Edbert menatap dengan tatapan yang berkilat beberapa kali, lalu melambaikan tangannya dan memberi isyarat kepada yang lain untuk tidak bergerak.Saat ini, Afkar menunjuk Gustav, lalu berkata kepada Gael dengan kesal, "Aku menyelamatkan tuan mudamu, tapi kamu bukan hanya nggak menepati janjimu, malah membawa orang tua ini untuk menekanku!""Kalau kamu cuma takut melawan perintah keluarga, setidaknya kamu bisa mencoba menengahi sedikit, bukan malah ikut memaksaku bersama orang tua ini! Dengan demikian, aku mungkin masih bisa memaafkanmu!""Tapi, kamu sama sekali nggak menunjukkan sedikit pun rasa bersalah saat itu! Barusan, kamu bahkan ingin menyuruh kepala keluargamu menghabisiku! Kalau aku nggak membunuhmu, orang lain akan menganggapku mudah diinjak!"Saat mengucapkan itu, mata Afkar bersinar tajam. Kemudian, dia mengayunkan telapak tangannya ke arah Gael.Bam! Krak! Dengan satu pukulan yang mengenai ubun-ubun Gael, tulang tengkoraknya langsung remuk. Dia pun meregang nyawa seketika."
Malam itu, Afkar duduk bersila di tengah halaman. Di sekelilingnya, beberapa giok spiritual melayang di udara.Seiring dengan berjalannya Mantra Roh Naga, sejumlah besar energi spiritual tersedot keluar dari giok-giok itu dan mengalir masuk ke tubuhnya melalui setiap tarikan dan embusan napas.Di dalam pusat energi, energi sejati dalam bentuk cair semakin penuh dan terkonsolidasi. Energi sejati dalam tubuh Afkar berbeda dari para kultivator biasa. Energinya berasal dari penyempurnaan energi spiritual langit dan bumi yang bercampur dengan energi naga yang mengalir dari ginjal naga.Energi campuran ini jauh lebih kuat dan lebih dahsyat dibandingkan energi sejati para kultivator biasa!Ditambah lagi, fisik Afkar telah mengalami penguatan dan rekonstruksi oleh energi naga, membuatnya jauh lebih tangguh dibandingkan para ahli di tingkat yang sama.Inilah alasan mengapa dalam level yang sama, Afkar benar-benar mengungguli semua lawannya.Energi sejati campuran ini diberi nama khusus oleh Afk
"Aku mau ke taman hiburan, naik kuda besar, naik kapal bajak laut!" seru Shafa dengan penuh harapan."Oke, kita pergi ke taman hiburan!" Afkar mengangkat putrinya dengan senyuman lebar."Hore! Ke taman hiburan!" Shafa langsung bersorak gembira, terus bertepuk tangan dengan riang.Pukul 7 pagi, Afkar mengendarai mobilnya ke Funworld yang ada di Kota Nubes bersama Shafa.Setelah meninggalkan Vila Emperor dan melewati jembatan layang, sebuah mobil Jeep diam-diam mengikuti di belakang mereka.Mereka menyelip di antara lalu lintas dan mengikuti mobil Afkar tanpa jejak, dengan teknik penguntitan yang sangat canggih. Jelas, mereka terlatih secara profesional.Di dalam mobil Jeep, seorang pemuda yang duduk di kursi depan menatap dengan ekspresi dingin sambil bertanya kepada pria yang mengemudi, "Oloan, kamu yakin mobil di depan itu target kita, 'kan?"Oloan mengangguk. "Aku sudah menyelidiki selama beberapa hari. Target memang mengendarai mobil itu. Ketua, apa kita harus membunuhnya?"Pemuda i
Saat mengawal Adry dan rombongannya sebelumnya, Afkar bukan hanya berbincang santai dengan Marcel dan yang lainnya di dalam mobil. Sepanjang perjalanan, dia juga diajari banyak keterampilan militer.Kini, Afkar memiliki daya ingat yang luar biasa. Banyak hal yang bisa dia pelajari dengan cepat. Jika kemampuan militer yang profesional, dia tentu masih jauh di bawah tentara elite atau pasukan khusus. Namun, hal-hal dasar tidak sulit baginya.Raijin memasang bom waktu yang sebenarnya cukup sederhana. Bom itu hanya menggunakan beberapa kawat yang menghubungkan alat pengatur waktu. Di dalam negeri, pengawasan sangat ketat, jadi sulit mendapatkan teknologi canggih.Untuk jenis bom waktu yang sederhana seperti itu, Marcel dan para tentara dari pasukan garnisun telah mengajarkan Afkar cara membongkarnya. Jadi, setelah Afkar menemukannya, dia menonaktifkan bom itu dengan mudah."Ada yang ingin membunuhku?" Setelah masuk ke mobil, Afkar melemparkan bom yang sudah dibongkar ke dalam laci mobil. W
"Bunyikan klakson! Bunyikan klakson!" teriak Raijin dengan marah, lalu mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil. Kemudian, dia memekik lagi, "Berhenti! Aku suruh kamu berhenti!"Tuut! Tuut! Tuut!Afkar mendengar suara klakson dari belakang. Dari kaca spion, dia melihat seorang pemuda mengeluarkan kepala dan meneriakkan sesuatu ke arahnya.Afkar lantas merasa bingung. 'Dari mana orang aneh ini datang? Kamu ingin membunuhku, tapi malah menekan klakson untuk menyuruhku berhenti?''Kamu anggap aku bodoh atau memang otakmu rusak? Dasar idiot! Aku mau mengajak putriku bermain, nggak ada waktu untuk meladeni orang sepertimu,' batin Afkar sambil memutar mata.Tuut! Tuut! Tuut!Tuut! Tuut!Namun, suara klakson itu semakin mendesak."Papa, mobil di belakang sepertinya mengklakson kita, 'kan? Berisik sekali!" tanya Shafa dengan bingung. Dia juga merasa ada yang tidak beres."Ah, klakson mereka rusak, nggak ada urusannya dengan kita!" timpal Afkar dengan santai."Benaran? Tapi, Papa, kenapa kamu
"Ah! Papa, mobil di belakang jatuh!" Shafa menempelkan tubuhnya di kursi belakang. Wajahnya penuh dengan keterkejutan.Afkar terkekeh-kekeh, lalu perlahan menghentikan mobil di pinggir jalan. "Sayang, tunggu di dalam mobil. Papa mau lihat sebentar.""Oh! Perlu telepon ambulans untuk bantu mereka nggak?" tanya Shafa dengan ekspresi baik hati, tetapi matanya yang besar itu tampak nakal.Dari caranya berbicara, dia lebih mirip bocah kecil yang menikmati kemalangan orang lain. Mobil di belakang itu terus mengklakson mereka, jadi Shafa merasa mereka sangat menyebalkan.Afkar turun dari mobil dan berjalan ke tepi pagar pembatas. Dia melihat air sungai beriak beberapa kali sebelum akhirnya dua kepala muncul ke permukaan.Tatapan Afkar menyipit sedikit saat melihat Oloan. Dia langsung mengenali pria itu! Bukankah ini salah satu pembunuh bayaran yang terakhir kali disewa oleh Renhad untuk membunuh Jovian?Selain itu, ada juga seorang pemuda asing yang belum pernah dia lihat sebelumnya.Afkar me
Shafa tertegun sejenak, lalu menoleh ke arah yang ditunjuk oleh ayahnya."Itu Lyra dan Bibi Aruna?" seru Shafa dengan wajah penuh kejutan. Kemudian, dia berlari ke arah mereka dengan penuh semangat.Sambil berlari, dia berseru dengan suara jernih dan ceria, "Kak Lyra! Bibi Aruna! Kalian juga di sini?"Di sana tidak lain adalah Aruna, putri Keluarga Subroto, bersama dengan Lyra, cicit dari Bayu.Hari ini, Aruna juga membawa Lyra untuk bermain. Kebetulan, mereka juga memilih restoran ini untuk makan siang. Namun, mereka datang lebih awal sehingga sudah mulai menikmati makanan.Melihat Shafa berlari ke arah mereka, Afkar ragu sejenak, lalu akhirnya mengikuti. Pertemuan terakhir di rumah Keluarga Subroto memang tidak berjalan dengan baik. Namun, karena sudah bertemu di sini, Afkar merasa setidaknya harus menyapa mereka."Shafa? Kamu juga di sini?" Lyra juga tampak terkejut dan senang. Dia langsung meletakkan sendoknya, lalu melompat turun dari kursi.Namun, begitu melihat Afkar, tatapannya
Dalam pandangan Aruna, baik kakeknya maupun Farel, mereka sudah sangat menghargai Afkar. Bahkan, mereka juga pernah membantunya beberapa kali!Namun, terakhir kali datang ke rumah Keluarga Subroto, pria ini malah berbicara lancang dan menunjukkan sikap yang sangat tidak hormat. Bagaimana mungkin Aruna tidak punya pendapat buruk terhadap Afkar?Aruna merasa semua ini sangat tidak adil untuk Keluarga Subroto. Namun, kali ini dia menemukan kesempatan untuk mengambil sedikit keuntungan dari Afkar.Karena kebetulan bertemu dengan pemuda bernama Kevin ini, Aruna langsung menggunakan pria berengsek ini sebagai tameng.Di sisi lain, begitu melihat Aruna merangkul lengan seorang pria, mata Kevin seketika memancarkan kilatan suram dan rasa cemburu."Keluargaku mengutusku untuk mengurus bisnis di Provinsi Jimbo. Jadi, aku sekalian mampir ke Kota Nubes untuk mengunjungi Kakek Bayu dan dirimu. Hehe ...," timpal Kevin sambil tersenyum."Oh, begitu ya. Sudah makan belum? Aku dan pacarku membawa anak-
Raijin mengeluarkan sebuah botol kaca kecil dari sakunya. Dia menatap bubuk putih di dalamnya dengan ekspresi frustrasi dan kesal."Pak, jangan-jangan kamu kena tipu? Bisa jadi ini barang palsu!" ucap Oloan yang menatap botol itu dengan ragu.Ekspresi Raijin makin tak menentu. Setelah melihat Afkar dan Aruna yang masih baik-baik saja, dia pun menuangkan sedikit bubuk putih itu ke tangannya. Beberapa saat kemudian, Raijin ragu-ragu tetapi akhirnya menjulurkan lidah dan menjilat bubuk itu sedikit."Pak, hati-hati! Nanti, kamu malah keracunan!" seru Oloan dengan khawatir."Sial! Racun apanya!" Raijin mengernyit dan berdecak, lalu ekspresinya langsung berubah marah.Kemudian, Raijin memaki, "Kenapa ini rasanya manis? Berengsek! Aku ditipu! Aku beli ini di web gelap dan ternyata palsu. Sialan! Jangan-jangan ini cuma susu bubuk? Mana mungkin ini bisa membunuh orang?"Berhubung tidak percaya, Raijin menjilat bubuk itu lagi beberapa kali lalu menuangkan sedikit ke tangan Oloan. Dia berucap, "
Aruna mencoba menarik tangannya kembali, tetapi tidak berhasil. Afkar menggenggamnya begitu erat sampai-sampai dia sama sekali tidak bisa melepaskan diri.Pada saat yang sama, tiba-tiba Aruna merasakan aliran panas aneh yang mengalir dari tangan Afkar ke dalam tubuhnya, lalu menyebar ke seluruh tubuhnya.Aruna tidak tahu apa yang sedang terjadi. Dia hanya mengira ini adalah reaksi alami karena seorang pria sedang menyentuhnya. Wajahnya yang cantik langsung memerah.Aliran panas itu berputar-putar di dalam tubuhnya dan menciptakan sensasi yang aneh. Itu tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, tetapi rasanya begitu nyaman.Bagaimana bisa Aruna malah merasa nyaman? Dia langsung memaki dirinya sendiri dalam hati, lalu menatap Afkar dengan marah. "Dasar mesum! Sebenarnya kamu sedang apa? Padahal aku mengira kamu pria yang baik!"Afkar menunjukkan ekspresi kehabisan kata-kata, lalu mengerucutkan bibir ketika menjelaskan, "Kamu keracunan. Aku lagi menetralkannya. Satu hal lagi, aku nggak pern
Bubuk putih itu langsung larut saat bercampur dengan air. Sup pangsit seafood itu terlihat sama sekali tidak berubah. Raijin menyeringai dingin, lalu segera berbaur kembali ke dalam kerumunan dan pergi dari sana.Sekitar satu menit kemudian, Afkar dan Aruna kembali ke meja sambil membawa beberapa piring makanan tambahan. Di sisi lain, Shafa dan Lyra juga membawa masing-masing dua mangkuk nasi di tangan mereka.Akhirnya, keempat orang itu duduk dan bersiap untuk makan. Mungkin karena lebih praktis, Aruna langsung duduk di kursi tempat kunci mobil Bentley diletakkan sebelumnya.Afkar tidak mempermasalahkannya. Dia hanya mengambil kembali kunci mobilnya dan duduk di kursi di hadapan Aruna. Lagian, semua makanan masih baru dan belum disentuh siapa pun. Jadi, duduk di mana saja tidak ada bedanya.Beberapa saat kemudian sebelum mulai makan, Aruna mengangkat mangkuk sup pangsit seafood dan menyeruputnya beberapa kali.Dari kejauhan, Raijin yang masih mengawasi mereka tiba-tiba mengubah ekspre
Melihat Afkar mengambil kembali kelereng itu dari tangannya, ekspresi Aruna langsung membeku. Sesaat kemudian, wajahnya berubah dingin lalu dia mendengus pelan. Entah kenapa, tiba-tiba saja dia merasa agak kesal.Saat itu, Shafa menatap Afkar dengan penuh harapan dan bertanya dengan manja, "Ayah, siang ini kita jadi main bareng Kak Lyra dan Bibi Aruna, 'kan?"Afkar melirik Aruna yang masih berekspresi dingin, lalu berdeham sebelum berucap dengan canggung, "Nona Aruna, kebetulan kita bertemu di sini. Gimana kalau kita makan bersama dulu? Lagian, anak-anak bisa main bareng nanti siang.""Bibi ...." Lyra yang berdiri di samping, menarik tangan Aruna sambil menatapnya dengan penuh harapan. Gadis kecil itu memang terkadang sedikit manja, tetapi hatinya sangat polos.Baru saja, Lyra bermain sebentar dengan Shafa dan kini dia sudah melupakan kejadian tidak menyenangkan sebelumnya. Sekarang, dia hanya ingin punya teman bermain lagi.Melihat dua anak kecil dengan wajah penuh harap, Aruna menata
"Bisa dikatakan, berlian langka ini sudah punya spiritualitasnya sendiri!" tambah Afkar. Dia berdiri di sana dengan ekspresi serius saat mengucapkan kata-kata ini.Padahal, Afkar sebenarnya hanya menyuntikkan sedikit energi murninya ke dalam kelereng. Bagi dia yang sudah melampaui tingkat master, hal seperti ini adalah sesuatu yang sangat mudah dilakukan.Begitu Afkar selesai berbicara, kelereng itu tiba-tiba melayang dan terbang ke arah Aruna. Melihat kejadian ini, para wanita yang ada di lokasi langsung menjerit kecil, bahkan ada yang berteriak kaget."Wah! Kelerengnya benar-benar punya spiritualitas!""Indah sekali!""Sungguh romantis!""Berlian ini pasti setidaknya bernilai ratusan miliaran, 'kan?""Mungkin jauh lebih mahal dari itu!"Aruna sendiri terpesona. Matanya yang indah dipenuhi dengan keterkejutan ketika refleks mengulurkan tangan untuk menangkap kelereng tersebut.Pada titik ini, bahkan Aruna mulai percaya bahwa benda yang terlihat seperti kelereng ini benar-benar berlian
Kelereng itu terlihat bening dan berkilauan, dengan beberapa pola warna-warni di dalamnya. Siapa pun yang melihatnya pasti akan langsung menganggapnya sebagai kelereng biasa yang dimainkan oleh anak-anak.Namun pada saat itu, Teddy malah menatap kelereng itu dengan ekspresi serius dan berbicara dengan nada penuh keyakinan. Mendengar perkataannya, semua orang langsung terkejut dan sulit memercayainya. Apakah itu benar-benar dipahat dari berlian?Teddy terbatuk pelan. Sampai di titik ini, dia tidak mungkin mundur. Ceritanya harus terus dibuat makin meyakinkan.Itu sebabnya, Teddy berujar, "Jangan ragu! Ini memang dipahat dari berlian kualitas terbaik. Bukan cuma itu, berlian yang digunakan oleh Pak Afkar ini adalah kombinasi langka antara berlian bening dan berlian berwarna. Keunikan seperti ini hanya muncul satu di antara puluhan ribu!""Cuma berlian yang benar-benar langka seperti ini yang bisa dipahat menjadi bentuk yang terlihat seperti kelereng anak-anak. Pak Afkar benar-benar penuh
Kevin dipermalukan habis-habisan. Sebenarnya bukan dia sendiri yang membeli kalung berlian itu di Eropas, melainkan bantu dipesankan oleh orang lain.Namun, faktanya tetap sama. Kevin benar-benar telah menghabiskan lebih dari 100 miliar yang setara dengan lima juta dolar Eropas untuk membeli barang palsu ini. Ketika melihat berlian biru itu hancur menjadi serbuk di tangan Afkar, dia hampir ingin bunuh diri di tempat."Hmph! Kenapa nggak mungkin palsu? Memangnya orang asing nggak mungkin menipu?" Afkar terkekeh sinis, nada suaranya penuh sindiran.Di sampingnya, Teddy hanya bisa meringis. Otot wajahnya sedikit berkedut. Ketika melihat Kevin yang masih ternganga seperti orang bodoh, dia bahkan merasa sedikit kasihan. Orang ini benar-benar sial ... dia sudah dipermainkan habis-habisan oleh Afkar.Kevin memaki dengan emosi, "Bajingan! Kamu jangan senang dulu! Ya, aku memang ceroboh. Aku memang tertipu! Tapi setidaknya aku masih membeli sesuatu dengan harga lima juta dolar Eropas! Gimana de
Afkar pun tersenyum. Matanya berbinar penuh arti saat menatap Teddy. Dia sama sekali tak menyangka bahwa Teddy benar-benar mau bekerja sama dengannya untuk berbohong.Kemunculan Teddy memang di luar dugaan Afkar, tetapi itu bukan masalah besar. Bahkan jika Teddy bersikeras mengatakan bahwa berlian itu asli, dia tetap punya cara untuk membalikkan keadaan.Teddy berdeham pelan, lalu memaksakan diri untuk berbohong, "Benar! Ini jelas barang palsu! Cuma kristal biru biasa kok, bukan berlian!"Mendengar itu, Kevin menunjuk ke arah Teddy dengan wajah memerah saking emosinya. Dia langsung berseru, "Omong kosong! Master penilai macam apa kamu? Aku rasa kamu cuma terkenal namanya saja. Apa kamu buta? Ini aku beli di pelelangan Eropas lho! Ada sertifikat keasliannya! Mana mungkin barang ini palsu?"Kerumunan yang menyaksikan kejadian ini pun mulai ragu. Penjelasan Kevin membuat Teddy merasa makin gelisah."Oh ya?" Tepat pada saat ini, Afkar tanpa basa-basi mengambil kalung berlian itu dari tanga
Biarkan saja jika Kevin ingin memberikannya sesuatu. Toh Aruna tidak akan menerimanya.Mengenai provokasi Kevin, Aruna merasa Afkar tidak perlu menanggapinya terlalu serius. Kenapa harus bersikeras mengatakan permata biru itu palsu?Aruna juga merasa permata biru itu memiliki kualitas yang luar biasa. Hanya dengan melihat, dia sudah sangat menyukainya. Jadi, tidak mungkin palsu.Saat ini, Teddy bersuara dengan heran, "Oh ya?" Kemudian, dia menerima kalung itu. "Biar kulihat!"Teddy mengamatinya sejenak, lalu mengangguk dan berkata, "Kelihatannya memang cukup bagus! Siapa yang mengatakan permata ini palsu?""Bocah ini!" Begitu mendengar pertanyaan Teddy, Kevin sontak menunjuk Afkar dengan senyuman sinis.Banyak pelanggan di restoran yang menonton keributan ini juga menunjuk Afkar. Ekspresi mereka penuh dengan ejekan.Baik pria maupun wanita, mereka ingin melihat Afkar dipermalukan. Para pria cemburu karena Afkar bisa bersama wanita secantik Aruna, sedangkan para wanita lebih tertarik pa