"Aku dengar...jika kau menjadi menantu yang dicap sampah oleh semua orang? Kau selalu dihina-hina dan direndahkan? Kau dianggap sebagai suami yang enggak berguna oleh mertua dan keluarga istrimu?" Tanya David. Dia mendengar hal itu dari Sang Ayah. Pak Irawan. David sudah mulai bicara informal dengan Aliando karena permintaan dari Aliando secara langsung.Sehabis bertanya, David langsung meminta maaf, takut akan membuat Aliando marah.Namun Aliando segera melambaikan tangan, tidak masalah dengan hal itu."Iya. Dua tahun aku dicap sebagai menantu sampah karena aku dianggap hanya numpang hidup di rumah istriku. Aku juga melakukan semua pekerjaan rumah. Dihina dan direndahkan, itu sudah menjadi makanan sehari-hariku." Aliando mulai bercerita. Membenarkan pertanyaan David. Karena memang kenyataannya demikian.David terpelongo, berdecak, geleng-geleng kepala, juga menggeram. Tak menyangka jika Tuan Muda keluarga Aryaprasaja akan ditindas seperti itu!Kemudian, David mengusap muka, nafasn
Beberapa hari sebelum Elsa datang ke rumah Nadine untuk menyampaikan undangan reuni. Elsa yang merupakan temannya Nadine sewaktu kuliah dulu saat ini tengah berjalan mengikuti punggung seorang pria yang merupakan direktur di perusahaannya tempat bekerja. Elsa diliputi rasa penasaran. Perasaanya jadi tak karuan. Mendadak cemas. Kalau-kalau dia berbuat salah. Tadi direktur memanggilnya dan bilang kalau dia disuruh mengikutinya tanpa mengatakan alasan dibaliknya.Ternyata direktur itu membawa Elsa ke ruangan Boss Besar. Elsa tambah cemas setelah mengetahui hal itu. Namun dia berusaha tetap tenang. Setelah direktur itu mengatakan kepada Boss Besar, dia keluar dari ruangan tersebut. Kini tinggal mereka berdua saja di ruangan itu. Boss Besar dan Elsa. Kemudian, Boss Besar yang umurnya kelihatan masih muda menunjuk kursi di hadapannya, menyuruh Elsa duduk. Elsa pun mengangguk, lalu duduk di kursi di hadapan Boss Besar bernama Marchel. "Ada apa ya Pak Marchel ingin bertemu dengan saya
Sesampainya di restoran, ternyata sudah banyak teman-temannya Nadine yang datang. Namun hanya sebagian saja. Sedangkan yang lainnya sudah ada yang langsung menuju hotel.Firasat Nadine jadi tidak enak ketika mendapati hal itu. Namun dia buru-buru mengabaikannya karena dia langsung disambut heboh oleh teman-temannya dulu. Maklum, sudah lama mereka tidak bertemu dan ngobrol. Ada Elsa juga di sana. Sementara Aliando tidak disapa, bahkan, dilirik pun tidak, keberadaanya di sana seperti tidak berarti apa-apa. Namun Aliando tidak peduli. "Hai, Nad...apa kabar?" "Ya ampun udah lama banget ya kita enggak ketemu..." "Kami kangen banget tauk sama kamu, Nad!" Kemudian, mereka langsung asik ngobrol ke sana ke mari."Kamu naik apa ke sini, Nad?" Tanya Elsa.Belum sempat Nadine menjawab, namun Elsa sudah bicara lagi. "Jangan bilang kamu naik motor buntut punya suami keremu itu?" Elsa menunjuk Aliando yang berdiri di sebelah Nadine dengan tatapan sinis. "Enggak kok. Kami naik taksi.""Cih
Kali ini Nadine bersikap seperti yang lainnya setelah mendengar perkataan Aliando yang menurutnya ngawur. "Kamu ngomong apa sih, Al! Enggak usah ngaco deh! Apa maksudnya coba?" Dengus Nadine yang jadi agak kesal. Nadine lalu beralih menatap Marchel. Walau dia kesal dengan suaminya, tapi, bukan berarti dia mau ikut dengan Marchel. Dia mau menjaga perasaan Aliando. "Maaf, ya, Chel. Aku minta maaf banget. Aku enggak bisa ikut sama kamu."Marchel tersentak mendengarnya, menatap Nadine untuk beberapa detik. "Aku mau bareng Aliando aja. Bareng suamiku. Kami mau naik taksi." Lanjutnya.Seharusnya Marchel sadar kalau dirinya punya suami. Mungkin jika statusnya dirinya single, seorang janda, lain lagi ceritanya. Aliando ingin mengoreksi jika mereka berdua akan naik Lamborghini, tapi pasti, hal itu akan jadi bahan tertawaan lagi setidaknya sebelum Lamborghini yang sedang dibawa David datang dan mungkin Nadine akan semakin kesal dengannya karena hal itu. Maka dari itu, lebih baik diam dulu
Kini mulut semua orang kompak tengah ternganga untuk beberapa saat, geleng-geleng kepala, kasak-kusuk, masih belum mempercayai apa yang barusan mereka lihat.Aliando menyembunyikan klakson, menyuruh Nadine untuk segera masuk ke dalam mobil. David yang tahu maksud Aliando dan juga ingin membantu Aliando. Apalagi setelah melihat Nadine yang nampak ragu, cemas, buru-buru berkata. "Nona Nadine...jangan takut. Aliando udah jago nyetir Lamborghini itu kok. Beberapa hari yang lalu, dia sudah berlatih bersamaku." Ucap David. Meyakinkan Nadine. Nadine menatap David untuk beberapa detik sebelum kemudian memutuskan ikut bersama Aliando. Dia agak lega saat tahu jika Aliando sudah belajar menyetir sport car bersama David. Tapi kalau dipikir-pikir, hal itu tak masalah, malah bagus, Aliando jadi tidak terlalu buruk di mata teman-temannya karena bisa menyetir sport car. Meskipun sport car itu bukan milik Aliando.Akhirnya Nadine berjalan menghampiri Lamborghini itu tanpa mempedulikan larangan da
"Suamimu sekarang kerja apa, Nad?" Tanya Doni kepada Nadine. Doni adalah salah satu kacungnya Marchel."Astaga...kamu itu bener-bener enggak sopan ya, Don bertanya apa pekerjaannya suaminya Nadine? Kayak enggak tau aja sih. Dia itu cuma ngebabu di rumahnya Nadine. Jadi pembantu dan supir." Seru salah satu dari mereka. Kemudian, tertawa. Yang langsung diikuti oleh yang lainnya. "Kerjanya itu enggak jelas. Tapi, katanya sih, sekarang dia kerja jadi pelayan di rumah makan!" Elsa memberitahu dengan nada sinis setelah tawa teman-temanya agak mereda.Nadine hanya bisa menghela nafas kasar mendengar ejekan yang keluar dari mulut mereka terhadap suaminya.Nadine juga jadi kesal dengan Elsa yang ternyata bermuka dua. "Ckck...gimana ceritanya sih, Nad...kok kamu bisa punya suami yang kerjanya jadi pelayan? Malu-maluin aja tau enggak. Sedangkan kamu? Kamu itu kerja di kantor. Wanita karrir. Duh-duh." Ucap Doni. Lantas geleng-geleng kepala. Doni beralih menatap Aliando. "Eh, kau itu sebagai l
Orang-orang yang belum tahu rencana Marchel tersentak kaget, saling pandang, langsung heboh membicarakan hal tersebut.Jadi, Marchel masih mencintai Nadine? "Saat melihat kamu menikah. Aku sangat sedih, Nad. Jujur, aku kecewa. Tapi, mau bagimana lagi. Aku mencoba tegar, aku mencoba baik-baik saja, aku mencoba ikut bahagia atas pernikahan kalian berdua." Marchel menghentikan kalimatnya sejenak. Nada suara dan ekspresi wajahnya memang terlihat menyedihkan. Hal itu memang dia lakukan untuk dapat menarik simpatik dari semua orang. Sehingga, mereka semua yang ada di ruangan ini akan mendukungnya. "Tapi, setelah dengar kalau kamu enggak bahagia dengan pernikahanmu. Kamu juga enggak mencintai suamimu, aku juga turut sedih. Tolong jangan bohongi perasaanmu kali ini, Nad. Sudah enggak ada lagi yang mengekangmu. Maka, kamu berhak bahagia. Aku tahu, kamu pasti udah gak tahan hidup bersama Aliando lagi, kan? Maka, aku akan menyelamatkanmu, Nad dan aku juga akan membuatmu merasakan sebuah keb
Nadine menarik nafas panjang, menahannya untuk beberapa detik sebelum kemudian menghembuskannya dengan kasar, seperti ada sesuatu yang menahan dadanya barusan. Terasa berat. Sementara Marchel sendiri rasanya sudah tidak sabar mendengar jawaban dari Nadine yang pasti akan membuatnya bahagia bukan main.Marchel juga cukup percaya diri jika Nadine tidak akan menolak dirinya. Siapa juga sih yang berani menolak pria tampan dan kaya seperti dirinya? Siapa yang berani menolak seorang CEO seperti dirinya?Sepertinya tidak ada. Hanya perempuan bodoh saja yang berani melakukan hal itu. "Chel...kamu apa-apan sih!" Ucap Nadine dengan kesal. Berdecak. "Nad...aku itu mau menyelamatkan kamu dari Aliando. Bukannya kamu udah enggak tahan sama dia ya dan kamu juga ingin berpisah sama dia? Kalian berdua juga akan segera bercerai!" Marchel seperti tak terpengaruh sama sekali dengan sikap kesal yang tengah Nadine tunjukan kepadanya itu. Pasalnya saat ini hatinya sedang berbunga-bunga. Penuh rasa pe