bab 41

    Yang DitungguSiena dan Aji yang beranjak hendak kembali ke villa, langkah kakinya terhenti saat mendengar orang memanggilnya. Lalu tubuhnya berbalik 180 derajat menghadap pemuda yang masih berdiri di samping kendaraannya.“Apa tadi kamu memanggil kami?” tanya Aji, takut jika hanya salah dengar“Iya, Tuan” jawab Hasan disertai dengan anggukan. Keduanya mendekat ke arah Hasan kembali.“Tuan dan Nona silahkan duduk dulu di dalam, saya akan mencoba menghubungi saudara saya untuk meminta izin terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk memberikan nomor Tuan Kevin” ucap Hasan yang merasa iba pada dua orang yang berasal dari kalangan atas, mencari Tuan Kevin. Ia tahu bahwa majikan yang baru dikenalnya itu pun sangat berharap bisa bertemu dengan orang ini. Entah ada permasalahan penting apa yang menjadikan orang-orang ini saling mencari satu sama lain.Hasan tak ingin mencari tahu lebih lanjut. Ia lebih memilih untuk meninggalkan mereka di dalam. Tangannya yang masih setengah basah merogoh saku

  • Bangkitnya Sang Miliarder Sejati    Bab 40

    KecewaSiena tertunduk, matanya terlihat sendu. Ada suatu benda yang mengganjal di pelupuk mata indahnya. Tak lama kemudian, menetes jatuh ke tangannya. Aji memeluk tubuhnya dengan erat, berusaha menenangkan hati yang sedang dilanda kesedihan.“Papa tak bermaksud membuka luka dihatimu sayang, tapi jika cinta itu masih ada, biarkan mengalir begitu saja. Jika kamu paksa untuk melupakannya, akan membuatmu semakin sakit nantinya” “Tumben Papa nanyain itu? dulu kan Papa nggak mau sama sekali membahas hubunganku dengan David?” tanya Siena balik pada ayahnya “Eh, iya Pa, Soleh bilang tadi waktu ke pasar lihat villa yang ditempati Kevin ada orangnya di sana. Nanti kita kesana yuk, siapa tahu Kevin balik kesini lagi!” ajak Siena untuk mengalihkan pembicaraan. Melihat ayahnya yang dengan wajah tertunduk saat mendapati pertanyaannya yang sangat menentang hubungannya dulu.“Berita bagus tuh, ayo kita kesana sekarang! Papa ngerasa punya hutang sama dia!” spontan Aji mengajaknya langsung ke vill

  • Bangkitnya Sang Miliarder Sejati    Bab 39

    Masih Cinta Tapi MenolakUdara pagi masuk melalui pintu jendela ruang makan, hawa segar merasuk ke dalam tubuh beserta dengan kabar berita yang kini didengarnya. Siena yang sudah menciduk nasi goreng dan menuang pada piringnya terhenti seketika.“Apa kamu bilang tadi?” tanyanya meminta Soleh untuk mengulang ucapannya kembali“Non Siena kemari ingin mencari orang yang menyewa villa yang ada di sebelah sana kan? tadi saya melihat orang yang dulu mengantar Bapak saya ke rumah, ada di situ” terangnya dengan jelas“Papa udah bangun belum?” Siena menanyakan ayahnya, tak sabar ingin segera mendatangi orang yang sangat dicarinya itu bersama sang ayah“Tuan sepertinya masih tidur Non, semalam pulang sangat larut. Coba cicipi nasi gorengnya dulu Non, barangkali ada yang kurang sambil menunggu yang lainnya bangun” Soleh mengalihkan pembicaraan pada makanan, mencoba mencairkan suasana yang terasa agak menegang saat melihat reaksi wanita berkulit putih yang ada di hadapannya ini nampak terkaget.S

  • Bangkitnya Sang Miliarder Sejati    Bab 38

    Gundah GulanaTomi membuang nafas kasar, emosinya tak bisa tersalurkan. Terpaksa ia menuruti saran dari salah satu anak buahnya yang dianggapnya ada benarnya juga. Kendaraan terus melaju sesuai yang diarahkan oleh sistem pemosisi global yang terpasang di salah satu aplikasi pada ponselnya.Malam yang sudah larut, jalanan terasa lengang. Beberapa menit berlalu akhirnya sampai juga di salah satu rumah sakit daerah. Tempat parkir dengan pintu masuk rumah sakit berjarak sangat dekat jadi tak membutuhkan waktu yang lama untuk menuju kesana. Hendri memarkirkan kendaraannya bersebelahan dengan mobil mobil yang sama-sama memiliki ciri khusus berplat B. Saat keluar dari mobil dan berjalan memasuki pintu gerbang, Bagas tampak sedang berdiri di bagian depan tempat antrian pasien yang tak ada orang satupun.“Hei..” teriak Bagus melambaikan tangan serta memanggil kawanannya yang baru datang hendak menghampirinya“Tian, dimana?” Tomi yang baru saja tiba menanyakan keberadaan Tian“Ada, disana” tun

DMCA.com Protection Status