"Membosankan sekali!"Kemarin saat Afkar menanggapi upaya mediasi Arisa dengan sikap sombong, Arisa sempat merasa sedikit penasaran terhadapnya. Dalam hatinya, dia mengira Afkar mungkin memiliki sesuatu yang luar biasa.Namun, sekarang dia sadar. Afkar memang luar biasa ... luar biasa konyol, sombong, dan kekanak-kanakan.Di antara semua orang yang hadir, hanya Rose dan Lena yang diam-diam merasa cemas terhadap Afkar."Afkar, jangan bertindak gegabah! Pilih tingkat kesulitan sesuai dengan kekuatanmu, jangan terbawa emosi!" Rose cemas sampai berlari mendekat dan berteriak ke arah Afkar.Lena juga mengerutkan keningnya, khawatir Afkar akan bertindak gegabah karena emosi sesaat.Namun, Afkar menunjukkan ekspresi tidak sabar dan melambaikan tangannya ke arah Rose, seolah-olah merasa terganggu. "Tenang saja, aku tahu apa yang kulakukan!""Benar, benar! Dia tahu apa yang dia lakukan!""Willy, giliranmu masih belum tiba. Kembalilah ke tempatmu, jangan melanggar aturan," ujar Mohit segera kepa
Dalam ujian pertahanan kali ini, setiap peserta memiliki beberapa kesempatan. Jika merasa masih sanggup menantang tingkat kesulitan yang lebih tinggi, mereka bisa memilih untuk mencoba lagi.Begitu pertanyaan itu dilontarkan, mata Dustin berkilat. Dia lantas berseru dengan lantang ke arah panggung. "Aku! Aku mau meningkatkan kekuatan serangan ke puncak tahap akhir tingkat pembangunan fondasi!"Usai berkata demikian, dia menoleh ke arah Afkar yang baru saja bangkit. "Afkar, ayo! Kita lanjutkan! Bukannya kamu bilang pertahanan adalah keahlianmu? Jangan bilang kamu sudah mau mundur hanya karena luka kecil seperti ini!"Mohit menyeringai. "Ya! Kalau kamu ingin mempertahankan nama baik keluargamu, ini saatnya untuk membuktikannya!"Tujuan mereka adalah menghancurkan Afkar, setidaknya membuatnya terluka parah agar tidak bisa mengikuti ujian berikutnya.Dengan begitu, meskipun Rose masih kuat, Keluarga Samoa tetap akan kehilangan haknya dalam Aliansi Seni Bela Diri Kuno.Afkar masih bisa berd
Selain itu, sikap Afkar yang sembrono dan sombong saat ini membuat semua orang semakin memandangnya dengan hina."Bersiap!""Serang!"Dengan satu perintah dari Zinia, patung-patung perunggu kembali melancarkan serangan.Kali ini, wajah Dustin berubah serius. Energi meledak keluar dari tubuhnya. Dia menggertakkan gigi, bersiap menghadapi serangan.Menghadapi serangan puncak tahap akhir tingkat pembangunan fondasi dengan kekuatan tahap akhir tingkat pembangunan fondasi sebenarnya sangat berisiko. Bahkan, dia sudah siap menerima luka serius.Namun, selama dia bisa menghancurkan atau bahkan membunuh Afkar, maka semua itu sepadan.Lagi pula, meskipun dia tidak bisa melanjutkan ujian, masih ada Mohit dan para anggota Keluarga Pakusa yang bisa bertarung. Mereka tidak perlu khawatir kehilangan hak keluarga mereka.Namun, di Keluarga Samoa, hanya ada dua orang, yaitu Afkar dan Willy. Jika Afkar dihancurkan saat ini juga, Keluarga Samoa akan benar-benar tamat.Begitu mereka tersingkir dari Alian
"Gila! Bocah ini benar-benar sudah gila!""Iya! Apa dia sudah kehilangan akal sehat karena diprovokasi?""Mau menerima serangan tingkat pembentukan inti tahap awal? Ini sama saja dengan cari mati!""Sialan, dia sudah muntah darah dan hampir mati saat menghadapi serangan puncak tahap akhir tingkat pembangunan fondasi, tapi masih mau lanjut?"Orang-orang mulai berdiskusi dengan heboh. Tatapan mereka terhadap Afkar berubah dari melihat orang bodoh menjadi melihat orang gila.Sementara itu, Dustin yang menghadapi provokasi gila dari Afkar hanya bisa termangu. "Kamu ... benar-benar gila ya?"Afkar menyeringai. "Kenapa? Kamu takut? Barusan kamu bilang sendiri, apa pun tingkat serangan yang aku pilih, kamu juga harus ikut! Hahaha, sekarang di hadapan semua orang, kamu mau jadi pengecut?""Ayo!" Afkar meludah darah di tanah, lalu berjalan menuju patung perunggunya dengan langkah goyah. Kemudian, dia berbalik dan menantang Dustin lagi dengan suara lantang. "Ayo!"Ekspresi Dustin semakin tak men
"Naikkan juga tingkat seranganku ke tingkat pembentukan inti tahap awal!"Dustin menatap Afkar dengan kebencian yang membara. "Ayo!""Ayo!" sahut Afkar"Maju! Ayo!""Yang takut berarti pengecut! Ayo!""Benar! Yang takut berarti keluarganya akan mati! Ayo!"Afkar dan Dustin kini seperti dua orang gila yang terus berteriak. Mata mereka memerah, penuh emosi yang meledak-ledak.Di tengah kerumunan, Rose dan Lena hanya bisa bertatapan dan merasa cemas. Wajah mereka penuh dengan keputusasaan. Mereka tahu sudah tidak mungkin untuk menarik Afkar kembali.Pria itu sudah gila! Hanya karena diprovokasi sedikit, dia rela mempertaruhkan nyawanya ....Di wajah Rose yang cantik, kini muncul ekspresi ejekan dan kekecewaan yang mendalam. Dalam hatinya, dia bertanya-tanya kenapa ayah dan kakeknya bisa sebodoh ini? Kenapa mereka memilih orang seperti ini untuk mewakili Keluarga Samoa?Mungkin, memang sudah tidak ada pilihan lain ....Selesai sudah! Kali ini Afkar pasti tamat, begitu pula Keluarga Samoa.
Sebelumnya saat menerima serangan puncak tahap akhir tingkat pembangunan fondasi, bahkan serangan tingkat pembangunan fondasi tahap akhir, Afkar selalu terpental jauh.Namun, kali ini ketika serangan tingkat pembentukan inti tahap awal menghantamnya, dia hanya mundur beberapa langkah.Begitu tubuhnya stabil, Afkar berdiri tegap, jauh berbeda dari sebelumnya yang terluka parah dan hampir tumbang. Di mana tanda-tanda luka seriusnya?Semua orang di tempat itu pun melongo, mengeluarkan suara terkejut dan menahan napas.Sementara itu, Saiful, Mohit, dan anggota Keluarga Pakusa menatap dengan ekspresi ngeri. Wajah Logan juga berkedut beberapa kali saat menatap Afkar, seolah-olah melihat hantu.Arisa pun mengernyit dan cukup terkejut. Bahkan, Zinia dan para juri lainnya ikut menunjukkan ekspresi kaget.Sepanjang ujian ini, Afkar terus menyembunyikan kekuatannya di tingkat pembangunan fondasi tahap menengah.Saat menggunakan energi sejatinya, dia hanya memperlihatkan kekuatan yang sesuai denga
Semua anggota Keluarga Pakusa hampir melompat karena marah.Seluruh arena gempar! Semua orang yang mendengar ucapan Afkar barusan nyaris ikut muntah darah ....Terlalu banyak darah, jadi membuang darah untuk hiburan? Sialan, bocah ini benar-benar licik.Semua orang awalnya mengira dia hanyalah seorang pemuda bodoh yang terpancing provokasi kedua bersaudara itu.Namun, ternyata bukan itu yang terjadi! Dia sengaja bertindak gegabah! Dia sengaja pura-pura muntah darah dan terluka! Bahkan, ekspresi nekat dan marahnya juga sandiwara belaka!Dari awal sampai akhir, bocah ini sangat sadar dan penuh perhitungan!"Anak ini ... menarik juga." Zinia menyipitkan matanya, mengamati Afkar dengan lebih teliti, lalu tersenyum samar.Sebagai ahli tingkat pembentukan inti tahap menengah, dia bahkan tidak bisa sepenuhnya menilai kedalaman kekuatan Afkar.Di sisi lain, juri dari Keluarga Pakusa itu menatap Afkar dengan wajah pucat. Di dalam tatapannya, tersirat niat membunuh yang samar.Di tribune, Arisa
Ujian pertahanan akhirnya berakhir menjelang siang!Dalam ujian ini, Afkar benar-benar mengejutkan semua orang. Dia berhasil merebut peringkat pertama.Namun, posisi pertama ini ditempati oleh tiga orang secara bersamaan. Selain Afkar, ada juga Lukas dari Sekte Pedang Emas dan Felix dari Keluarga Saloka.Keduanya berhasil menahan serangan dari ahli tingkat pembentukan inti tahap awal, sama seperti Afkar.Namun, Lukas dan Felix memang sudah berada di tingkat pembentukan inti tahap awal. Mereka tidak mencoba melampaui batas dan tetap memilih tingkat kesulitan sesuai dengan kekuatan mereka. Bisa dilihat betapa waspadanya mereka.Bagaimanapun, semakin tinggi tingkat kultivasi, semakin besar perbedaan kekuatan antara setiap tahap kecil. Seorang ahli tingkat pembentukan inti tahap menengah bahkan bisa mengalahkan 10 ahli tingkat pembentukan inti tahap awal.Jadi, Lukas dan Felix tidak mengambil risiko yang tidak perlu. Jika mereka terluka hanya demi ujian ini, hasilnya tidak akan sepadan.Ka
"Rasanya pasti sangat memuaskan membunuh seorang genius, 'kan? Bocah, kenapa kamu nggak menyembunyikan kekuatanmu sampai akhir? Sepertinya, mentalmu masih belum cukup matang!""Ingat baik-baik untuk kehidupan selanjutnya, sebelum kamu benar-benar tumbuh kuat, belajarlah untuk menunduk dan menyembunyikan taringmu!"Giiik! Giiik .... Di saat itu, beberapa mobil tiba-tiba berhenti tidak jauh dari sana. Suara rem mereka memecah keheningan.Jelas, mereka juga menyadari ada sesuatu yang terjadi di jalan ini dan memutuskan untuk menepi dan mengamati.Dari salah satu mobil, terlihat sosok Raditya, Santo Sekte Bulan Hitam, bersama dengan Kelam dan Orion."Santo, bukankah itu Afkar?" Kelam menyipitkan mata sambil bertanya dengan ekspresi terkejut.Raditya mengangguk pelan. "Yang berjubah biru itu sepertinya adalah perwakilan dari Keluarga Pakusa dari dunia misterius. Dilihat dari situasinya, sepertinya dia sedang mengincar Afkar.""Terus, kita harus gimana?" tanya Kelam.Orion yang duduk di kurs
Afkar melajukan mobil off-road dengan kecepatan paling tinggi, melintasi jalanan di antara kaki pegunungan.Felicia sudah mengatakan, kalau Afkar tidak sempat kembali, paling-paling Fadly akan menyerahkan kekuasaannya. Namun, Afkar tetap memilih untuk mengambil risiko dengan meninggalkan Desa Langga.Dia tahu ini keputusan berisiko. Namun, yang lebih menakutkan adalah kemungkinan kecil yang bisa berakibat fatal.Afkar tidak bisa memastikan, jika benar Fadly mengadakan pertemuan dunia mafia dan secara resmi bergabung dengan Organisasi NC, apakah pihak lawan akan menepati janji atau justru berbalik menghancurkan setelah mendapatkan apa yang mereka mau.Jadi, jika memang harus ada yang mengambil risiko, Afkar lebih rela itu dirinya sendiri, bukan orang-orang yang dia sayangi.Mungkin memang begitu watak Afkar sejak dulu, seseorang yang lebih dikendalikan oleh perasaan daripada logika. Sejak dia rela menjual ginjal demi menyelamatkan putrinya, bahkan menabrakkan diri demi uang kompensasi,
Setelah mendengar ucapan itu, Afkar tidak bisa membantah dan hanya bisa mengangguk pelan sambil berkata, "Baiklah."Saat itu juga, tiba-tiba dia teringat sesuatu dan matanya langsung berbinar. "Kalau begitu, kita nggak perlu terburu-buru. Aku mau telepon orang dulu."Menghadapi kemungkinan penyergapan yang akan datang, Afkar tiba-tiba teringat akan seorang penolong, Murad.Putra Keluarga Hasyim yang seluruh tubuhnya seperti dilapisi kulit pohon itu punya latar belakang yang luar biasa kuat. Bahkan, pengikut yang selalu ada di sekelilingnya pun punya kekuatan yang tidak bisa diprediksi.Apalagi, Murad masih mengandalkan Afkar untuk menyembuhkannya. Pria itu tidak mungkin ingin melihat Afkar mati.Sekarang ada yang ingin menyergapnya, bukankah kekuatan Murad akan sangat berguna? Namun, kemungkinan butuh beberapa hari agar bala bantuan bisa tiba.Bagaimanapun, nyawa adalah hal yang utama. Afkar dan Rose bisa tinggal di Desa Langga beberapa hari, paling-paling keluar uang sedikit.Lagi pul
Semalam pun berlalu dengan tenang.Setelah beristirahat semalaman, Afkar bersama dua rekannya meninggalkan wilayah Sekte Langga. Rose telah mendapatkan kualifikasi untuk menjadi murid Sekte Langga, tetapi dia belum langsung menetap di sana, karena masih harus pulang untuk mengurus beberapa hal.Saat itu, Afkar belum tahu bahwa Felicia dan yang lainnya sudah hampir gila karena tidak bisa menghubunginya sama sekali.Tentu saja, yang pergi bukan hanya mereka bertiga. Setelah uji coba peringkat individu selesai, keluarga-keluarga dan sekte-sekte juga turut kembali ke Desa Langga di luar.Ketika Afkar dan dua rekannya kembali ke penginapan di ujung desa itu, mereka langsung melihat rombongan Keluarga Darmadi di sana.Setelah Logan tewas, kini yang memimpin adalah seorang pria paruh baya dengan kekuatan tingkat pembentukan inti tahap awal. Namanya Rudy, paman Logan."Afkar, berani sekali kamu membunuh Logan! Menurutmu musuh Keluarga Samoa masih kurang banyak ya?" Begitu melihat Afkar, Rudy l
Rose merasa dirinya yang mengambil alih kendali. Entah kenapa, di dalam hatinya, dia merasa Afkar ini ... agak menggemaskan.Saat sedang sombong, Afkar seolah-olah akan terbang ke langit. Namun, baru dicium sekali, dia langsung malu?Rose menutup mulutnya sambil tersenyum geli, lalu berdiri dan berkata, "Afkar, kamu memang nggak bisa menerimaku jadi wanitamu, tapi kita sudah pernah melewati hidup dan mati bersama. Nggak masalah kalau aku jadi sahabatmu, 'kan?""Pokoknya, aku sangat berterima kasih atas semua kebaikanmu terhadapku dan Keluarga Samoa. Aku sampai nggak tahu harus membalasnya dengan apa. Kelak kalau kamu butuh bantuan, aku pasti akan siap bertaruh nyawa untukmu."Setelah mengucapkan itu, dia sekali lagi menatap Afkar dengan dalam, lalu akhirnya membuka pintu dan pergi."Fiuh ...." Afkar akhirnya mengembuskan napas panjang. Dia merasa lebih lega.Dia menyentuh pipinya. Rasanya masih ada sisa kehangatan dan aroma lembut dari Rose. Sebuah senyuman getir pun muncul di wajahnya
Afkar hampir tersedak saat mendengar perkataan Rose!Astaga! Mau jadi istri mudanya? Berani sekali wanita ini mengatakan hal seperti itu!Sebelumnya Rose bersikap angkuh di hadapannya, tetapi sekarang malah mau jadi istri mudanya? Dari ekspresinya, sepertinya dia tidak bercanda?"Nona Rose, sekarang ini zaman apa? Kita hidup di masyarakat yang menganut sistem monogami, bukan zaman poligami! Jangan bercanda deh!" Afkar berkata sambil mengelap keringat di dahinya.Mendengar itu, mata indah Rose tampak sedikit meredup. Dia menggigit bibirnya dan bertanya, "Apa kamu masih dendam karena sikapku yang dulu? Aku tahu .... Waktu itu aku salah menilai. Aku nggak seharusnya meremehkanmu ...."Afkar melambaikan tangan, menyela, "Bukan, bukan karena itu! Cuma, cara pandang kita saja yang beda. Aku nggak bisa terima poligami dan aku sangat menghargai istriku, jadi ...."Afkar tersenyum getir dalam hati. Akhirnya, dia paham juga apa maksud dari pepatah "paling susah menolak cinta seorang wanita canti
Detik berikutnya, Pisau Naga Es di depan Afkar tiba-tiba bergetar hebat, mengeluarkan dengingan tajam dan jernih. Suara itu seperti raungan harimau dan naga yang mengamuk.Pada saat yang sama, bilah memancarkan cahaya perak yang terang, menyala selama beberapa detik sebelum akhirnya meredup kembali.Mata Afkar berbinar terang. Dia bisa merasakan seolah-olah dirinya dan pedang itu telah terhubung dalam satu kesatuan yang harmonis.Afkar menggenggam gagangnya, kembali mengelus permukaan bilah. Namun, kali ini dia tidak lagi merasakan aura tajam ataupun hawa dingin yang menusuk. Yang dia rasakan hanyalah keluwesan serta keintiman.Seakan-akan Pisau Naga Es bukan sekadar senjata, melainkan sepasang mata yang menyatu dengan tubuhnya. Ketajamannya hanya akan diarahkan pada musuh dan tidak akan pernah menyakiti tuannya."Luar biasa! Pedang ini benar-benar bisa dirasuki oleh roh pedang milikku! Jadi, ini yang disebut ... senjata yang memiliki roh?"Afkar memegang pedang itu erat-erat, merasaka
Setelah Afkar dan lainnya meninggalkan tempat Zinia, mereka kembali ke halaman yang sementara ditinggali mereka selama berada di tempat ini.Karena berada di wilayah sekte, para pendatang seperti mereka tidak diperbolehkan berkeliaran sembarangan. Setelah makan, Afkar hanya berdiam diri di dalam kamar.Dia duduk bersila di atas ranjang, merasakan perubahan yang terjadi setelah menembus ke tingkat pembentukan inti secara saksama.Berbeda dengan para kultivator tingkat pembentukan inti biasa, kini seluruh pusat energinya telah berubah menjadi bola padat yang terbentuk dari energi sejati murni yang sangat terkondensasi. Daya tahan bola itu bahkan sekeras logam mulia.Energi sejati dalam bentuk seperti ini biasanya hanya bisa dicapai oleh kultivator tingkat pembentukan inti tahap puncak.'Dengan kekuatanku yang sekarang, bagaimana kalau aku melawan seorang kultivator tingkat inti emas?' batin Afkar.Tadi saat bersama Zinia, Afkar secara halus mencoba menggali informasi tentang kekuatan Saf
Afkar melanjutkan, "Benar, Keluarga Samoa memang takut menyinggung Sekte Langga dan hal itu sama sekali nggak perlu ditutupi. Tapi, aku bisa dengan tegas memberitahumu satu hal. Aku pribadi nggak takut menyinggungmu.""Kalau mengesampingkan latar belakang dan status, kamu sendiri nggak ada apa-apanya di mataku. Jangan bertingkah seperti gadis kecil di sini. Berhentilah marah-marah nggak jelas," sindir Afkar.Mendengar ucapan itu, tubuh Arisa bergetar hebat saking marahnya. Wajah cantiknya juga memerah. Emosinya yang meluap hampir saja membuat luka di dalam tubuhnya kambuh. Bahkan, dia juga nyaris memuntahkan darah.Arisa menggertakkan gigi. Suaranya penuh amarah dan kebencian ketika memaki, "Dasar bajingan! Aku nggak peduli. Pokoknya aku akan bertarung mati-matian denganmu!""Arisa, cukup! Jangan nggak bisa lihat situasi! Cepat ambil Pisau Naga Es dan tukarkan dengan Pedang Es Jiwa! Cepat pergi!" Nada suara Zinia tiba-tiba terdengar lebih tegas dan dingin saat memberi perintah pada Ari