Nadine lah yang memilih beranjak berdiri untuk membukakan pintu -yang ternyata itu adalah Bi Inah -yang baru saja mengetuk pintu kamarnya dan terdengar suara Bi Inah setelahnya. "Ada apa, Bi?" Tanya Nadine begitu pintu kamar terbuka. "Ada Mbak Lidya, Mas Dion dan Tante Luna datang ke sini, Non. Saya disuruh manggil Non Nadine dan Mas Aliando sama Nonya dan Tuan untuk segera ke bawah untuk makan malam." Kata Bi Inah. "Oh ada mereka ke sini, Bi...oke-oke...kami akan segera turun, Bi." "Iya, Non. Kalau gitu, Bibi kembali ke bawah dulu ya." "Iya, Bi." Setelah Bi Inah melangkahkan kakinya dari depan kamar, Nadine menutup pintu dan kemudian berjalan menghampiri Aliando lagi. "Ada apa, sayang?" Tanya Aliando. "Itu kata Bi Inah...Kak Lidya, Bang Dion dan Tante Luna ke sini, Mas." Aliando mangguk-mangguk begitu mendengar jika mereka bertiga ke sini. Rahangnya mendadak mengeras -seketika. Nadine menghembuskan napas. "Kayaknya, kedatangan mereka ke sini itu karna mau tanya-tanya dan m
Nadine dan Aliando tidak langsung menjawab, malah saling pandang, saling melempar senyum, lantas kembali menatap Lidya dan Tante Luna bergantian sambil mengangguk pelan. Itu benar. Anggukan kepala dari keduanya tak ayal membuat Lidya dan Tante Luna tercengang lagi. Kemudian, Nadine dan Aliando berjalan ke arah kursi, menarik kursi dan duduk bersebelahan dengan sikap tenang. Tidak mempedulikan Lidya dan Tante Luna yang kini mendadak terpelongo.Beberapa saat kemudian, Lidya dan Tante Luna langsung menerocos, bilang, jika mereka berdua tidak percaya. Nadine dan Aliando mengedikan bahu kepada mereka berdua. Ya sudah kalau mereka tidak percaya. Tak masalah. Terserah. Alhasil, walau mereka tidak percaya, tapi, tetap saja mereka berdua kembali mendesak Nadine dan Aliando untuk menjelaskan lebih detail lagi, mereka perlu bukti untuk membuat mereka berdua percaya.Belum sempat Aliando dan Nadine bicara, Dion muncul dengan keadaan yang terlihat kacau. Perhatian semua orang yang ada di me
Telinga mereka panas saat mendengar Kinanti yang malah menasehati mereka untuk ikutan percaya dengan Aliando, tidak, mereka tidak mau. Mereka juga mencoba untuk tidak peduli dengan penjelasan Kinanti, tidak mau mendengarkan.Tapi, entah kenapa, tanpa mereka sadari, mereka tetap mendengarkannya dengan saksama dan dipikirkan. ARGH! Siapa sih Aliando sebenarnya itu? Kenapa dia mendadak jadi berubah drastis begini? Kenapa dia jadi punya banyak uang sekarang? Mereka frustasi bukan main, tidak bisa berkata-kata lagi, hanya bisa menghembuskan napas dengan kasar, mencoba mencerna, serta berpikir dengan keras. Meja makan kembali lengang untuk beberapa saat.Keluarga Arjuna yang memang belum makan malam, yang niatnya mau makan malam beberapa saat yang lalu, kini mendadak tidak berselera lagi karena kedatangan mereka. Makanan yang kini terhidang di atas meja seakan menjadi saksi bisu atas obrolan yang sedang terjadi. Arjuna dan Kinanti lalu menyuruh Aliando untuk mengambil surat bukti kep
Pukul sepuluh malam, Dion, Lidya dan Tante Luna memutuskan untuk pulang. Mereka bertiga pulang dalam keadaan marah, kesal, heran, bingung, malu, pokoknya semua rasa itu bercampur aduk menjadi satu. Dion jadi merasa tersaingi dengan Aliando yang selama ini dianggap sebagai menantu yang tidak berguna di keluarga Arjuna, tapi mendadak berubah sekarang, dia malah berada di atasnya, jauh melampaui batas. Dion jadi merasa terancam dengan posisi dirinya sebagai menantu yang dibangga-banggakan di keluarga Arjuna. Pekerjaan mapan, dia juga berasal dari keluarga kaya, terhormat -setara dengan keluarga Arjuna -yang membuat Dion menyandang predikat sebagai menantu idaman di keluarga tersebut.Lidya yang menjadi istri dari seorang laki-laki tampan dan mapan seperti Dion, dianggap sebagai perempuan yang beruntung karena bisa menikah dengannya.Hal itu membuat Lidya merasa bangga, besar kepala, dia terus menyombongkan diri dan kerap menghina Nadine -adiknya -yang menurut semua orang nasibnya sun
Nadine mengerjap, bingung menjelaskan mengenai hal itu pada Mamanya. Dia belum bisa cerita soal identitas Aliando kepada Mama dan Papanya sebelum mendapat ijin dulu. "Maaf, kalau soal itu, aku belum bisa ngasih tau ke Mama dan Papa. Tapi, pasti, suatu saat nanti, Mas Aliando akan menceritakan siapa dia yang sebenarnya kepada kita semua." Jawab Nadine setelah terdiam sebentar sambil mengulas senyum kepada kedua orang tuanya. Kinanti mendecakan lidahnya saat tidak langsung mendapat jawaban dari Nadine, memilih menghempaskan punggung ke sandaran kursi, hal itu malah jadi beban pikiran lagi.Arjuna menghela napas, mengusap muka, dia juga jadi ikutan penasaran. "Kalau tidak...kasih tau sama Papa dan Mama...soal pekerjaan Aliando. Sebenarnya Aliando itu bekerja di mana, Nad? Kerja Apa? Apa dia masih bekerja di rumah makan milik David ...anaknya Pak Irawan itu?" Tanya Arjuna. Tapi Arjuna juga tidak yakin dengan hal itu. Nadine beralih kepada Sang Papa. "Maaf ya, Pa. Sebenarnya mengenai
Aliando mengerutkan kening saat membaca pesan dari Tasya. Siang ini Tasya kembali mengirimi pesan setelah sebelumnya tidak dia gubris sama sekali. [Kenapa Pak Al jadi susah sekali ditemui?] Tasya bercerita di pesannya jika dia habis ke rumah lagi untuk bertemu dengan dirinya, dia juga sampai pergi ke kantor perusahaan Sadewa Group, ke warung kopi dan choffe shop tempat dirinya biasa ngopi, sudah keliling dunia katanya untuk mencari keberadaan dirinya, tapi tetap saja tidak berhasil bertemu. Aliando menghela napas, geleng-geleng kepala, Tasya jadi semakin gencar mendekati dirinya. Tasya juga masih gencar mengirimi pesan, walau pesannya selalu dia abaikan.Seperti siang ini, pesan dari Tasya dia abaikan lagi, memilih untuk tidak dia balas. Namun beberapa detik kemudian, Tasya tidak menyerah, kembali mengirim pesan -kali ini berganti mengirimkan beberapa foto. Karena penasaran, Aliando pun membuka foto tersebut. Sebuah foto Tasya yang sedang selfie dengan pakaian yang super seksi
Orang di sebrang sana menjelaskan panjang lebar mengenai situasi yang terjadi di restoran milik Dika.Orang itu menceritakan jika nama Dika ternyata telah buruk di mata semua orang. Baik di mata konsumen mau pun para karyawannya. Restoran milik Dika mendapat rating jelek. Kerap mendapat kritikan dan komplain dari para konsumen atas pelayanannya yang kurang memuasakan.Dika juga dikenal sebagai Boss yang galak di mata para karyawannya, suka marah-marah tanpa alasan yang jelas dan suka bertindak semena-mena terhadap mereka. Hal itu pula yang membuat para karyawan jadi kesal dan beberapa kali merasa sakit hati. Aliando agak kaget saat mendengar fakta itu. Oh ternyata Dika dikenal sebagai seorang Boss yang galak dan semena-mena terhadap para karyawannya. Aliando benar-benar tidak menyangka jika Dika akan berubah menjadi orang yang besar kepala seperti itu setelah sukses. Sepertinya kesuksesan telah membutakan matanya. Kekayaan dan kejayaan yang dia peroleh membuatnya lupa daratan.
Namun walau rencana Aliando dan Nadine untuk membuat Tasya kesal dan jengkel berhasil, tapi ternyata perempuan itu tidak menyerah begitu saja. Saat Aliando mengabari Tasya ketika waktu sudah menunjukan pukul sepuluh lebih, dia beralasan jika dia lupa datang, Tasya malah bilang untuk tidak usah menemuinya di restoran saja, tapi malah menyuruh Aliando untuk menemuinya di sebuah hotel. Dia telah check in di sebuah hotel. Astaga. Tasya memang benar-benar perempuan gilak! Hal itu membuat Nadine jadi naik pitam.Itu berarti Tasya memang menginginkan sesuatu yang lebih di atas ranjang dengan suaminya. Tasya juga mengirimkan foto lagi. Kali ini foto dia yang mengenakan handuk yang dililitkan hanya sebatas dadanya saja, yang membuat kedua belahan dadanya terlihat jelas, sengaja dipamerkan. [Saya tunggu kedatangan Pak Al ke sini ya. Pokoknya Pak Al harus datang. Saya tidak mau tau. Untuk mengganti makan malam kita yang batal tadi. Saya udah mempersiapkan semuanya untuk memuaskan Pak Al ma