"Sebaiknya Anda pergi dari sini. Bilang sama Boss Albert. Sampai kapan pun, aku enggak akan pernah membiarkan Nadine jatuh di pelukannya! Karna aku enggak akan pernah membiarkan hal itu terjadi!" Aliando berteriak marah sambil menunjuk ke arah pintu. Menyuruh Farhan untuk segera pergi. Farhan malah menyeringai, menarik punggung dari sandaran sofa, lantas berkata. "Nona Nadine itu mau membahas urusan bisnis dengan Boss Albert. Kenapa kamu malah melarangnya? Seharusnya, kamu itu sebagai seorang suami mendukung apa yang istrimu lakukan karena mereka mau membicarakan masalah pekerjaan. Kamu enggak perlu khawatir. Itu juga untuk kebaikan kamu sendiri dan keluarganya!" Aliando mengernyit begitu mendengarnya. Jadi, mereka berdua hendak membicarakan masalah bisnis? Namun Aliando tidak percaya. Pasti Albert hendak berbuat yang tidak-tidak pada Nadine. Aliando tergelak, berkacak pinggang. "Membicarakan masalah bisnis? Aku enggak yakin. Aku enggak percaya. Pasti, Albert mau macam-macam den
Aliando menarik nafas panjang sebelum kemudian menghembuskannya dengan kasar.Dia yakin sekali jika istrinya dan Albert tidak sedang membicarakan urusan bisnis. Albert mempunyai maksud lain. Dia sendiri yang bilang begitu.Sedangkan Farhan? Tentu saja dia bertugas untuk menjaga area tempat ini.Aliando semakin mengetatkan cengkraman pada kerah baju Farhan, masih melotot ke arahnya."Aku yang akan menghabisimu kalau kau enggak mau menunjukan keberadaan Nadine dan Albert saat ini padaku?!" Aliando berseru dengan otot-ototnya yang terlihat semakin menegang.Farhan tergelak, dia mengerahkan tenaganya untuk dapat terlepas dari cengkraman tangan Aliando dan akhirnya berhasil lepas juga."Memangnya kau bisa melakukan hal itu padaku, hah? Kau itu telah masuk ke dalam kandang macan, Al. Kau bukan siapa-siapa lagi di sini. Lagi pula? Siapa kau? Ngaca sana! Kau itu hanya suami dan menantu yang enggak berguna! Dasar sampah!" Farhan berseru sambil mendorong dada Aliando dengan jari telunjuknya
Pasalnya Aliando hanya lah lelaki biasa, miskin, namun berani menghajar orang kepercayaannya Boss Albert!Berani sekali dia? Apa dia tidak takut akan mendapat masalah nantinya?Aliando melemparkan botol yang baru saja digunakan untuk memukul Farhan, kemudian mengatur nafas, mengusap peluh.Tiba-tiba datang beberapa orang laki-laki berjumlah sekitar lima orang yang langsung menghampiri Farhan. Diikuti para karyawan club malam di belakangnya. Membantu Farhan berdiri.Aliando masih mengatur nafas, sepertinya dia harus melewati mereka-mereka dulu sebelum menyelamatkan Nadine yang merupakan anak buahnya Albert yang bertugas menjaga club malam ini."Aku mau kalian semua menghabisi Al! Aku enggak mau tahu! Dia harus mati malam ini juga! Lihat lah, dia sudah membuatku seperti ini!" Perintah Farhan dengan suaranya yang bercampur dengan rintihan. Menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.Ke lima orang itu kompak menoleh ke arah Aliando, kemudian mendengus.Mereka bangkit berdiri.Mereka sudah me
Aliando menghela nafas lega mendapati keadaan Nadine baik-baik saja. Gaunnya masih terlihat rapi seperti semula. Berarti belum tersentuh."Kau tidak akan bisa keluar dari sini, Al. Karna aku akan memanggil seluruh anak buahku untuk menghabisimu!"Suara Albert memecah hening.Aliando terdiam sejenak sebelum menghembuskan nafas."Anak buahmu sudah aku habisi di bawah. Farhan juga sudah kubuat babak belur. Jadi, sudah tidak ada anak buahmu yang berani lagi padaku!" Aliando bicara tanpa menoleh ke arah Albert.Albert berdecih mendengarnya, dia menyentuh ujung bibirnya yang terasa perih karena pukulan Aliando barusan.Namun dia akan membalas perbuatan Aliando ini berkali-kali lipat lebih perih."Hei, miskin. Terlalu percaya diri sekali, kau. Berapa anak buahku yang kau lumpuhkan di bawah? Hanya sedikit. Apa kau tidak ingat, hah? Kalau aku punya anak buah? Aku masih punya banyak anak buah yang akan mematahkan leher dan kakimu!" Albert menyeringai.Aliando mengatupkan rahang, berfikir.Ucap
Seketika tawa Albert sirna, ekspresi wajahnya langsung berubah, menegang, matanya melotot tatkala mendapati ada bodyguard yang tiba-tiba masuk ke dalam club dan menghajar anak buahnya.Siapa mereka? Kenapa mereka menyerang anak buahnya? Kenapa mereka malah membantu Aliando?Kini berbagai macam pertanyaan memenuhi benak Albert.Berengsek! Pekik Albert. Seketika langsung gusar bukan main.Jual beli pukulan dan tendangan dalam jarak dekat pun kembali terjadi.Tidak membutuhkan waktu lama untuk anak buahnya Albert tumbang.Aliando bersama keempat bodyguardnya berhasil melumpuhkan semua anak buahnya Albert.Kini tubuh mereka tergeletak di mana-mana, dengan kondisi yang tentu saja mengenaskan, penuh luka dan darah.Erangan kesakitan pun memenuhi langit-langit ruangan.Semua orang tengah kompak melongo melihat kejadian itu.Sebelumnya mereka menebak jika Aliando pasti akan berakhir di tangan lima belas anak buahnya Albert. Namun ternyata datang bantuan yang tak disangka-sangka untuk Alia
Begitu tiba di choffe shop yang dimaksud Dion, pandangan Aliando langsung menyasar ke sekeliling, mencari keberadaan Dion.Ketika sudah menemukan sosok Dion yang kini tengah duduk di salah satu kursi, Aliando pun segera berjalan menghampirinya, ternyata Dion bersama Alex.Aliando jadi semakin penasaran dengan apa yang akan mereka berdua bicarakan kepadanya.Aliando menjatuhkan diri di kursi kosong di hadapan Dion dan Alex yang mukanya terlihat tidak bersahabat.Tanpa berbasa-basi lebih dulu, Dion langsung mengeluarkan sebuah kartu dari dalam dompetnya. Lantas memperlihatkannya tepat di wajah Aliando."Di dalam kartu ini...terdapat uang 1 miliar, Al." Dion memberitahu sambil menyeringai.Aliando mengerutkan kening, belum memberikan rekasi apa-apa. Menunggu kalimat Dion selanjutnya."Uang 1 miliar di dalam kartu ini...akan jadi milikmu." Lanjutnya.Aliando masih terdiam. Menatap lamat ke arah Dion. Mulai menerka-nerka inti poin yang akan Dion sampaikan."Atau kamu mau motor yang lebih
Dion langsung mencengkram kerah baju Aliando saat Aliando balik badan. Lantas melotot."Heh miskin! Dengar hal ini baik-baik. Sampai kapan pun. Aku enggak akan pernah merestui hubungan kalian berdua. Aku malu punya adik ipar miskin kayak kamu! Jadi, jangan harap, aku akan luluh dan menerima kamu sebagai adik iparku kalau seandainya kamu dan Nadine enggak jadi cerai!" Ucapnya dengan nada berapi-api.Kemudian, Dion tergelak. "Tapi, aku yakin banget sih. Kalau kamu dan Nadine itu akan segera bercerai. Apalagi Mama dan Papa yang menginginkannya!" Lanjut Dion sambil menyeringai.Setelah itu, Dion menghentakan tubuh Aliando ke belakang.Aliando masih bersikap tenang, tergelak, memasang ekspresi wajah datar.Jika dia mendapatkan ancaman seperti itu dulu, maka, dia sudah takut dan akan memohon-mohon kepada Dion.Tapi sekarang berbeda. Dia tidak takut dengan ancaman Dion lagi."Terserah Abang mau ngasih restu sama aku atau enggak. Aku juga enggak butuh restu dari Abang. Yang penting, Nadine it
"B-baik, Pak Al. Saya akan diam mulai saat ini. Saya tidak akan menyuruh Nadine untuk menyelidiki Anda lagi. Saya enggak akan tanya-tanya sama Nadine lagi. Sekali lagi, maafkan saya, ya, Pak Al." Kata Tasya sambil membungkukan badannya berkali-kali.Dia tak menyangka jika akan bertemu dengan Aliando di saat dia ingin memastikan kebenarannya tentang siapa Aliando sebenarnya kepada Nadine. Dia agak menyesali tekadnya yang menemui Nadine untuk membahas hal itu secara langsung.Aliando mengulas senyum, mangguk-mangguk. "Bagus.""Bersikap biasa saja...kalau kita lagi bersama...seakan-akan...aku masih jadi suami yang payah bagi Nadine...anggap lah aku masih menjadi menantu sampah di keluarga Arjuna yang miskin." Lanjutnya sambil kembali mengulas senyum.Namun senyum itu malah membuat Tasya jadi merasa tak nyaman. "B-aik, Pak."Beberapa detik kemudian, Tasya melebarkan mata dan berkata."Jadi, benar kalau sebenarnya Anda adalah orang kaya, Pak Al? Anda memiliki black card...itu berarti Anda