Setelah Arjuna bertanya dimana keberadaan para lelaki kepada para perempuan -memberitahu jika Bapak-Bapak sedang berada di luar. (Katanya mau melihat Lamborghini milik Aliando yang bikin geger itu) Arjuna bergegas keluar rumah untuk menemui mereka. Begitu melihat kemunculan Arjuna, Reno langsung mengintrogasi Arjuna. Reno tidak percaya kalau Aliando bisa membeli Lamborghini seharga 23 miliar. Padahal, ia sudah mendapatkan penjelasan panjang kali lebar dari Dion sebelumnya, tapi, ia masih belum bisa mempercayainya. Ia perlu mendengar penjelasan dari Arjuna dan Aliando secara langsung lebih dulu.Ia juga perlu bukti supaya ia tambah yakin.Dion yang mendapati Reno yang bertanya kepada Arjuna lagi, memutuskan tidak nimbrung percakapan, lebih memilih menyimak. Arjuna yang tak mau suaranya habis karena harus menjelaskan hal yang telah ia jelaskan berkali-kali, maka, ia pun langsung mengeluarkan surat-surat mobil tersebut dan menunjukannya kepada Reno. Supaya Reno langsung bung
Reno kembali menatap Arjuna setelah menatap Pak Damar sesaat. Dion juga ikut melebarkan matanya, menoleh, lantas menatap Arjuna dan Pak Damar bergantian. "Jangan ngada-ngada kamu, ya, Jun! Mana mungkin dia tiba-tiba jadi orang kaya mendadak! Ngaco sekali kamu! Ck!" Reno berseru tertahan dengan gigi yang gemeretak. Mendengus. Begitu juga dengan Dion. Tentu Reno dan Dion tidak percaya begitu saja dengan apa yang baru saja Arjuna itu katakan.Arjuna menghela napas. Jadi geram dengan Reno dan Dion yang masih saja kolot.Tapi ia tahan emosinya supaya tidak meledak saja saat ini juga. "Aku tidak berbohong, Bang. Lihat lah. Lihat! Abang bisa melihat dan menilai sendiri kan bagimana penampilan Pak Damar sekarang yang udah beda sekali dari yang dulu dan mobil itu, Bang. Mobil mahal yang Pak Damar kendarai ke sini itu ...itu adalah milik Pak Damar sendiri!" Jelas Arjuna dengan nada berapi-api sembari menunjuk ke arah mobil sedan milik Pak Damar.Reno mengerjap, tidak kunjung menjawab.
Kinanti melirik Nadine dan Aliando sebentar sebelum kemudian beralih menatap ke depan lagi, senang rasanya saat mendapati wajah-wajah yang tampak sedang menunggu. "Aliando. Menantu idaman di keluarga kami, baru aja membeli rumah untuk tempat tinggal bersama Nadine nantinya ...seharga ..." Kinanti sengaja mengantungkan kalimatnya. Senyumnya tertahan seraya menatap semua orang bergantian. Hal itu membuat mereka kompak berdecak, meremas jari jemari, gusar, jadi semakin penasaran saja. Tak sabar ingin segera mendengar harga rumah yang dibeli Aliando tersebut. Kinanti mengembangkan senyum, masih bersidekap. "500 miliar." Jawab Kinanti setelah terdiam sebentar.Semua orang refleks terhenyak, melotot, kemudian berseru-seru. APA?! 500 MILIAR?! Beberapa detik kemudian, mulut-mulut terbuka lebar, tubuh mereka menegang dan kemudian diam mematung. Termangu. Atmosfer ruang makan pun menjadi hening -seketika. Kepala-kepala lalu tertoleh pelan ke arah Aliando. Hendak memastikan kepada
Semua orang tengah merasakan kepalanya nyut-nyutan tak karuan. Nyaris saja mau meledak.Apa kata Nadine barusan? Aliando adalah orang kaya?Butuh waktu agak lama untuk mereka dapat mempercayai hal rancu tersebut, pasalnya mereka sudah sangat paham betul siapa Aliando selama dua tahun yang tinggal menumpang di rumah istrinya itu. Mereka juga sudah sangat paham dengan latar belakang keluarganya Aliando yang miskin.Tapi meskipun mereka tidak langsung percaya, malah secara otomatis kepikiran soal kejadian yang berhasil mengejutkan mereka berkali-kali yang telah dilakukan oleh Aliando belakangan ini. Serta penampilan baru Pak Damar (yang katanya juga sudah jadi orang kaya sekarang) -hal itu membuat mereka jadi memikirkan apa yang baru saja Nadine dan kedua orang tuanya itu katakan.ARGHGG!!!Mereka benar-benar jadi semakin setres saja. Rasa-rasanya mereka mau gila saja. Nadine masih menatap mereka lurus dengan sinis, mengangkat dagu tinggi-tinggi, lantas melanjutkan bicara setelah t
Nadine tergelak, kemudian melambaikan tangan. "Nanti kalian juga pasti akan segera tahu kok. Jadi, sabar dulu aja ya." Jawab Nadine dengan senyuman yang terkesan dipaksakan. Rahang Nadine lalu terkatup rapat, pandangannya memicing. "Karna sebentar lagi Mas Al akan segera membongkar identitas dia yang asli kepada kita semua. Jadi, lebih baik, kita tunggu saja." Kata Nadine lagi. Mengedikan bahu. Mendengar jawaban Nadine tak ayal membuat semua orang kompak menghembuskan napas berat. Beberapa detik kemudian, semua orang saling mendecakan lidah, jantung mereka semakin berpacu cepat, sekujur tubuhnya gemetaran hebat. "Tapi aku saranin sih ...kalau kalian enggak mau menyesal nantinya ...enggak mau mendapat pelajaran dari Mas Al ...sebelum semuanya terlambat ...lebih baik ...mending kalian semua menerima Mas Al di keluarga kita saat ini juga!" "Jangan mengatai dan menghina Mas Al lagi sebagai suami dan menantu yang bisanya hanya menumpang hidup di rumah keluarga istrinya saja kalau
Nadine, Arjuna dan Kinanti mangguk-mangguk. Mereka bertiga sudah menebak jika Pak Damar pasti membicarakan tentang rahasia Aliando yang bukan putra kandungnya kepada Aliando tadi. Mereka bertiga lalu kompak menghembuskan napas, memilih menunggu kalimat Pak Damar selanjutnya. Meskipun saat ini mereka bertiga juga tengah merasa deg-deg an tak karuan (terlebih Arjuna dan Kinanti) -yang selalu merasa was-was -setiap teringat jika mereka berdua juga pernah memperlakukan Aliando bak sampah.Tapi mereka berdua sudah pasrah dengan apa yang akan Aliando lakukan kepadanya, mereka siap menerima hukuman dari Aliando. Namun terlepas dari itu, mereka berdua akan terus berusaha mengambil hatinya Aliando didetik-detik dia yang akan mengungkapkan identitas aslinya kepada semua orang. Kini Aliando terlihat sedang menatap wajah-wajah yang tampak pucat pasi dengan seringaian lebar yang menghiasi bibirnya. Bersidekap. Tadi Ayahnya bertanya kepada dirinya, meminta ijin, untuk memberitahu rahasia t
Semua orang tampak belingsatan, panik, cemas, gusar dan frustasi. Meja makan juga tengah dipenuhi oleh atmosfer menegangkan. Pasalnya Aliando tidak mau memberitahu siapa kedua orang tua kandungnya, membuat mereka jadi semakin ketakutan parah.Separuh penasaran juga.Aliando belum memberitahu siapa kedua orang tua kandungnya saja, wajah mereka sudah memucat seperti mayat lebih dulu, tubuh juga melemas tidak berdaya -apalagi kalau pas moment itu telah tiba -mungkin mereka semua bisa pingsan. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang sedang berjalan menuju ke arah meja makan.Hal itu membuat kepala-kepala langsung tertoleh. Menunggu. Detik berikutnya, mata semua orang melebar nyaris sempurna tatkala mendapati tiga orang lelaki berbalut jas hitam rapi muncul dari balik tembok. Detik berikutnya lagi, semua orang tampak termangu begitu mengetahui jika tamu-tamu yang datang itu adalah orang penting semua. Reno dan Dion tambah belingsatan -saat melihat Pak Irawan ada bersama mereka.
Pukul sembilan malam, Pak Irawan, Pak Jonathan dan Pak Alex pamit pulang. Tentu saja setelah Pak Irawan menakut-nakuti seluruh anggota keluarga Sadewa lebih dulu yang membuat mereka merasakan ketakutan yang menanjak ke intensitas tertingginya. Dan mereka tengah merasakan bahwa riwayat mereka seperti benar-benar telah berada di ujung tanduk! Namun yang masih membuat mereka penasaran setengah mati adalah karena Aliando, Nadine, Pak Damar dan Pak Irawan tidak mau memberitahu siapa kedua orang tua kandungnya Aliando yang sebenarnya. Namun mereka telah menduga jika kedua orang tua kandungnya Aliando itu adalah Tuan Aryaprasaja dan Nyonya Kartika Sari (salah satu orang terkaya di Indonesia).Mereka menduga demikian karena Pak Irawan sangat menghormati Aliando. Apalagi Pak Irawan memanggil Aliando dengan panggilan 'Tuan Muda'. Jadi sudah jelas. Hal itu benar-benar seperti memvalidasi jika Aliando itu memang sepertinya adalah anak kandung dari salah satu keluarga konglomerat terkenal