Maya dan Raja telihat sedih mereka duduk di sofa ruang tengah, setelah pulang dari pemakaman, Maya memeluk Raja yang masih terisak menangis, sementara Maya menyesal, karena sempat meragukan cinta Fardian pada dirinya dan Raja. kini ia menyadari jika Fardian begitu tulus mencintainya dan juga menyayangi Raja. Bulir bening menetes membasahi pipi Maya. Hingga sebuah ketukan pintu membuatnya mengusap air matanya.Maya membuka pintu depan dan terlihat Salma sudah diambang pintu.“Salma, masuklah, aku ingin berbicara serius denganmu?”“Iya, Bu Maya,”Salma melangkah masuk dan duduk di sofa ruang tamuSalma masuk dan duduk di ruang tamu, di depannya duduk Maya dengan tatapan serius.“Ada yang mencoba melenyapkan kami, tapi polisi tidak menemukan tanda-tanda jika kebakaran vila itu disengaja, “jelas Maya“Siapa yang Bu Maya curigai?”“Bu Ambar, aku sudah mengingat semuanya Salma, amnesiaku sembuh ketika ada seseorang yang memukul kepalaku sebelum kebakaran terjadi.”“Bu Ambar?”“Dia satu satun
“Cepatlah beri cucu! Karena hanya seorang cucu yang bisa membuat aku menerimamu sebagai menantu. Jika kamu tidak bisa memberikan cucu padaku, Rendra akan menceraikanmu!” Dada Maya bergemuruh mendengar ucapan ibu mertuanya. Baru beberapa menit yang lalu suaminya berangkat ke kantor, dan mertuanya itu langsung mencecarnya. “Iya, Bu. Kami sudah berikhtiar setiap malam, demi memenuhi keinginan ibu,” kata Maya menahan perih di hatinya.“Kamu beruntung karena dicintai dan dikagumi oleh putraku. Gadis yatim piatu sepertimu pasti bangga menjadi anggota keluarga Dermawan.”Maya terdiam, kata-kata seperti itu selalu didengar oleh telinganya, seakan dirinya wanita yang tidak pantas bersanding dengan Rendra.“Iya, Bu, aku sangat beruntung,” sahut Maya, berusaha tidak memasukkan ucapan ibu mertuanya ke dalam hati. Ambar mendengus dan menatap Maya sinis. “Jangan hanya menjadi parasit di keluargaku, setidaknya kamu harus melahirkan keturunan keluarga Dermawan!” tegasnya. Maya hanya bisa menunduk
Sepulang dari klinik, Maya melihat sang ibu mertua sedang duduk sambil menikmati sore di taman rumahnya yang sangat luas itu. Ingin rasanya Maya bertanya, mengapa sang mertua memberinya pil kontrasepsi alih-alih vitamin sungguhan. Tapi niat itu diurungkan, percuma berdebat dengan ibu mertuanya yang memiliki kuasa atas semuanya di rumah ini. Maya lantas menghampiri Ambar. “Apa perlu Maya buatkan camilan untuk menemani sore Ibu?” tanyanya, berusaha meredakan amarah dalam dadanya.“Oh… kamu sudah pulang,” sahut Ambar acuh tak acuh. “Tidak usah, lebih baik kamu bantu Bi Siti memasak, nanti malam ada tamu spesial yang akan datang,” titah wanita itu.“Baik, Bu.”Maya bergegas menuju dapur untuk memenuhi perintah sang ibu mertua.Sesampainya di dapur, Maya menatap lekat Bi Siti. Ia berpikir wanita yang berusia 40 tahunan itu juga ikut andil dalam rencana busuk Ambar.“Bi... aku ingin tahu, vitamin apa yang diberikan Ibu padaku setiap malam?”Siti tampak terkejut mendengar pertanyaan tiba-t
Mendengar ucapan ibu mertuanya yang lagi-lagi merendahkannya, Maya hanya bisa menghela napas pelan. Setelah terlihat mobil Arnia menghilang di balik pagar tinggi rumahnya, Ambar pun masuk ke dalam rumah.“Bi Siti, antar vitamin itu pada Maya, suruh ia meminumnya!” perintah Ambar pada sang asisten rumah tangga.“Baik, Nyonya,” jawab Siti dengan sangat patuh.Siti beranjak ke dapur, membuka salah satu laci kabinet, kemudian meraih tablet dan mengeluarkan dari bungkusnya. Setelah itu ditaruhnya di nampan beserta segelas air mineral.Diam-diam, Maya memperhatikan apa yang dilakukan Siti, hingga wanita berdaster longgar itu berjalan ke arah tangga, tapi Maya mencegat langkahnya.“Bi Siti, itu untukku ‘kan? Sini biar aku bawa ke kamar, nanti aku minum,” pinta Maya, seraya meraih nampan kecil dari tangan Bi Siti.“Non Maya masih di bawah to, saya kira sudah di kamar,” kata Siti.Maya hanya mengulum senyum, dan melangkahkan kakinya menuju lantai atas. Sesampainya di kamar, pil yang diberikan
Hari ini, Maya kembali menjumpai dokter kandungan untuk melakukan konsultasi. “Dokter, beberapa hari ini saya sudah tidak mengkonsumsi obat kontrasepsi. Apakah kesuburanku tidak terganggu karena terlalu lama mengkonsumsinya?”“Jangan khawatir, begitu Bu Maya tidak mengkonsumsinya, maka siklus akan kembali normal. Perbanyak mengkonsumsi sayur dan buah ya. Jika dalam tiga bulan Anda belum hamil, kita akan melakukan program hamil bersama suami Bu Maya,” kata dokter memberikan saran.Maya hanya terdiam, ia berharap akan segera hamil dalam waktu satu bulan ini. “Baik, Dokter, terima kasih,” kata Maya tampak pasrah.Maya berjalan keluar klinik dan langsung pulang. Sesampainya di rumah mewah milik mertuanya, terlihat ada sebuah mobil asing yang terparkir di halaman.Di sofa ruang tamu, ada seorang pria berpenampilan rapi sedang berbincang dengan Ambar.Pria itu menoleh ke arah pintu depan, ketika terdengar langkah kaki Maya yang memasuki rumah.Sesaat Maya dan pria itu saling tatap, kemud
Waktu menunjukan pukul sepuluh malam, tapi Rendra belum juga pulang. Maya terlihat khawatir. Sejak sore tadi, ponsel suaminya tidak bisa dihubungi. Tapi tak lama sebuah pesan masuk, bergegas Maya meraih ponselnya dan senyum mengembang di bibir ranumnya.{Aku tidak pulang malam ini, ada meeting dadakan di Bandung, kamu tidurlah dulu.}Chat dari Rendra membuat Maya bernapas lega, meski hal itu sedikit mengusiknya sebab tak biasanya suaminya pergi mendadak. Namun, Maya segera merebahkan tubuhnya di kasur, tanpa suami di sampingnya.Hingga pagi menyapa, Maya perlahan bangkit dan membuka korden kamarnya. Hawa sejuk dihirupnya, tapi tiba-tiba rasa mual menyergap. Dengan setengah berlari, ia pun menuju kamar mandi, memuntahkan cairan kekuningan yang terasa pahit.Maya membasuh mukanya, entah kenapa pagi ini terasa berbeda dengan tubuhnya, rasa pening tiba-tiba datang menyerang kepalanya, hingga Maya memutuskan berbaring lagi di tempat tidur.Maya menoleh ke arah pintu ketika terdengar suara
Maya mencoba menghubungi Rendra, tapi ponselnya tidak aktif, wanita itu terlihat sangat kesal. Lalu tatapannya mengarah tajam pada Ambar.“Apa rencana ibu sebenarnya, jika ibu menginginkan yayasan itu, Maya akan berikan, tapi tolong jangan pisahkan Maya dengan Mas Rendra, hanya dia yang Maya punya saat ini,”pinta Maya dengan nada permohonan.“Apa istimewanya dirimu Maya, hingga mendiang suamiku memilih dirimu untuk menjadi menantu dan menyerahkan yayasan Mery gold padamu!”sarkas Ambar.“Ibu menginginkan Mery Gold, ambilah, akan aku berikan, tolong jangan campuri lagi pernikahanku dengan Mas Rendra,”pinta Maya sekali lagi kali ini ia memohon sambil berlutut di depan ibu mertuanya.“Mery gold akan menjadi miliku tanpa kamu akan menyerahkannya, sebentar lagi Kamu dan Rendra akan bercerai, dan semuanya otomatis akan pindah ke tanganku, “jawab Ambar dengan menyilangkan kedua tanganya di dadaMaya bangkit dari jongkoknya, dan menatap sinis wanita dengan potongan rambut bob itu.“Ibu memberi
Kaki Maya terasa lemas, jantungnya bergemuruh dan hatinya terasa ditusuk benda tajam, matanya yang semula berkaca-kaca kini luruh membasahi pipinya.“Nah, sudah jelas ‘kan, sekarang, cepatlah tanda tangani, apalagi yang kamu tunggu!”perintah AmbarMaya tak kuasa menahan sedih dan kecewa, penghianatan sang suami sungguh membuat hatinya pilu dan hancur, satu-satunya orang yang diharapkan bisa menemani seumur hidupnya, kini malah menyakitinya.Maya meraih pena, dan dengan kemarahan dan kekecewaan yang teramat sangat ia membubuhkan tanda tangannya di lembaran kertas itu.Senyum kemenangan tersunging di bibir Ambar, rencananya berhasil dengan lancar.“Bagus, Maya, sekarang kamu bukan lagi menantu keluarga ini, kemasi barang –barangmu dan pergilah dari rumah ini!”suruh Ambar, tanpa belas kasihan sedikitpun, pada Maya, meskipun wanita itu tahu, bahwa manantunya sedang mengandung cucunya.Maya mengusap air mata yang terus saja mengalir, sampai membasahi pipinya, berlahan ia mengemasi semua p
Maya dan Raja telihat sedih mereka duduk di sofa ruang tengah, setelah pulang dari pemakaman, Maya memeluk Raja yang masih terisak menangis, sementara Maya menyesal, karena sempat meragukan cinta Fardian pada dirinya dan Raja. kini ia menyadari jika Fardian begitu tulus mencintainya dan juga menyayangi Raja. Bulir bening menetes membasahi pipi Maya. Hingga sebuah ketukan pintu membuatnya mengusap air matanya.Maya membuka pintu depan dan terlihat Salma sudah diambang pintu.“Salma, masuklah, aku ingin berbicara serius denganmu?”“Iya, Bu Maya,”Salma melangkah masuk dan duduk di sofa ruang tamuSalma masuk dan duduk di ruang tamu, di depannya duduk Maya dengan tatapan serius.“Ada yang mencoba melenyapkan kami, tapi polisi tidak menemukan tanda-tanda jika kebakaran vila itu disengaja, “jelas Maya“Siapa yang Bu Maya curigai?”“Bu Ambar, aku sudah mengingat semuanya Salma, amnesiaku sembuh ketika ada seseorang yang memukul kepalaku sebelum kebakaran terjadi.”“Bu Ambar?”“Dia satu satun
Beberapa jam kemudian, Maya membuka matanya pelan, seluruh tubuhnya terasa lemah, di bagian hidung terpasang alat bantu pernapasan. Maya perlahan melepas alat, matanya mengedar, jantunganya berdetak kencang, karena ia menyadari, jika saat ini ada di rumah sakit.“Apa yang terjadi..tolong,”teriak Maya walau suaranya masih lemahTak berselang lama seorang perawat datang. “Nyonya, Anda sudah sadar, tenanglah, Dokter akan melihat kondisi Anda,”ucap perawat“Katakan padaku, apa yang terjadi?”“Anda mengalami gangguan pernapasan, akibat dari kebakaran vila,”jawab perawat“Kebakaran! Raja...di mana anakku , aku mohon katakan padaku, bagaimana anakku,”Maya terlihat cemas, ia berontak dan turun dari brankar“Seorang anak kecil juga menjalani perawatan, tenanglah, kondisinya baik –baik saja,”jawaban perawat membuat Maya sedikit tenang.“Tapi aku ingin melihat keadaannya suster, tolong bawa aku ke tempat anakku,”pinta Maya“Baiklah jika itu membuat Anda tenang, saya akan pindahkan Anda satu ka
Sudah satu jam polisi melacak mobil Van putih, tapi mereka kehilangan jejak.“Kita kehilangan van itu, saat mulai masuk ke jalan tol, pasti mereka sembunyi, jika tidak mereka berganti mobil,”ucap seorang polisi setelah memeriksa cctv jalanan.Fardian semakin cemas, bahkan sampai saat ini ia belum mengabari Maya, tentang hilangnya Raja. Bunyi dering ponsel, menganggu konsentrasi Fardian, dan ketika melihat ke layar ponsel, ternyata Maya yang menghubunginya, wajah Fardian berubah cemas, tapi ia tetap mengangkat pangilan dari Maya.“Hallo Maya?”“Mas, apa kalian sudah sampai, setelah kupikir , aku akan menyusulmu di vila danau, bagaimana Raja, apa dia senang?”tanya Maya“Maya, aku belum sampai di vila danau,”sahut Fardian pelan“Lalu kalian dimana, aku baru dalam perjalanan, mungkin tiga puluh menit lagi sampai.”“Maya..tolong hentikan mobilmu dan kembalilah ke rumah, aku akan berbicara di rumah, aku tunggu kamu di rumah,”suruh Fardian ragu“Jadi Mas Fardian tidak jadi ke vila danau, da
“Lalu apa rencana Anda, Bu Maya?”tanya Salma“Bisakah kamu, mengikuti Arnia, ia pasti menemui Irfan, di tempat Irfan menginap ‘kan?”“Baiklah, Bu Maya, saya akan mengikuti Arnia, tapi saat ini Arnia ada di kafenya,dan biasanya ia meninggalkan RSC jam delapan malam,”jawab Salma“Ikuti saja, dan potret, aku membutuhkan bukti kebersamaan mereka,”suruh Maya“Baik, Bu Maya.”Sementara itu justru Irfan mempunyai rencana jahat sebelum ia kembali ke Bali, pria itu khawatir jika keberadaan raja, justru akan mengagalkan rencananya bersama Arnia, oleh karena itu, tanpa berbicara terlebih dulu pada Arnia, pria itu bermaksud mencelakai Raja.Malam semakin larut, Salma sudah mengikuti Arnia, tapi wanita itu kembali ke rumah bersama Rendra, jadi tidak mungkin bagi Arnia untuk diam-diam bertemu Irfan di hotel.“Aku rasa Arnia malam ini tidak menemui Irfan,”gumam Salma, lalu melajukan mobilnya, dan berhenti mengikuti Arnia dan ia pun melaporkan hal itu pada Maya.“Oke, Salma , aku rasa memang Arnia t
Setelah berbincangan singkatnya dengan Rendra, pemuda yang seumuran dengan Rendra itu berpamitan. Langkah kakinya menuju kafe milik Arnia, yang masih dalam SRC. Hatinya mulai gelisah, ketika mendengar, jika Rendra ternyata memiliki anak dari mantan istrinya yaitu Maya.Langkah kaki Irfan terhenti ketika matanya menangkap nama kefe yaitu japanis food kafe Arnia. Lalu ia masuk ke dalam kafe, cukup rame pengunjung. Hingga sapaan Arnia membuat Irfan menoleh kebelakang“Irfan duduklah dan pilih menu , kamu suka japanis food?”tanya Arnia“Apapun aku suka, bisa kita bicara sambil makan, tapi pilihkan tempat yang sedikit private,”pinta Irfan“Oke, ikuti aku,”ajak Arnia seraya berjalan menuju tempat yang agak sepi.Keduanya lalu duduk, dan mulai berbincang, sementara Arnia sudah memesankan menu untuk Irfan“Ar, apa kamu tahu, jika Rendra juga memiliki anak dari mantan istrinya?”“Baru-baru ini aku tahu, apa Rendra bercerita tentang Raja, anaknya dari Maya?”“Iya , ia tampak bahagia waktu berc
Malam semakin larut, kini Maya dan Salma menjalankan misinya, berada di dalam mobil sewaan, mereka tampak serius mengamati rumah mendiang Dherma, rumah itu tampak gelap.“Apa kau yakin, jika aku masuk dari arah samping tidak terekam cctv?”tanya Maya“Aku sudah memeriksanya, cctv yang ada ujung sana, mengalami kerusakan, aku rasa ini waktu yang tepat untuk Bu Maya, keluar mobil, lalu berjalan kesamping sana, masuk kesemak, dan loncatlah ke pagar,”suruh Salma.“Oke, aku siap,tungglah di sini.”Maya melakukan apa yang diarahkan Salma, ia bergegas berjalan menuju samping rumah dan masuk kesemak-semak, lalu melompat pagar, kini Maya telah berada di dalam rumah Dherma, lalu ia mencari kamar Dherma.‘Aku rasa ini kamar Arnia, aku salah memasuki kamarnya, tapi aku juga penasaran dengan Arnia. Wanita itu berencana melenyapkan Raja, aku harus tahu siapa dia,’batin Maya mulai membuka dan mengedarkan matanya keseluruh ruangan yang gelap mengunakan senter.Laci almari dibukanya, mata Maya menata
Langkah kaki Maya, dengan cepat menuruni tangga lantai dua, dan kembali duduk di sofa sebelum Rendra ,Ambar dan Arnia masuk ke dalam rumah.“Maya, apa yang kamu lakukan di dalam rumahku!”gertak Ambar“Maya, ada janji bertemu denganku, Bu, “sela Rendra“Iya, Bu Ambar, kami sudah mengadakan Janji,”jawab Maya“Jika mengadakan pertemuan, jangan di rumah ini, “sarkas Ambar terlihat tidak senang dengan kehadiran Maya.Arnia hanya diam, dan menatap ke arah Maya, ia beranggapan datangnya Maya untuk membujuk Rendra, supaya mengurungkan niatnya mengakui secara hukum bahwa Raja, adalah darah dagingnya.“Bicaralah kalian di ruang kerja,”suruh Arnia bernada santai, dan itu membuat Ambar kecewa.“Ayo, Maya, kita ke ruang kerja,”ajak RendraLalu keduanya melangkah menuju ruang kerja. Dan saat Maya berada dihadapan Rendra, mereka saling tatap sejenak.“Apa yang kamu ingin bicarakan Maya?”“Aku ingin membicarakan masalah Raja, melihat kejadian kemarin siang, alangkah baiknya, jika kita menunda untuk
“Aku tak percaya sepenuhnya dengan apa yang kamu ucapkan, tapi aku berterima kasih padamu karena memberikan cincin ini padaku, “ucap Maya“Apa imbalan yang aku dapatkan karena telah mengembalikan cincin itu padamu?”“Apa kamu menginginkan uang, berapa yang kamu inginkan?”“Ha...ha...apa aku terlihat miskin hingga aku meminta imbalan uang.”Arnia menatap sambil tersenyum sinis ke arah Maya.“Katakan apa yang kamu inginkan?”“Jauhkan Raja, dari Rendra.”Arnia mencondongkan tubuhnya ke depan meja, sambil menatap dalam Maya.“Jika kamu tidak bersedia, aku akan mengambil cincin itu,”lanjut ArniaMaya terdiam, ia menatap cincin yang masih berada di atas meja kerjanya, lalu sejenak tidak ada suara.“Percuma kamu menginginkan hal itu Arnia, karena Rendra sudah bersikukuh akan membawa Raja, melalui kuasa hukumnya,”jawab Maya“Kamu bisa mencegahnya Maya, hanya dirimulah yang saat ini membuat Rendra takluk, katakan padanya, jika kamu menundannya sampai Raja dewasa,”suruh Arnia“Baiklah, aku akan
“Apa, Arnia, tahu jika Maya waktu itu hamil?”“Aku rasa, Non Arnia tidak tahu, yang tahu kehamilan Maya, adalah saya dan Nyonya Ambar,”jawab SitiRendra sangat kecewa, mendengar penuturan Bi Siti, lalu menyuruh wanita itu pergi, dari ruang kerjanya. Rendra memperlihatkan wajah tegang dan siap mencerca ibunya.‘Jangan –jangan ponselku menghilang adalah bagian dari skenario Ibu, jadi aku tidak bisa menghubungi Maya, dan Maya tidak bisa menghubungiku waktu di Singapura, sungguh aku merasa dipermainkan oleh ibuku sendiri,’batin Rendra.Tak berselang lama, Ambar kembali, dan melihat Rendra di rumah dengan menatapanya tajam.“Ini jam kerja, kenapa kamu ada di rumah?”tanya Ambar“Aku ingin bicara dengan ibu?”“Masalah apa?”“Masalah, Maya.”“Ahh dia lagi, kamu tahu ‘kan, ibu tidak suka membicarakan dia di rumah ini, paham!”gertak Ambar“Suka tidak suka ibu harus mendengarkannya.Ibu tahu ‘kan, jika Maya sebelum menandatangani berkas perceraian, dia hamil?”cerca Rendra“Masalah itu sudah berla