"Dia juga pengambil keputusan di perusahaan ini? Huh!"Mendengar ucapan itu, Edwin langsung memasang ekspresi dingin. Dia menatap Afkar sambil mendengus dan akhirnya duduk dengan wajah yang masih masam. Dalam hatinya, dia merasa sangat iri terhadap Afkar."Baiklah, sekarang kita bicara bisnis!""Aliansi bisnis Delta sebelumnya telah menerima beberapa permohonan dari Perusahaan Farmasi Safira untuk bergabung. Setelah melalui berbagai evaluasi, kami akhirnya menyetujui kelayakan perusahaan kalian!"Sambil berkata demikian, Edwin tersenyum ke arah Felicia dan melanjutkan, "Bu Felicia, selamat! Bergabung dengan aliansi kami adalah kebanggaan bagi setiap perusahaan farmasi di industri ini. Bagaimana? Senang, bukan?"Felicia mengangguk sopan. "Terima kasih banyak!" Namun, dalam hatinya, dia merasa agak heran.Memang benar bahwa Perusahaan Farmasi Safira pernah mengajukan permohonan untuk bergabung dengan aliansi ini, tetapi itu dilakukan oleh Renhad saat masih berkuasa.Sejak dia mengambil a
"Maaf, Pak Edwin. Saat ini, perusahaan kami nggak berminat untuk bergabung dengan Aliansi Perusahaan Farmasi Delta." Felicia kini menunjukkan ekspresi dingin. Dia menggelengkan kepala dengan tegas, menolak tawaran tersebut tanpa ragu.Begitu mendengar jawabannya, Edwin dan para pria berjas di belakangnya langsung menunjukkan ekspresi tidak senang. "Bu Felicia, apa maksud Anda? Perusahaan Anda telah mengajukan permohonan sebelumnya, sekarang setelah kami menyetujuinya, justru Anda yang membatalkan?""Apa-apaan ini? Anda tahu nggak, jumlah perusahaan yang bisa bergabung ke dalam aliansi setiap tahunnya sangat terbatas! Kami sudah memberikan kuota kepada perusahaan Anda, yang berarti kami menolak perusahaan lain! Kalau sekarang Anda menolak, siapa yang akan bertanggung jawab?"Edwin menatap Felicia dengan wajah muram dan suaranya penuh tekanan. Namun, Felicia hanya menunjukkan ekspresi datar, bahkan sedikit tidak peduli. "Pak Edwin, kalau aku nggak salah ingat, aplikasi itu diajukan tahun
Setelah Edwin dan rombongannya pergi dengan amarah, Felicia menatap Afkar dengan ekspresi sedikit jengkel. Setelah menyuruh Dara keluar, ekspresinya menjadi dingin. Dengan nada tidak senang, dia berkata, "Afkar, bisa nggak kamu ngomong lebih halus?""Bagaimanapun, mereka itu perwakilan dari Aliansi Perusahaan Farmasi. Kamu langsung menyuruh mereka pergi, bukankah itu sama saja dengan menyinggung mereka?"Afkar terkekeh-kekeh, "Memangnya kalau kita lebih sungkan, nggak menyinggung mereka?"Mendengar ucapannya, Felicia terdiam dan tidak bisa membantah. Sebenarnya, dia tidak benar-benar menyalahkan Afkar dalam hatinya.Hanya saja, dia masih merasa kesal terhadap si berengsek ini. Jadi, dia hanya ingin mencari kesempatan untuk memarahinya.Sejak Freya memberi tahu tentang foto-foto Afkar dengan wanita lain, Felicia mulai curiga. Namun, pria ini tidak pernah mencoba menjelaskan apa pun sehingga membuat hubungan mereka terasa semakin rumit.Tidak ada yang membicarakan perceraian lagi, tetapi
Cih! Siapa juga yang mau jadi istrinya? Setidaknya, Afkar masih belum bisa disebut suaminya jika dia tidak memberi penjelasan untuk beberapa hal."Huh! Yang penting kamu baik-baik saja. Cuma sebuah mobil, nggak berarti apa-apa. Selain itu, asalkan Noah nggak muncul kembali, lupakan saja ...," ujar Felicia berpura-pura dingin.Saat dia mendengar bahwa Afkar hampir saja mati terkena ledakan, hatinya langsung merasa ketakutan. Saat ini, satu-satunya yang dia inginkan adalah agar pria itu tetap aman. Dia tidak ingin Afkar bertindak gegabah lagi seperti tadi hanya karena emosi.Meskipun ... apa yang dilakukan Afkar benar-benar membuatnya terharu ....Di sisi lain.Begitu Edwin keluar dari perusahaan Farmasi Safira, sekelompok pengusaha farmasi dari Kota Nubes dan wilayah sekitarnya langsung mengerumuninya.Sebagai jaringan bisnis terbesar di kawasan itu, Aliansi Perusahaan Farmasi Delta memiliki pengaruh yang sangat besar. Banyak perusahaan farmasi dan lembaga medis yang berharap bisa menja
Dua puluh menit kemudian, setelah selesai makan, Afkar hanya bisa mengikuti kedua wanita itu dari belakang dengan ekspresi tak berdaya ....Saat ini, tubuhnya penuh dengan barang belanjaan yang tergantung di sana-sini, sementara di kedua tangannya masing-masing masih memegang sate usus bebek panggang dan sekantong manisan buah.Shafa memang doyan makan dan suka bermain, jadi tidak heran jika dia menikmati suasana pasar malam ini. Namun, yang mengejutkan bagi Afkar adalah, Felicia si dewi es yang hidup di keluarga konglomerat sejak kecil ini, ternyata memiliki semangat belanja yang luar biasa ketika mengunjungi pasar malam!Awalnya Afkar mengira, Felicia tidak akan tertarik dengan barang-barang murahan seperti ini. Namun tak disangka, Felicia malah sepertinya ... ingin membeli semua barang yang dilihatnya.Bahkan, pakaian sederhana yang dijual di lapak-lapak dengan harga puluhan ribu rupiah saja, sudah dibelinya untuk Shafa dan dirinya dalam jumlah banyak.Selain itu, setelah melihat Af
"Kenapa sulit sekali permainan ini?" Wajah cantik Felicia menampilkan ekspresi tidak terima dan menggerutu manja."Iya ya! Mama Felicia, apa kita terlalu bodoh?" Shafa memanyunkan bibirnya, lalu bertanya dengan nada memelas."Mungkin saja." Felicia menghela napas pelan."Hehehe ...." Pada saat ini, Afkar tidak menahan tawanya saat melihat kedua wanita itu. Dia hanya merasa kedua orang itu benar-benar menggemaskan.Namun, baru saja dia selesai tertawa, Felicia dan Shafa serempak menoleh ke arahnya dengan tatapan penuh kemarahan. "Huh! Papa jahat, berani-beraninya mentertawakan aku dan Mama Felicia!" Shafa menggembungkan pipinya dengan ekspresi tidak terima."Afkar, kamu ketawa apa? Lucu, ya? Kalau berani, ayo kamu coba sendiri!" tuding Felicia dengan marah.'Huh! Nggak masalah kalau kami yang mengatai diri sendiri bodoh, tapi kamu malah berani-beraninya nertawain kami?' batin Felicia.Afkar langsung berkeringat dingin. Tanpa sadar, dia menarik lehernya ke belakang sedikit."Yeay! Papa h
Bocah ini berani meludahi dirinya? Benar-benar ... kurang ajar!Namun, Afkar tidak bisa menyamakan dirinya dengan anak berusia 7 atau 8 tahun. Jadi, dia menoleh ke arah ayah anak itu. Anak yang tidak dididik dengan baik adalah kesalahan orang tua!Putranya meludahi orang lain, bukankah seharusnya dia meminta maaf? Namun, pria berambut cepak berusia 30-an tahun itu malah menyeringai menatap Afkar. Sama sekali tidak ada rasa bersalah! Bahkan, dia sempat melirik Felicia dengan tatapan yang berkilat ketamakan!Seketika, wajah Afkar menjadi suram. Dia berkata dengan suara dingin, "Sobat, anakmu meludahiku. Kamu nggak akan melakukan apa pun?"Felicia juga menatap ayah dan anak itu dengan tatapan marah. Sementara itu, Shafa memelototi si bocah gendut sambil mengepalkan tangannya erat-erat, seolah-olah siap menghajarnya jika perlu."Namanya juga anak-anak, mereka nggak ngerti apa-apa. Masa pria dewasa sepertimu marah? Itu terlalu kekanak-kanakan, 'kan?" cela pria berambut cepak itu dengan eksp
Terutama jika melihat seseorang datang bersama istri dan anak, pria berambut cepak itu akan semakin menjadi-jadi dalam memprovokasi mereka.Pernah ada seorang pria yang terprovokasi olehnya hingga menghabiskan lebih dari 1,5 juta dalam semalam hanya untuk bermain lempar gelang."Papa ...." Saat itu, Shafa menarik tangan Afkar, matanya yang besar penuh dengan harapan pada ayahnya."Afkar, lawan dia! Apa sih yang perlu ditakutkan?" Felicia menggigit bibirnya, berharap agar Afkar meraih kemenangan untuk dirinya dan Shafa."Oke." Afkar tersenyum, mengangguk, dan meletakkan barang-barang yang dibawanya. Kemudian, dia menatap pria berambut cepak itu dan menyeringai sinis. "Cuma bertanding begini saja kurang menarik. Gimana kalau kita pasang taruhan?""Oh?" Pria itu menaikkan alis, menatap Afkar dari atas ke bawah sebelum mencibir. "Mau taruhan apa?""Kita beli jumlah gelang yang sama dan lihat siapa yang bisa mendapatkan lebih banyak barang dan yang lebih berharga! Kalau aku menang, anakmu h
Afkar melanjutkan, "Benar, Keluarga Samoa memang takut menyinggung Sekte Langga dan hal itu sama sekali nggak perlu ditutupi. Tapi, aku bisa dengan tegas memberitahumu satu hal. Aku pribadi nggak takut menyinggungmu.""Kalau mengesampingkan latar belakang dan status, kamu sendiri nggak ada apa-apanya di mataku. Jangan bertingkah seperti gadis kecil di sini. Berhentilah marah-marah nggak jelas," sindir Afkar.Mendengar ucapan itu, tubuh Arisa bergetar hebat saking marahnya. Wajah cantiknya juga memerah. Emosinya yang meluap hampir saja membuat luka di dalam tubuhnya kambuh. Bahkan, dia juga nyaris memuntahkan darah.Arisa menggertakkan gigi. Suaranya penuh amarah dan kebencian ketika memaki, "Dasar bajingan! Aku nggak peduli. Pokoknya aku akan bertarung mati-matian denganmu!""Arisa, cukup! Jangan nggak bisa lihat situasi! Cepat ambil Pisau Naga Es dan tukarkan dengan Pedang Es Jiwa! Cepat pergi!" Nada suara Zinia tiba-tiba terdengar lebih tegas dan dingin saat memberi perintah pada Ari
Saat ini, Afkar, Rose, dan Lena perlahan melangkah masuk ke dalam ruangan. Arisa memandang mereka dengan tatapan dingin. Matanya yang penuh kebencian itu tertuju pada Afkar!Sementara itu, Zinia hanya mengangguk ringan, lalu bertanya dengan nada datar, "Ada apa kalian kemari?"Meskipun kata-katanya terdengar biasa saja, tatapannya justru diam-diam berhenti pada pedang yang ada di tangan Afkar. Di dalam hatinya, mulai muncul berbagai dugaan.Tak lama kemudian, Afkar melangkah maju ke depan meja lalu dengan tenang meletakkan Pedang Es Jiwa di atas meja.Melihat itu, Zinia tetap memasang wajah tenang. Dia bertanya datar, "Afkar, apa maksudmu melakukan ini?"Afkar membalas sambil tersenyum, "Tampaknya Pedang Es Jiwa ini sejak awal memang sudah dipersiapkan khusus untuk Nona Arisa dari sekte kalian, 'kan?"Mendengar ucapan itu, Zinia sedikit berdeham. Kemudian, dia menjawab dengan serius, "Itu adalah hadiah bagi peserta yang meraih peringkat pertama dalam uji coba ini. Karena kamu yang mera
Pada saat itu, seiring langit yang makin gelap, sebuah gelombang energi yang aneh mulai menyebar di dalam Lembah Obat. Itu adalah pertanda bahwa tempat rahasia Lembah Obat akan segera ditutup. Artinya, sebentar lagi Afkar dan yang lainnya akan dipaksa keluar dari tempat itu.Satu jam kemudian, di lapangan milik Sekte Langga.Sesuai dengan peringkat uji coba kali ini, hadiah untuk masing-masing posisi mulai dibagikan oleh Zinia. Saat itu, ekspresinya terlihat sangat muram. Jelas sekali dia sedang menahan amarah.Tidak ada satu pun dari mereka yang menyangka, Arisa yang seharusnya bisa dengan mudah meraih peringkat pertama dengan kekuatan solid di tingkat pembentukan inti tahap menengah, justru harus tergelincir di tengah jalan dan hanya bisa duduk di peringkat kedua.Yang lebih mengejutkan lagi, Afkar dan Willy dari Keluarga Samoa tiba-tiba muncul sebagai dua kuda hitam yang mencuri perhatian semua orang dalam uji coba ini.Sementara itu, Tuan Muda Keluarga Darmadi, Logan, justru tidak
Setelah semua orang hampir selesai muntah, Afkar mendengus pelan dan memperlihatkan senyuman dingin. Dia memberi tahu, "Sudah cukup, sepertinya kalian sudah muntah habis-habisan, 'kan? Kalau begitu, sekarang kita masuk ke urusan yang lebih penting!"Kemudian, Afkar menoleh ke arah langit untuk melihat waktu sekilas, lalu berujar dengan nada arogan dan penuh wibawa, "Sekarang, keluarkan semua kantong dimensi kalian. Urutan peringkat dalam uji coba peringkat individu kali ini, biar aku yang tentukan. Semuanya, siapa yang setuju dan menolak?"Begitu kata-kata itu terdengar, wajah semua orang langsung berubah menjadi suram. Tatapan mereka penuh dengan rasa tidak rela dan enggan menerima kenyataan. Namun di depan kekuatan mutlak Afkar, baik rasa marah maupun ketidakrelaan mereka, semuanya tidak ada gunanya.Di antara mereka, Raditya yang merupakan santo dari Sekte Bulan Hitam adalah orang yang bisa dibilang paling cerdas.Setelah tatapannya sempat berkilat sesaat, Raditya pun menjadi orang
Felix menarik napas dalam-dalam sekali lagi, lalu mengerucutkan bibirnya sambil berkomentar, "Waduh, aroma obat dewa ini ternyata cukup menyengat juga."Tepat di saat itu, sebuah bayangan tiba-tiba melompat keluar dari dalam kawah gunung berapi, lalu mendarat dengan mantap di tanah. Begitu kakinya menginjak tanah, seluruh tubuhnya langsung memancarkan aura yang kuat dan kokoh.Melihat sosok itu, semua orang yang ada di sana langsung membuka mulut lebar-lebar. Wajah mereka dipenuhi ekspresi tidak percaya."Afkar?" Arisa sampai menjerit kaget. Wajah cantiknya seketika berubah jadi pucat dan penuh keterkejutan.Lukas dan yang lainnya juga luar biasa terkejut, seolah-olah tidak bisa memercayai apa yang dilihat oleh mata mereka.Di sisi lain, wajah Rose malah dipenuhi rasa senang bercampur haru. Afkar bisa-bisanya muncul lagi? Dia berhasil naik ke atas hidup-hidup?Melihat ekspresi mereka, Afkar tersenyum dengan penuh minat. Dia pun bertanya, "Semuanya, kalian begitu kaget melihatku?""Ke .
Selain kekuatan mutlaknya yang melonjak pesat, Afkar juga dengan sangat gembira menemukan satu hal lain. Teknik Resonansi Bumi yang diperolehnya saat kesadaran atas garis keturunannya terbangun, ternyata ikut mengalami peningkatan dan berevolusi.Ada tambahan efek "gravitasi sepuluh kali lipat". Saat menggunakan kemampuan ini, Afkar bisa menekan musuh dengan gravitasi sepuluh kali lebih berat dari biasanya, sekaligus memberikan serangan mematikan yang luar biasa dahsyat.Begitu melihat efek barunya, reaksi pertama Afkar justru merasa bahwa kemampuan ini agak tidak terlalu berguna. Gravitasi sepuluh kali lipat? Apa hebatnya?Menurut Afkar, dengan kekuatan fisiknya, sekalipun tubuhnya tiba-tiba menanggung beban sepuluh kali lipat, seharusnya tidak akan jadi masalah besar. Namun setelah berpikir lebih dalam, Afkar pun segera menyadari betapa menakutkannya efek dari kemampuan ini.Memang benar, bagi para kultivator, otot dan tulang yang kuat mungkin bisa menahan beban berat hingga sepuluh
Itu sebabnya, Afkar tidak lagi memikirkan hal lain. Dia langsung memilih untuk menelan serta menyerap ganoderma api itu di dalam kawah demi menembus batas kekuatannya.Saat ini, Afkar merasakan sebuah penghalang tak kasatmata yang selama ini menahan dirinya akhirnya pecah pada saat itu.Pada saat yang sama, pusat energi di dalam perutnya mulai mengeras dan berubah menjadi bentuk padat. Sementara itu, energi sejati di dalamnya terkondensasi makin rapat dan murni.Aliran energi sejati di dalam tubuhnya meluap dan menyapu habis seluruh bagian tubuhnya, mulai dari daging, meridian, organ dalam, hingga otot dan tulang.Afkar duduk diam di sana, tetapi ekspresi di wajahnya terlihat meringis karena menahan rasa sakit. Dia bisa merasakan seluruh tubuhnya seolah hendak meledak. Seakan-akan tubuhnya sedang mengalami sebuah proses metamorfosis yang benar-benar mengubah dirinya dari dalam.Kulit Afkar mulai memancarkan kilau sehat. Otot-ototnya terlihat mengeras dan bergerak seperti hidup, sementa
Begitu mendengar ucapan Rose, Cakra langsung menunjukkan ekspresi mengejek dan penuh penghinaan. Dia sepertinya sama sekali tidak memercayai kata-katanya. Orang-orang di sekitarnya juga tersenyum sinis.Pada saat yang sama, Arisa menelan satu butir Pil Pemulih Agung. Dia berusaha mempercepat pemulihan luka-luka di dalam tubuhnya.Sambil memandang ke arah Rose, Arisa menggertakkan giginya dan mengejek dengan suara dingin, "Dari mana kamu dapat keyakinan itu? Kamu pikir dia masih bisa naik ke sini? Sejak dia jatuh ke bawah, nggak ada suara pertempuran sama sekali.""Apa kamu benar-benar mengira makhluk buas itu sudah dibunuh olehnya dalam sekejap? Jangan-jangan, kamu lebih memilih percaya bahwa dia bisa rukun sama makhluk buas itu?" tanya Arisa.Rose menggigit pelan bibirnya. Matanya penuh waspada saat menatap semua orang di sekelilingnya, lalu dia menjawab pelan, "Mungkin saja, dua-duanya sangat memungkinkan."Rose tahu betul sejak Afkar terlempar jatuh ke dasar kawah, dirinya sekarang
Di hadapan Afkar, seekor makhluk buas perlahan muncul. Bentuknya mirip seekor kadal raksasa. Seluruh tubuhnya dilapisi sisik tebal berwarna merah menyala. Untuk sementara, Afkar menyebutnya sebagai kadal api raksasa.Dengan mata merah membara, makhluk itu menatap Afkar penuh nafsu dan kegilaan haus darah. Aura buas yang ganas seolah-olah langsung menekan dari depan.Setelah merasakannya dari jarak sedekat ini sekarang, Afkar makin yakin bahwa kekuatan makhluk ini jelas jauh melebihi puncak tahap akhir tingkat pembentukan inti."Sialan! Dasar Tua Bangka Gila terkutuk! Dia jelas-jelas mau mencelakaiku!" maki Afkar sambil menggertakkan gigi. Dalam hatinya, dia sudah bersiap untuk bertarung mati-matian melawan kadal api raksasa ini.Hanya saja saat Afkar melepaskan aura kuatnya dan mulai bersiap melawan, kadal api raksasa itu tiba-tiba mengeluarkan beberapa suara seperti rintihan. "Raur ...."Saat berikutnya, makhluk raksasa itu malah menunduk dan rebah di tanah seperti seekor anjing pelih