“Apa Anda masih ingat kediaman Rama Widata delapan belas tahun yang lalu”?tanya Salma“Aku masih ingat, tapi mungkin rumah itu sudah dijual, tapi jika kamu beruntung mungkin ada saudaranya atau bahkan putranya telah kembali ke sana, aku akan tulis alamatnya,”jawab Hardi berjalan menuju meja, meraih secarik kertas dan pena lalu menulis sebuah alamat di sana.Hardi menyerahan secarik kertas pada Salma.”Semoga kamu beruntung mendapatkan apa yang kamu cari, sejujurnya aku masih belum puas dengan kasus Agam Dirgantara, jika Maya ingin mencari tahu, kasus pelenyapan Agam Dirgantara,aku akan bantu seingatku,”ucap Hardi“Akan aku sampaikan pada Bu Maya,”jawab Salma lalu berpamitan pergi meninggalkan rumah Hardi.Malam pun tiba, Maya tampak serius berbincang dengan Salma di rumah kaca dan studio miliknya.“Jadi kamu sudah memastikan, jika Rama Widata memang memiki seorang putra?”“Iya, Bu Maya, tapi jejaknya menghilang sejak satu hari tertanggkapnya Rama Widata, ia menghilang bersama, peng
“Bukankah Mas Fardian bilang itu hanya keteledoran guru baru itu?”“Bukan, Silvi hanya seorang kaki tangan, dan Bu Ambarlah dalangnya, apa kamu masih mau membawa Raja ke dalam keluarga seperti itu!”bentak FardianMaya terkejut dengan ucapan Fardian. “Apa aku harus percaya dengan pekataanmu, setelah selama ini kamu tidak jujur padaku Mas...”jawab Maya dengan tegas“Maya...”gumam Fardian kesal“Maaf..aku sudah mengambil keputusan, jika Raja, akan mengetahui kebenarannya,”sahut Maya lalu beranjak meninggalkan ruang makan, naik ke lantai dua menuju kamar Raja, dan semalaman Maya tidur di kamar Raja.Pagi menyapa , sinar sang surya belum juga terlihat karena tertutup awan gelap, pagi itu mendung, dan mungkin sebentar lagi akan turun hujan, Maya masih memeluk Raja di pembaringan hingga bocah kecil itu terbangun.“Mamah tidur di sini?”Maya mengeliat dan membuka mata pelan, lalu tersenyum ke arah Raja.“Iya, Mamah semalam tidur di sini,”jawab Maya“Mamah berantem, dengan Papah?”Pertanyaan
Sementara itu disebuah klinik, Fardian mengerang kesakitan, beberapa jahitan ada di pungungnya dan juga memar memenuhi pungungnya.“Argh...pelan –palan,”rintih Fardian menahan sakit“Apa perlu aku hubungi Maya, kamu sudah seharian di klinik, mungkin Maya dan Raja mencemaskanmu,”ucap Tata yang duduk di depan brankar menyaksikan Fardian diobati oleh seorang perawat.“Tidak perlu, justru aku tidak mau membuat Raja cemas, belikan saja aku ponsel baru, ponselku dirusak oleh preman sialan itu!”Fardian terlihat kesal.“Kenapa kamu tidak melapor pada polisi?”tanya Tata“Jika preman ditangkap mereka hanya di penjara beberapa hari, lalu minta maaf, dan bungkam siapa yang menyuruhnya, aku mau tahu siapa orang telah menyuruh menghajarku habis-habissan tanpa pesan sedikitpun.”“Mungin musuh dari salah satu klienmu, hal ini sudah biasa ‘kan, apalagi kamu sekarang tidak hanya menangani kasus perceraian.”Fardian perlahan bangkit, setelah perawat selesai mengobati lukanya.“Aku akan pergi sekarang,
Maya terkejut mendengar nama Fardian disebut oleh Ranti“Apa, Bu Ranti yakin?”“Aku sangat yakin, satu –satunya anak berusia 1 1tahun yang dibawa ke Mery gold adalah Fardian, seorang wanita yang mengantarknnya, tapi tidak ada data ataupun mengenai siapa orang tua Fardian. Dan Fardian pun mengaku tidak memiliki siapa-siapa ia hidup sebatang kara dijalanan, seperti itu yang dikatakan Fardian waktu itu,”jelas Ranti“Terima kasih Bu Ranti, jika anda mengingat apapun tentang Mery Gold, tolong hubungi aku, aku akan meninggalkan nomor ponsel,”pinta Maya pada wanita tengah baya dihadapnnya“Baiklah, Maya, “jawab RantiMaya meninggalkan kediaman Ranti dengan perasaan yang hancur dan sekaligus kecewa pada Fardian“Lagi-lagi Mas Fardian ada ditengah pusaran masa laluku, aku tidak akan membiarkannya terus membodohi aku, “gerutu Maya sambil fokus menyetirPikirannya berputar-putar mengenai anak Rama Widata adalah Fardian, kemarahan Maya semakin membuncah, justru orang yang selama ini berbagi ranja
Arnia juga mendengar perdebatan mertua dan suaminya, Arnia menahan marahnya, sambil mengusap perutnya yang semakin membuncit.‘Tidak akan aku biarkan anak Maya merebut posisi anakku, lihat saja nanti, jika Bu Ambar gagal menyingkirkan Raja, mungkin tidak denganku, aku akan berhasil menyingkirkan Raja’batin ArniaRendra terlihat kesal, dengan ibunya, tapi ia tak peduli lagi dengan larangan Ambar, tekadnya sudah bulat untuk membawa Raja, ke rumahnya.Sementara di tempat lain disebuah gudang kosong Fardian tampak sedang memukuli preman, dengan bantuan orang bayarannya, ia berhasil menangkap preman yang menghajarnya beberapa hari yang lalu.Dug! Siapa yang menyuruhmu, katakan atau kupatahkan tulang kakimu!”gertak Fardian sambil mencengkram leher preman.“Lepaskan aku, aku akan mengatakan siapa yang menyuruhku,”pinta preman yang sudah terikat dengan wajah babak belur.“Siapa?”“Tuan Ren..dra,”sahut preman“Sudah kuduga, si brengsek itu dalangnya, satu keluarga itu memang kriminal!”umpat
“Maksudmu Bi Siti?”“Bu Maya ingat waku dulu kita pernah mengadakan pertemuan di rumah Pak Rendra, dan kita bertemu dengan Bi Siti, aku masih mengingat anting yang digunakan Bi Siti kerena anting seperti ini aku memilikinya, peninggalan dari ibuku, “jelas Salma“Jika Bu Siti yang melakukanya, pastilah atas perintah Bu Ambar atau bisa juga Arnia,”jawab Maya“Aku rasa Pak Fardian ada benarnya, apa Bu Maya masih tetap akan memperkenalkan Raja, pada keluarga Pak Rendra, aku rasa semua orang disana tidak menyukai Bu Maya dan Raja,”ucap Salma“Justru aku punya rencana lain Salma, aku ingin Raja dekat dengan Rendra, dengan begitu aku juga dekat dengan Rendra, dan lebih sering ke rumah itu, aku akan mencari tahu jejak masakecilku disana, kenangan mengenai orang tuaku. Dan perkataaan Rama Widata, bahwa ia hanya kambing hitam, jika benar yang bertanggung jawab adalah Ambar pastilah ada petujuk ‘kan?”“Bu Maya mempertaruhkan keselamatan Raja?”tanya Salma“Salma, Raja bersama ayah kandungnya
“Kamu tak perlu diam-diam melakukan test DNA, aku sudah jujur dihadapanmu, itu ‘kan yang kamu inginkan!”tegas Fardian sekali lagi dengan menatap tajam pada MayaMata Maya berkaca-kaca, telapak tangannya mengengam erat, dengan suara bergetar ia berucap,”Jadi apa maksudmu menikahiku?kamu tahu dari awal ‘kan, jika aku putri Agam Dirgantara?”“Aku tahu Maya, oleh karena itu aku menikahimu,waktu kesempatan itu ada, aku menikahimu karena aku menicintaimu,”jawab Fardian“Plak!Cinta...cinta itu yang selalu menjadi alasanmu, pembohong sepertimu tidak pantas mengucapkan cinta,”sarkas Maya“Lalu apa Rendra lebih pantas, dia menghianatimu dengan Arnia, waktu kalian masih menikah.“Maya terdiam dengan tatapannya yang tajam.”Kalian sama saja.”Maya dengan kesal, melangkah pergi, ia kini menyendiri di rumah kaca sambil menangis.“Aku benar-benar sendiri sekarang, Fardian dan Rendra.kedua pria itu sama-sama pembohong, “rutuk Maya mengusap air matanya dengan kasarSementara Fardian menatap ke rumah ka
Beberapa hari berlalu, Maya dan Raja datang ke rumah Rendra, di sana pria tampan berbadan tegap itu, sudah tak sabar menantikan kedatangan Maya dan putranya, tapi tidak dengan Arnia dan Ambar, perdebatan mereka mengenai Raja, tidak dihiraukan Rendra.Maya berjalan ke arah Rendra yang menyambutnya di depan rumah, tanganya mengandeng Raja, bocah kecil itu tampak sedikit takut, terutama, ia takut pada Parto si tukang kebun.“Mah, Raja, takut ada orang berwajah seram di sini,”ucap Raja pelan.“Jangan takut ada Pak Rendra, “jawab Maya“Selamat datang Raja, aku senang kamu dan mamahmu datang ke rumah ini,”sapa RendraRendra berjongkok mensejajarkan tubuhnya pada Raja, lalu meraih tangan mungil itu dan membawanya masuk ke dalam rumah.Bi Siti sedang sibuk mempersiapkan makan siang, dan ia menoleh ke arah Raja, ketika bocah itu sudah ada diambang ruang makan bersama Rendra dan Maya.Bi Siti tersenyum ke arah Raja, sambil berkata,”Selamat datang, Non Maya, Tuan muda Raja,”ucap Bi Siti“Raja, b
“Apa, Arnia, tahu jika Maya waktu itu hamil?”“Aku rasa, Non Arnia tidak tahu, yang tahu kehamilan Maya, adalah saya dan Nyonya Ambar,”jawab SitiRendra sangat kecewa, mendengar penuturan Bi Siti, lalu menyuruh wanita itu pergi, dari ruang kerjanya. Rendra memperlihatkan wajah tegang dan siap mencerca ibunya.‘Jangan –jangan ponselku menghilang adalah bagian dari skenario Ibu, jadi aku tidak bisa menghubungi Maya, dan Maya tidak bisa menghubungiku waktu di Singapura, sungguh aku merasa dipermainkan oleh ibuku sendiri,’batin Rendra.Tak berselang lama, Ambar kembali, dan melihat Rendra di rumah dengan menatapanya tajam.“Ini jam kerja, kenapa kamu ada di rumah?”tanya Ambar“Aku ingin bicara dengan ibu?”“Masalah apa?”“Masalah, Maya.”“Ahh dia lagi, kamu tahu ‘kan, ibu tidak suka membicarakan dia di rumah ini, paham!”gertak Ambar“Suka tidak suka ibu harus mendengarkannya.Ibu tahu ‘kan, jika Maya sebelum menandatangani berkas perceraian, dia hamil?”cerca Rendra“Masalah itu sudah berla
Mulai saat itu Maya berpikir, ada banyak rahasia tersimpan di rumah Ambar, mungkinkah pernyataan Rama Widata benar, jika ia hanya kambing hitam , penjahat yang sebenarnya adalah Ambar, itulah yang dipikirkan Maya saat ini.Raja tampak bahagia, seakan ia melupakan kejadian siang tadi, dan bersama Fardian, kini keduanya sedang menonton televisi, diam-diam Maya memperhatikannya, kedua orang yang berbeda usai itu, tampak bahagia, Fardian sukses memerankan peranya sebagai seorang ayah di mata Raja.Malam beranjak naik, hubungan Maya dan Fardian semakin berjarak. Maya duduk ditepi pembaringan menatap Fardian yang sibuk dengan laptopnya.“Aku ingin bicara,”ucap Maya“Bicaralah, aku akan mendengarkannya,”suara Fardian terdengar dingin“Aku ingin bercerai.”Fardian seketika menatap Maya, dan menutup laptopnya, lalu menaruhnya di atas nakas meja.“Maya...kamu ingin bercerai denganku dan akan kembali ke Rendra?”“Kembali atau tidak, itu bukan urusanmu, aku tidak bisa lagi menjalankan pernikahan
“Jadi kamu sudah mengetahui isi surat wasiat itu?”“Jika Maya tahu, ia bisa mengugat ibu, iya ‘kan?”Ambar tampak berpikir , tatapanya serius ke arah Arnia, berpikir apakah Arnia dapat dipercaya untuk memegang Mery Gold.“Aku akan pikirkan lagi saranmu,”jawab AmbarArnia tersenyum kearah ibu mertuanya,”Oh ,iya Bu, apa ibu mengenal, Rika dan Agam?”“Dari mana kamu tahu kedua orang itu?”balik tanya Ambar“Dari cincin yang disimpan Papah Dherma, aku menemukan dialmari Papah, dan cincin itu bertuliskan Agam dan Rika”jelas Arnia, seraya menatap dalam Ambar“Aku tidak tahu kedua manamu itu, jika kamu sudah selesai berbicara, keluarlah dari kamarku!”perintah AmbarArnia mengangguk paham, lalu ia bangkit dari duduknya, tapi dalam hati ia berpikir jika Ambar menyembunyikan sesuatu tentang kedua nama itu, bisa dilihat dari ekpresinya jika Ambar terkejut.Arnia menyusuri lorong rumah, kakinya sampai di ruang para pembantu, di sana ia melihat Parto sedang makan di meja sederhana.“Parto, aku ada
Beberapa hari berlalu, Maya dan Raja datang ke rumah Rendra, di sana pria tampan berbadan tegap itu, sudah tak sabar menantikan kedatangan Maya dan putranya, tapi tidak dengan Arnia dan Ambar, perdebatan mereka mengenai Raja, tidak dihiraukan Rendra.Maya berjalan ke arah Rendra yang menyambutnya di depan rumah, tanganya mengandeng Raja, bocah kecil itu tampak sedikit takut, terutama, ia takut pada Parto si tukang kebun.“Mah, Raja, takut ada orang berwajah seram di sini,”ucap Raja pelan.“Jangan takut ada Pak Rendra, “jawab Maya“Selamat datang Raja, aku senang kamu dan mamahmu datang ke rumah ini,”sapa RendraRendra berjongkok mensejajarkan tubuhnya pada Raja, lalu meraih tangan mungil itu dan membawanya masuk ke dalam rumah.Bi Siti sedang sibuk mempersiapkan makan siang, dan ia menoleh ke arah Raja, ketika bocah itu sudah ada diambang ruang makan bersama Rendra dan Maya.Bi Siti tersenyum ke arah Raja, sambil berkata,”Selamat datang, Non Maya, Tuan muda Raja,”ucap Bi Siti“Raja, b
“Kamu tak perlu diam-diam melakukan test DNA, aku sudah jujur dihadapanmu, itu ‘kan yang kamu inginkan!”tegas Fardian sekali lagi dengan menatap tajam pada MayaMata Maya berkaca-kaca, telapak tangannya mengengam erat, dengan suara bergetar ia berucap,”Jadi apa maksudmu menikahiku?kamu tahu dari awal ‘kan, jika aku putri Agam Dirgantara?”“Aku tahu Maya, oleh karena itu aku menikahimu,waktu kesempatan itu ada, aku menikahimu karena aku menicintaimu,”jawab Fardian“Plak!Cinta...cinta itu yang selalu menjadi alasanmu, pembohong sepertimu tidak pantas mengucapkan cinta,”sarkas Maya“Lalu apa Rendra lebih pantas, dia menghianatimu dengan Arnia, waktu kalian masih menikah.“Maya terdiam dengan tatapannya yang tajam.”Kalian sama saja.”Maya dengan kesal, melangkah pergi, ia kini menyendiri di rumah kaca sambil menangis.“Aku benar-benar sendiri sekarang, Fardian dan Rendra.kedua pria itu sama-sama pembohong, “rutuk Maya mengusap air matanya dengan kasarSementara Fardian menatap ke rumah ka
“Maksudmu Bi Siti?”“Bu Maya ingat waku dulu kita pernah mengadakan pertemuan di rumah Pak Rendra, dan kita bertemu dengan Bi Siti, aku masih mengingat anting yang digunakan Bi Siti kerena anting seperti ini aku memilikinya, peninggalan dari ibuku, “jelas Salma“Jika Bu Siti yang melakukanya, pastilah atas perintah Bu Ambar atau bisa juga Arnia,”jawab Maya“Aku rasa Pak Fardian ada benarnya, apa Bu Maya masih tetap akan memperkenalkan Raja, pada keluarga Pak Rendra, aku rasa semua orang disana tidak menyukai Bu Maya dan Raja,”ucap Salma“Justru aku punya rencana lain Salma, aku ingin Raja dekat dengan Rendra, dengan begitu aku juga dekat dengan Rendra, dan lebih sering ke rumah itu, aku akan mencari tahu jejak masakecilku disana, kenangan mengenai orang tuaku. Dan perkataaan Rama Widata, bahwa ia hanya kambing hitam, jika benar yang bertanggung jawab adalah Ambar pastilah ada petujuk ‘kan?”“Bu Maya mempertaruhkan keselamatan Raja?”tanya Salma“Salma, Raja bersama ayah kandungnya
Arnia juga mendengar perdebatan mertua dan suaminya, Arnia menahan marahnya, sambil mengusap perutnya yang semakin membuncit.‘Tidak akan aku biarkan anak Maya merebut posisi anakku, lihat saja nanti, jika Bu Ambar gagal menyingkirkan Raja, mungkin tidak denganku, aku akan berhasil menyingkirkan Raja’batin ArniaRendra terlihat kesal, dengan ibunya, tapi ia tak peduli lagi dengan larangan Ambar, tekadnya sudah bulat untuk membawa Raja, ke rumahnya.Sementara di tempat lain disebuah gudang kosong Fardian tampak sedang memukuli preman, dengan bantuan orang bayarannya, ia berhasil menangkap preman yang menghajarnya beberapa hari yang lalu.Dug! Siapa yang menyuruhmu, katakan atau kupatahkan tulang kakimu!”gertak Fardian sambil mencengkram leher preman.“Lepaskan aku, aku akan mengatakan siapa yang menyuruhku,”pinta preman yang sudah terikat dengan wajah babak belur.“Siapa?”“Tuan Ren..dra,”sahut preman“Sudah kuduga, si brengsek itu dalangnya, satu keluarga itu memang kriminal!”umpat
Maya terkejut mendengar nama Fardian disebut oleh Ranti“Apa, Bu Ranti yakin?”“Aku sangat yakin, satu –satunya anak berusia 1 1tahun yang dibawa ke Mery gold adalah Fardian, seorang wanita yang mengantarknnya, tapi tidak ada data ataupun mengenai siapa orang tua Fardian. Dan Fardian pun mengaku tidak memiliki siapa-siapa ia hidup sebatang kara dijalanan, seperti itu yang dikatakan Fardian waktu itu,”jelas Ranti“Terima kasih Bu Ranti, jika anda mengingat apapun tentang Mery Gold, tolong hubungi aku, aku akan meninggalkan nomor ponsel,”pinta Maya pada wanita tengah baya dihadapnnya“Baiklah, Maya, “jawab RantiMaya meninggalkan kediaman Ranti dengan perasaan yang hancur dan sekaligus kecewa pada Fardian“Lagi-lagi Mas Fardian ada ditengah pusaran masa laluku, aku tidak akan membiarkannya terus membodohi aku, “gerutu Maya sambil fokus menyetirPikirannya berputar-putar mengenai anak Rama Widata adalah Fardian, kemarahan Maya semakin membuncah, justru orang yang selama ini berbagi ranja
Sementara itu disebuah klinik, Fardian mengerang kesakitan, beberapa jahitan ada di pungungnya dan juga memar memenuhi pungungnya.“Argh...pelan –palan,”rintih Fardian menahan sakit“Apa perlu aku hubungi Maya, kamu sudah seharian di klinik, mungkin Maya dan Raja mencemaskanmu,”ucap Tata yang duduk di depan brankar menyaksikan Fardian diobati oleh seorang perawat.“Tidak perlu, justru aku tidak mau membuat Raja cemas, belikan saja aku ponsel baru, ponselku dirusak oleh preman sialan itu!”Fardian terlihat kesal.“Kenapa kamu tidak melapor pada polisi?”tanya Tata“Jika preman ditangkap mereka hanya di penjara beberapa hari, lalu minta maaf, dan bungkam siapa yang menyuruhnya, aku mau tahu siapa orang telah menyuruh menghajarku habis-habissan tanpa pesan sedikitpun.”“Mungin musuh dari salah satu klienmu, hal ini sudah biasa ‘kan, apalagi kamu sekarang tidak hanya menangani kasus perceraian.”Fardian perlahan bangkit, setelah perawat selesai mengobati lukanya.“Aku akan pergi sekarang,